A.
DEFINISI
Perikarditis
adalah peradangan lapisan paling luar jantung (membran tipis yang mengelilingi
jantung) (H. Winter Griffith
M.D, 1994). Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal, perikardium
viseral, atau kedua-duanya (Arif Mansjoer, 2000). Perikarditis
adalah peradangan perikardium parietalis, viseralis dan keduanya. Respons
perikardium terhadap peradangan bervariasi dari akumulasi cairan atau darah
(efusi perikard), deposisi fibrin,
proliferasi jaringan fibrosa, pembentukan granuloma (lesi makrofak yang terjadi
dari reaksi peradangan lokal dari suatu
jaringan tubuh) atau kalsifikasi (pengapuran). Itulah sebabnya
manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi dari yang tidak khas sampai
yang khas (Sudoyo,2009).
Jadi kesimpulannya perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung
baik pada parietal maupun viseral.
Perikarditis
dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan perikarditis kronis, dan perikarditis kronis konstriktif. Perikarditis akut adalah
peradangan pada perikardium (kantung selaput jantung) yang dimulai secara
tiba-tiba dan sering menyebabkan nyeri. Peradangan tersebut dapat menyebabkan
cairan dan menghasilkan darah (fibrin, sel darah merah dan sel darah putih)
yang akan memenuhi rongga pericardium. Perikarditis kronis (Chronic Pericarditis) adalah suatu
peradangan perikardium (kantung
jantung) yang menyebabkan penimbunan cairan atau penebalan dan biasanya terjadi
secara bertahap serta berlangsung lama.
Perikarditis kronis konstriktif adalah suatu penyakit yang terjadi karena ada penebalan pada
perikardium akibat adanya inflamasi yang terjadi sebelumnya sehingga luas
ruangan jantung berkurang. Akibatnya curah jantung menurun dan tekanan
pengisian berkurang. Perikarditis akut terjadi kurang dari 6 minggu, sedangkan
pada perikarditis subakut dan perikarditis kronis lebih dari enam 6 bulan.
Secara
garis besar, perbedaan anatara perikarditis akut, perikarditis kronis dan
perikarditis kronis konstruktif adalah sebagai berikut.
Klasifikasi Perikarditis
|
Klasifikasi Etiologis
|
||
Perikarditis akut <6 minggu
|
Fibrinosa
|
Perikarditis infeksiosa
|
Virus pirogenik, tuberculosis, mikotik,
infeksi lain (sifilis, parasit).
|
Perikarditis kronis >6 minggu
|
Konstruktif efusi
|
Prikarditis non-infeksiosa
|
Infark miokardium akut, uremia
(kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak
bekerja secara efektif), neoplasia: tumor primer dan tumor metastasis, miksedema (keadaan lebih
lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar hormon tiroid dalam darah
berkurang), kolesterol, kiloperikardium, trauma: luka tembus dinding dada,
aneurisma aorta (Aneurisma Aorta merupakan dilatasi dinding aorta yang
sifatnya patologis, terlokalisasi, dan permanen (irreversible)) dengan kebocoran ke dalam kantong perikardium pasca
radiasi, cacat sekat atrium, perikarditis familial: mulberry aneurysm,
idiopatik akut (biduran).
|
Perikarditis kronik konstruktif
>6 minggu
|
Hipersensitivitas atau autoimun
|
Demam
rematik, penyakit vaskular kolagen: SLE, reumatik arthritis, skleroderma, akibat obat: prokalnamid, hidralazin,
pasca cedera kardiak.
|
Sumber: Haq (2011)
Perbedaan Perikardium normal dan Infeksi pada Perikardium
(Perikarditis)
berdasarkan gambar adalah
sebagai berikut.
Pada gambar perikardium normal, lapisan
antara parietal dan viseral tampak jelas. Sedangkan pada perikardium yang
terjadi inflamasi, tampak antara
lapisan parietal dan viseral terjadi perlengketan akibat tekanan cairan yang masuk pada
lapisan perikardium.
B.
ETIOLOGI
Etiologi perikarditis akut, kronis
dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
a.
Perikarditis
Akut
Perikarditis akut
dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Berdasarkan studi
pada anak-anak dari tahun 1960-an, virus patogen yang paling umum adalah Coxsackie, tetapi data terakhir
menunjukkan bahwa pada orang dewasa yang paling sering terpengaruh adalah virus
Sitomegalo, virus Herpes,
dan HIV. Adapun bakteri paling
umum yang dapat menyebabkan penyakit perikarditis yaitu bakteri Pneumococcus
dan Tuberculosis. Di Afrika dan India, tuberkulosis masih
merupakan penyebab tersering dari semua bentuk perikarditis. Selain itu penyebab perikarditis
akut lain yaitu sebagai berikut:
1)
Idiopatik
(biduran)
2)
Trauma
3)
Sindrom
paska infark miokard
4)
Uremia
(kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja
secara efektif)
5)
Sindrom
paska perikardiotomi
6)
Neoplasma
(neoplasma adalah massa abnormal dari jaringan yang terjadi ketika
sel-sel membelah lebih dari yang seharusnya atau tidak mati ketika mereka
seharusnya)
b.
Perikarditis
kronis
Pada umumnya penyebab perikarditis kronis
tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kanker, tuberkulosis atau penurunan fungsi tiroid. Sebelumnya
tuberkulosis adalah penyebab terbanyak dari perikarditis kronis di Amerika
Serikat, tetapi saat ini kasusu tersebut hanya tinggal 2%. Selain itu penyebab perikarditis
kronis yang lain yaitu sebagai berikut:
1)
Operasi jantung sebelumnya
2)
Radiasi dada
3)
Pasca infark yang luas
4)
Sarkoidosis (Sarkoidosis adalah suatu penyakit
peradangan yang ditandai dengan terbentuknya granuloma pada kelenjar getah
bening, paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan lainnya)
5)
Trauma dada
6)
Infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie
virus) atau kronis (Tuberculosis).
C.
PATOFISIOLOGI
Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena
infeksi pada perikaditis akan memberikan respon sebagai berikut :
1)
Terjadinya vasodilatassi dengan peningkatan akumulasi
cairan ke kantong perikardium.
2)
Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan
protein, termasuk fibrinogen atau fibrin di dalam cairan akan meningkat,
3)
Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada
perikarditis purulenta
4)
Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan
penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun
parietal yang menimbulkan suatu perikaditis konstriktif yang apabila cukup
berantakan menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik.
Pada kondisi lain terakumulasinya cairan pada perikardium yang sekresinya melebihi
absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan
intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius
terhadap masuknya darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan tamponade
jantung. Salah satu komplikasi perikarditis paling fatal dan memerlukan
tindakan darurat adalah tamponade. Tamponade jantung merupakan akibat
peninggian tekanan intraperikardium dan restriksi progresif pengisian
ventrikel.
Pathway
Perikarditis
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Manifestasi
klinis pada perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai
berikut.
1) Manifestasi
Klinis pada Perikarditis Akut
Trias klasik
perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction rub dan abnormalitas
EKG yang khas. Dari pemeriksaan fisik juga dapat
ditemukan pembesaran jantung, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, edema
kaki dan mungkin tanda-tanda tamponade (merupakan suatu sindroma klinis
akibat penumpukan cairan berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)).
2)
Manifestasi Klinis pada Perikarditis
Kronik
Manifestasi
klinis perikarditis kronik adalah sesak
nafas, batuk (karena tekanan tinggi pada vena paru-paru mendorong cairan masuk
ke dalam kantung-kantung udara),
dan kelelahan (karena kerja jantung menjadi tidak efisien). Biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri dan bisa terjadi edema. Gejala-gejala yang dapat menjadi
petunjuk penting bahwa seseorang menderita perikarditis kronis adalah tekanan
darah tinggi, penyakit arteri koroner atau penyakit katup jantung.
3)
Manifestasi
Klinis pada Perikarditis Kronik Konstriktif
Manifestasi klinis perikarditis kronik
konstruktif adalah keluhan berupa rasa lelah, lemah, dispnea saat beraktifitas,
orptopnea (napas
pendek yang terjadi pada posisi berbaring karena pengaruh adanya gaya gravitasi) dan keluhan gagal jantung
lainnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis,
bunyi jantung melemah, dapat terdengar perikardial knock, pulsus paradoksus (pengecilan
amplitudo denyut nadi yang tajam selama inspirasi),
hepatosplenomegali, ikterus, ascites (penimbunan cairan secara abnormal
di rongga peritoneum) dan edema.
E.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1) EKG
(elektrokardiografi)
Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi,
blok konduktif, disritmia (peninggian ST dapat terjadi pada kebanyakan lead)
depresi PR, gelombang T datar atau cekung, pencitraan voltase rendah umum
terjadi. Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan
resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal
atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
2)
Ekokardiografi
Dapat
menunjukkan efusi pericardial, hipertrifi jantung, disfungsi katup, dilatasi
ruang. Dalam efusi pericardial, ekokardiografi bisa mendiagnosis jika
menunjukkan ruang bebas-gaung antara dinding ventricular dan pericardium.
3) Kadar
enzim kardiak sedikit naik, disertai miokarditis yang berkaitan , memastikan
diagnosis.
4) Angiografi
Dapat
menunjukkan stenosis katup dan regurgitasi dan/atau penurunan gerak dinding.
5) Sinar
X dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltarsi pulmonal.
6) JDL
: Dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis, anemia.
7) Pemeriksaan
Radiologis
Foto
rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap tampak
bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan vaskularisasi paru normal
dan adanya efusi pericardium yang banyak.Pada efusi pericardium, gambaran
Rontgen toraks memperlihatkan suatu konfigurasi bayangan jantung berbentuk
buli-buli air tapi dapat juga normal atau hamper normal.
Pada posisi
berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang berbentuk segitiga
dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang
tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena. Pada fluoroskopi tampak jantung
yang membesar dengan pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali
(silent heart). Jumlah cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat
diduga dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.
8) Pemeriksaan
Laboratorium
Laju
endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula
leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang ditemukan
dapat bersifat transudat seperti perikarditis rheumatoid, reumatik, uremik,
eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis tuberkulosa dan
reumatika.
Cairan
yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan perikard ini, harus
dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang ditemukan,
pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada dan pemeriksaan
bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan kuman atau dengan percobaan
binatang yang ditujukan terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun
kuman-kuman lainnya.
9) Foto
Thoraks
Dilakukan untuk
mengetahui adanya cairan perikard.
10) Kateterisasi
jantung
Katerisasi jantung digunakan untuk mengukur tekanan darah
di dalam bilik jantung dan pembuluh darah utama.
F.
PENATALAKSANAAN
a.
Penatalaksanaan
Medis
1)
Penatalaksanaan dari perikarditis akut
bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Pelaksanaan medisnya yaitu :
a) Penderita
kanker mungkin memberikan respon terhadap kemoterapi (obat anti kanker) atau
terapi penyinaran; tetapi biasanya penderita menjalani pembedahan untuk
mengangkat perikardium.
b) Penderita gagal
ginjal mungkin akan memberikan respon terhadap perubahan program dialisa yang dijalaninya.
c) Infeksi
bakteri diobati dengan antibiotik dan nanah dari perikardium dibuang melalui
pembedahan.
d) Jika penyebabnya
adalah obat-obatan, maka pemakaian obat tersebut segera dihentikan.
e) Aspirin, ibuprofen
atau corticosteroid diberikan kepada penderita yang mengalami perikarditis
berulang yang disebabkan oleh virus.
Pada beberapa kasus diberikan colchicine.
Pada beberapa kasus diberikan colchicine.
f) Jika
penanganan dengan obat-obatan gagal, biasanya dilakukan pembedahan untuk
mengangkat perikardium.
2) Penatalaksanaan medis dari
perikarditis kronis adalah :
a) Diuretik (obat
yang membuang kelebihan cairan) bisa memperbaiki gejala, tetapi penyembuhan
hanya mungkin terjadi jika dilakukan pembedahan untuk mengangkat perikardium.
b) 85%
penderita yang menjalani pembedahan mengalami penyembuhan. Pembedahan memiliki
resiko kematian sebesar 5-15%, karena itu pembedahan hanya dilakukan jika
penyakit ini telah sangat mengganggu aktivitas penderita sehari-hari.
3) Penatalaksanaan
medis dari perikarditis konstriktif adalah :
Operasi dapat
dilakukan melalui 2 insisi:
a) Sternotomi
mediana : insisi sternotomi memberikan paparan yang lebih
baik untuk membebaskan ventrikel kanan dan merupakan pilihan bila akan
dilakukan cardiopulmonary bypass sedangkan Torakotomi (torakotomi
anterolateral kiri atau torakotomi anterior bilateral) : memberikan
paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kiri dan diafragma.
b) Setelah insisi
sternotomi, dilakukan pembebasan outflow tract yaitu arteri pulmonalis diikuti
aorta.
c) Kemudian dilakukan pembebasan inflow
tract yaitu vena kava superior dan vena kava inferior. Hal ini
dilakukan untuk mencegah pasien jatuh ke dalam edema paru dan gagal jantung
kanan jika inflow tract dibebaskan lebih dahulu.
d) Bila pembebasan outflow tract
gagal karena perlengketan berat, maka dilakukan draping dengan preservasi
arteri dan vena femoralis untuk pemasangan kanula cardiopulmonary bypass.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Istirahatkan
pasien di ranjang secara menyeluruh.
2) Kaji
nyeri dalam hubungannya dengan respirasi dan posisi tubuh untuk membedakan
nyeri epikarditis dengan nyeri iskemik miokardial.
3) Tempatkan
pasien dalam posisi tegak lurus untuk meringankan dispnea dan nyeri dada. Beri
analgesik dan oksigen.
4) Yakinkan
penderita perikarditas bahwa kondisinya bersifat sementara dan bisa ditangani.
5) Jelaskan
uji dan penanganan pada pasien.
6) Lakukan
perawatan preoperatif dan postoperatif sesuai indikasi; hampir sama dengan
perawatan dengan pembedahan kardiotoraks.
7) Pasein
dengan infeksi perikardium harus segera diobati dengan anti mikroba pilihan
begitu organisme penyebabnya dapat diidentifikasi. Perikarditis yang
berhubungan dengan demam rematik berespon baik dengan pinisilin. Perikarditis
akibat tuberkulosis diobati dengan isoniasid, etambutol hidroklorid,
rifampisin, streptomisin dalam berbagai kombinasi . ampoterisin B digunakan
untuk perikarditis jamur, dan kartikosteroid digunakan pada lupus eritematosus
diseminata.
8) Bila
kondisi pasien sudah membaik, aktivitas harus ditingkatkan secara
bertahap, tetapi bila nyeri demam atau friction rub kembali muncul, pasien
harus segera tirah baring.
9) Pasien
dibaringkan ditempat tidur bila curah jantung masih belum baik, sampai demam,
nyeri dada dan friction rub menghilang. Analgetik
dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat reabsorbsi cairan pada
pasien dengan perikarditis rematik. Kortikosteroid dapat diberikan
untuk mengontrol gejala, memperepat resolusi proses inflamasi dalam perikordium
dan mencegah kekambuhan efusi perikard.
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN BRONKHITIS
KRONIK
I.
PENGKAJIAN
A. Biodata Pasien
Data yang dikaji disini meliputi Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Penanggung
B.
Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan Utama
Keluhan utama pada
klien dengan gangguan perikarditis adalah Nyeri dada, pada efusi pericardium
adalah cepet lelah dalam beraktifitas
2.
Riwayat Penyakit Sekarang
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction rub, dan
abnormalitas EKG yang khas. Manifestasi utama dari perikarditis akut adalah
rasa nyeri substernal atau parasternal, kadang kadang menjalar ke bahu. Nyeri
ini menjadi lebih ringan bila klien duduk. Karakteristik nyeri perikarditis
berkurang dengan duduk tegak setelah membungkuk ke depan. Rasa nyeri adalah
suatu gejala yang penting tapi bukan merupakan suatu gejala yang invariable
pada berbagai macam perikarditis akut. Rasa nyeri biasa terdapat pada
perikarditis akut tipe infeksiosa dan pada banyak jenis perikarditis akut yang
diduga berhubungan dengan hipersensitivitas atau autoimunitas
Rasa nyeri biasanya tidak di temukan pada perikarditis yang disebabkan oleh
uremia, neoplasma, pascapenyinaran, tuberculosis, yang semuanya ini berlangsung
perlahan-lahan. Rasa nyeri perikarditis biasanya kuat. Nyeri ini secara khas
berlokasi di tengah-tengah dada, menusuk ke belakang sampai ke pinggiran
trapezius
Sering rasa nyeri ini seperti rasa nyeri pada pleuritis, yaitu sifatnya
tajam dan bertambah nyeri dengan menarik nafas, batuk, dan perubahan posisi
badan. Namun, kadang kala juga merupakan nyeri yang menetap, rasa nyeri
berkerut yang menjalar ke salah satu lengan atau kedua lengan menyamai rasa nyeri
pada iskemia miokardium
Selain
pengkajian nyeri, pengkajian prediposisi penyebab perikarditis perlu dikaji
seperti riwayat pembedahan jantung, riwayat trauma tembus dada
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian tentang apakah klien pernah menderita gagal ginjal, tumor
mediastinum, dan pernahkah mengalami infark miokardium
4.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga pasien yang mempunyai penyakit berat
lainnya atau penyakit yang sama.
C.
Kebutuhan
Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Data yang mendasar pada pasien:
a) Aktivitas /
istirahat : Kelelahan,
kelemahan , takikardi, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
b) Sirkulasi : Riwayat demam
rematik, penyakit jantung kongenital, bedah jantung, palpitasi, sincope, takikardi,
disritmia, friction rub perikardia ( biasanya intermitten terdengar dibatas
sternal kiri )
c) Eliminasi : Riwayat penyakit gagal
ginjal, penurunan frekuensi/ jumlah urine, urine pekat gelap.
d) Ketidaknyamanan : Nyeri pada dada anterior,
diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring, hilang dengan
duduk dan bersandar ke depan.
e) Pernafasan : Nafas pendek,
memburuk pada malam hari. dipsnea nokturnal, batuk, inspirasi mengi.
Pemeriksaan
fisik pada pasien dengan perikarditis ditemukan pericardial friction rub dan
pembesaran jantung. Bunyi gesekan pericardium adalah gejala fisik yang paling penting dan dapat terdengar sampai 3 komponen pada
setiap siklus jantung. Kadang dapat di dengar lebih baik hanya dengan menekan diafragma stetoskop
lebih keras ke dinding dada. Tanda yang biasa
di temukan pada perikarditis yaitu: dipsnea, edema perifer, pembesaran
perut, palpitasi, batuk, dan nausea
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan gangguan
perikarditis yaitu:
1.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak
nafas
2.
Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia miokard
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan sesak nafas
4.
Ketakutan berhubungan
dengan stimulus pobia (perikarditis)
5.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan
6.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
III.
INTERVENSI
No
|
Dx
|
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Dx 1
|
1. Pasien menunjukkan pola nafas
efektif. Dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak berbahaya.
2. Menunjukkan status pernafasan:
ventilasi tidak terganggu ditandai dengan indikator kedalaman inspirasi dan
kemudahan bernafas, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, bunyi nafas
tambahan tidak ada, dan nafas pendek tidak ada.
|
1. Posisikan pasien semi fowler.
2. Pantau adanya pucat dan
sianosis.
3. Pantau kecepatan, irama, kedalaman
dan usaha respirasi.
4. Pantau peningkatan kegelisahan,
ansietas, dan tersengal-sengal.
5. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang teknik relaksasi.
6. Diskusikan menganai perawatan
dirumah, meliputi pengobatan, peralatan pendukung, tanda dan gejala komplikasi.
7. Rujuk pada ahli pernafasan
|
1.
Untuk
membuka jalan napas pasien sehingga lebih muda untuk bernapas.
2. Untuk mengetahui
adanya tingkat keparahan sesak napas.
3. Membantu
menentukan dera jat dekompensasi jantung dan
pulmonal.
4. Untuk
mengetahui respon individu terhadap penyakit sesak napas yang dirasakan.
5. Untuk
meringankan tingkat kecemasan pada klien
6. Agar
pasien dan keluarga dapat melakukan
perawatan secara mandiri dengan baik
7. Agar pasien mendapat pelayanan perawatan yang
maksimal yaitu untuk
memastikan keadaan fungsi ventilator mekanis.
|
2
|
Dx 2
|
Pasien mampu menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan dengan
indicator pasien tidak mengekspresikan rasa nyeri secara verbal maupun non
verbal pada wajah, tidak ada posisi tubuh melindungi, tidak ada kegelisahan
dan ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, dan frekuensi nyeri
dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan.
|
1.Jelaskan pada pasien penyebab
nyeri.
2.Lakukan teknik non
farmakologi (relaksasi).
3. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang
beralasan dan dapat diterima.
4. Tingkatkan istirahat atau tidur yang adekuat untuk
mengurangi nyeri.
|
1. Penjelasan
pada pasien mengenai penyebab nyeri, dapat digunakan sebagai pendidikan
kesehatan sehingga pasien mampu mengatasi nyeri secara mandiri.
2. Pemberian teknik non farmakologi dapat mengurangi rasa
nyeri, baik dari segi fisik maupun emosional pasien.
3. Mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh pasien, serta
agar dapat menentukan terapi apa yang akan diberikan kepada pasien
4. Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
|
3
|
Dx 3
|
Pasien menunjukkan adanya
toleransi aktifitas dengan ditandai pasien dapat menghemat energi
(menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat), dan melakukan aktivitas
sehari-hari.
|
1. Kaji respon emosi, sosial dan
spiritual pasien.
2. Tentukan penyebab keletihan
pasien.
3. Pantau respon cardiorespiratory
terhadap aktivitas.
4. Pantau asupan nutrisi pasien.
5. Ajarkan mengenai pengaturan
penggunaan energy
6. Ajarkan teknik relaksasi.
7. Elaborasi dengan tim dokter dan
farmasi dengan memberikan obat nyeri pada saat sebelum beraktivitas
|
1. Koping emosional diakibatkan oleh
potensial penyakit yang mengancam hidup. Dorongan dan dukungan akan
diperlukan untuk mengatasi frustasi terhadap tinggal tinggal di rumah sakit
yang lama.
2. Untuk mengetahui tindakan apa yang
akan dilakukan agar keletihan tersebut dapat teratasi.
3. Hh
4. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
yang adekuat
5. Memastikan keadekuatan sumber energy
6. Untuk mengatasi atau mencegah
keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
7. Untuk mengoptimalkan perawatan pasien yaitu dengan
pemberian dosis dan takaran y
|
4
|
Dx 4
|
Pasien
memperlihatkan pengendalian ketakutan, dibuktikan dengan idikator pasien
dapat menghindari sumber ketakutan bila mungkin, dapat mengendalikan respon
ketakutan, dan melaporkan penurunan durasi pada setiap episode.
|
1. Jelaskan pada pasien tentang
proses penyakit, pemeriksaan dan pengobatan.
2. Kaji respon ketakutan pasien baik secara subjektif maupun
objektif.
3. Nilai pemahaman pasien terkait dengan proses penyakit.
4. Kaji kebutuhan pasien akan layanan sosial atau intervensi
psikiatrik.
5. Diskusikan dnegan dokter terkait ketakutan paasien.
6. Lakukan penguatan positif baik verbal maupun non verbal
pada pasien.
7. Dampingi pasien dalam situasi yang baru.
8. Jauhkan sumber ketakutan pasien apabila memungkinkan.
9. Libatkan peran keluarga untuk mengurangi ketakutan pasien.
10. Lakukan pendekatan pada pasien untuk pengungkapan
perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal.
|
1. Agar pasien dapat memahami tentang penyakit yang diderita
sehingga dapat menurunkan tingkat ketakutan pasien
2. Untuk mengetahui tingkat ketakutan yang dialami oleh
pasien
3. Untuk mengetahui seberapa jauh pasien memahami tentang
penyakit yang di deritanya
4. Agar perawat dapat mengetahui perlu atau tidaknya pasien
diberikan intervensi psikiatrik
5. Agar ketakutan pasien dapatdiatasi dengan cepat
6. Untuk mengurangi rasa takut yang dialami oleh pasien dan
meningkatkan perasaan tenang dan pemikiran positif
7. Agar pasien merasa tidak ketakutan dengan situasi baru
tersebut
8. Untuk mengurangi tingkat ketakutan yang dialami pasien
9. Agar pasien merasa mendapatkan perlindungan sehingga
ketakutan pasien dapat teratasi
10.Agar pasien terbuka dan
mengungkapkan semua pera saan yang dirasakannya. Sehingga diharapkan hal
tersebut dapat menurunkan tingkat ketakutan pada pasien akibat stimulus
pobia.
|
5
|
Dx 5
|
Pasien
menunjukkan status gizi (asupan makanan, cairan, dan zat gizi) baik dengan
indikator nafsu makan pasien tidak mengalami penurunan.
|
1.
Pantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan pasien.
2.
Timbang berat badan dan tinggi
badan pasien.
3.
Ajarkan pada pasien atau keluarga
mengenai makanan yang bergizi dan murah.
4.
Berikan informasi yang tepat
tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
5.
Berikan lingkungan yang nyaman
pada saat pasien makan.
6. Atur posisi pasien semi fowler atau fowler
7.
Diskusikan dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan ketidakadekuatan asupan
protein.
8.
Diskusikan dengan dokter mengenai
kebutuhan stimulasi nafsu makan.
|
1. Untuk mengetahui keadaan nutrisi
pasien saat ini
2. Untuk mengetahui adanya penurunan
atau penam bahan berat badan pada
pasien sehingga perawat mengetahui adanya penurunan atau peningkatan
statusnutrisi pasien.
3. Dengan mengajarkan kepada keluarga
atau pasien, maka mereka akan tahu makanan apa saja yang bergizi dan nantinya
diharapkan ketika dirumah mereka dapat mengaplikasikannya sehingga nutrisi
pasien terpenuhi.
4. Agar terjadi peningkatan status
nutrisi pada pasien
5. Untuk meningkatkan nafsu makan
pasien sehingga kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan baik
6. Untuk memudahkan menelan dan
berikan posisi ini selama 30 menit setelah makan untuk mencegah aspirasi.
7. Agar pasien mendapatkan pelayanan
yang lebih baik sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
8. Agar kebutuhan nutrisi pasien
dapat terpenuhi dengan baik.
|
6
|
Dx 6
|
Pasien
menunjukkan pengetahuannya tentang penyakit perikarditis yang dibuktikan
dengan pemahaman penjelasan mengenai penyakit dan pelaksanaan aktivitas untuk
mencegahan diri
|
1. Kaji
umpan balik pasien
2. Berikan
informasi me ngenai penyakit peri karditis.
3. Lakukan
penilaian tingkat pengetahuan pasien mengenai perikarditis.
4. Berinteraksi
pada pasien dengan cara tidak menghakimi untuk memfasilitasi pemberian
informasi
|
1. Untuk
memastikan pasien memahami penyakit dan penanganannya secara mandiri
2.
Agar
pasien dapat lebih memahami penyebab khusus,pengobatan, efek jangka panjang
yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang
menunjukkan kekambuhan/ komplikasi
3. Agar
perawat mengetahui tindakan yang harus dilakukan terkait dengan tingkat
pengetahuan palsien
4. Agar pasien merasa nyaman saat berinteraksi dan
mengutarakan pertanyaan tentang penyakit yang diderita
|
IV.
IMPLEMENTASI
Pada
tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat
tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan
keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas,
mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi,
memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
V.
EVALUASI
Pada
tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah
dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya
dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,
intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap
evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu:
1. Pola nafas
pasien efektif, dengan pasien menunjukkan pasien mudah berbafas, tidak
menggunakan otot bantu, dan tidak ada nafas tambahan
2. Nyeri
kronis pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan pasien tidak mengekspresikan
rasa nyeri secara verbal maupun non verbal pada wajah, tidak ada posisi tubuh
melindungi, tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot, tidak ada kehilangan
nafsu makan, dan frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah
atau ringan
3. Intoleransi
aktivitas teratasi dengan pasien menunjukkan adanya toleransi aktifitas
sehari-hari
4. Ketakutan pasien
teratasi, dengan pasien memperlihatkan pengendalian ketakutan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi,
dengan pasien menunjukkan status gizi baik.
6. Kurangnya
pengetahuan pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan pengetahuannya tentang
penyakit perikarditis.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2008. Klien
Gangguan Kardiovaskuler Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Edisi 2.
Jakarta: EGC
Difikarayen, Ria. 2014. Askep pada pasien perikarditis. (Online),(http://riadifikarayenaan.blogspot.com/,
diakses 11 September 2014)
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
Islami. 2009. Perikarditis.(Online), (http://obral-askep.blogspot.com/2009/04/pericarditis.html,
diakses 11 September 2014)
Mumpuni, Indah. 2014. Askep kardiovaskuler: perikarditis.
(online), (http://indahmumpunis1keperawatan.blogspot.com/2014/04/askep-kardiovaskular-perikarditis.html,
diakses 11 september 2014)
Muttagin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika
Nuzul. 2011. Asukan Keperawatan Perikarditis. (Online), (http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35456-Kep%20Kardiovaskuler-Askep%20Perikarditis.html,
diakses 11 September 2014)
Uyett, Udell. 2012. Endokarditis, Miokarditis, dan Perikarditris.(Online), (http://uyettqhu.blogspot.com/2012/10/bab-i-pendahuluan-a.html,
diakses 11 September 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar