I.
PENGERTIAN
PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Perawat merupakan bagian integral(terpenting) dalam suatu instansi kesehatan
karena perawat merupakan kerangka dasar yang tidak dapat dipisahkan dalam
proses memberikan pelayanan kesehatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian intregral dari pelayanan kesehatan
yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1983). Dalam keperawatan professional,
mencangkup pelayanan kesehatan di bidang bio-psiko-sosio-spiritual yang
merupakan bentuk perawatan holistic.
Hakikat Praktik Keperawatan senatiasa mengabdi kepada
kemanusiaan atau berbentuk pelayanan humanistik mendahulukan kepentingan
kesehatan klien askep merupakan inti praktek keperawatan hubungan profesional
perawat-klien mengacu pada sistem interaksi secara positif atau hubungan
terapiutik, karakteristik hubungan profesional :
1. Berorientasi pada kebutuhan klien
2. Diarahkan pada pencapaian tujuan
3. Bertanggung jawab dlm menyelesaikan
masalah klien
4. Memahami kondisi klien dengan
berbagai keterbatasan
5. Memberi penilaian berdasarkan norma
yang disepakati
6. Berkewajiban membantu klien agar mampu mandiri
7. Berkewajiban membina hubungan saling
percaya
8. Bekerja sesuai kaida etik, menjaga
kerahasiaan
9. Berkomunikasi secara efektif
Pelayanan
professional adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh seorang tenaga yang
telah selesai mengikuti pendidikan formal keperawatan, yang telah disahkan oleh
pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
keperawatan secara profesional dan sesuai dengan kode etik keperawatan.
Maka
dari penjabaran diatas dapat dikatakan praktik keperawatan professional
memiliki makna :
1. Praktik Keperawatan adalah tindakan
mandiri perawat professional (Ners) melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif
baik dengan klien maupun tenaga kesehatan yang lain dalam memberikan asuhan
keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
(CHS,1992).
2. Menurut American Nursing Association
(ANA) : perlakuan terhadap kompensasi pelayanan profesinal yang memerlukan
pengetahuan khusus tentang ilmu biologi, fisika atau ilmu alam, perilaku,
psikologi, sosiologi dan teori keperawatan sebagai dasar untuk mengkaji,
menegakkan diagnose, melakukan intervensi, dan evaluasi upaya peningkatan dan
pemertahanan kesehatan; penemuan dan pengelolaan masalah kesehatan, cidera,
atau kecacatan; pemertahanan fungsi optimal; atau meninggal dengan nyaman.
3. NCBSN (National Council of
State Boards of Nursing) : Praktik keperawatan berarti membantu individu atau
kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal
sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status kesehatannya, menentukan
diagnose, merencanakan dan mengimplementasikan strategi perawatan untuk
mencapai tujuan, serta mengevaluasi respons terhadap perawatan dan pengobatan.
Praktik
Keperawatan Profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Otonomi
dalam Pekerjaan
Perawat
mempunyai kemandirian. Perawat mempunyai hak melakukann tugasnya tanpa campur
tangan dari luar.
2. Bertanggung
Jawab dan Bertanggung Gugat
Perawat harus dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dia
kerjakan. Misal dalam hal member suntikan harus sesuai waktu dan dosisnya.
Perawat juga harus berhati-hati dan jujur serta teliti dalam melakukan kegiatan
keperawatan.
Perawat juga harus siap bertanggung gugat yaitu siap
menerima semua konsekuennsi dari setiap keputusan yang diambil.
3. Pengambilan
Keputusan yang Mandiri
Kebebasan perawat untuk bertindak
melaksanakan tindakan keperawatan tanpa kendali dari luar. Seorang perawat
dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang perawat, karena telah memperoleh
pendidikan perawat, dan sudah menjadi sebagai perawat profesional.
4. Kolaborasi
dengan disiplin lain
Dalam melakukan tindakan
keperawatan, perawat harus melakukan kolaborasi dengan disiplin ilmu lain.
Misal ada orang kecelakaan dan patah tulang, perawat membutuhkan tenaga
radiologi untuk melakukan rongent.
5. Pemberian
pembelaan (advocacy)
Pembelaan disebut juga dukungan
(advocacy). Yaitu bertindak demi hak klien untuk mendapatkan asuhan yang
bermutu dengan mengadakan interaksi untuk kepentingan atau demi klien, dalam
mengatasi masalahnya serta berhadapan dengan pihak – pihak lain yang lebih luas
(system at large).
6. Memfasilitasi
kepentingan pasien atau klien.
Tujuan Praktik Keperawatan Professional
diantaranya adalah untuk membantu
individu agar mandiri, selain itu mengajak individu atau masyarakat
berpartisipasi dalam bidang kesehatan, kemudian membantu individu
mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak
tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatan, serta membantu individu
memperoleh derajat kesehatan secara optimal.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktek keperawatan
professional pada kondisi sehat dan sakit, seta sepanjang daur kehidupan (mulai
dari konsepsi sampai meninggal dunia), mencangkup hal- hal berikut :
1.
Asuhan
keperawatan anak, yaitu asuhan keperawatan yg diberikan pada anak berusia mulai
dari 28hari sampai 18th.
2.
Asuhan
keperawatan maternitas, yaitu asuhan keperawatan klien wanita pada masa subur
dan neonates (bayi baru lahir sampai 28hr sampai keadaan sehat).
3.
Asuhan
medical bedah, yaitu asuhan pada klien usia diatas 18 th sampai 60 th dengan
gangguan fungsi tubuh baik karena trauma atau kelainan fungsi tubuh,
4.
Asuhan
keperawatan jiwa yaitu asuhan keperawatan pada semua usia yang mengalami
berbagai masalah kesehatan jiwa.
5.
Asuhan
keperawatan keluarga yaitu asuhan keperawatan pada klien keluarga sebagai unit
terkecil dalaam masyarakat sebagai akibat pola penuyesuaian keluarga yang tidak
sehat sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
6.
Asuhan
keperawatan komunitas
yaitu asuhan keperawatan kepada klien masyarakat pada kelompok di wilayah
tertentu pada semua usia sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat.
7.
Asuhan
keperawatan gerontik yaitu asuhan keperawatan pada klien usia 60 tahun ke atas
yang mengalami proses penuaan dan permasalahannya.
II.
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM
PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Nilai-nilai (values)
adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar
atau pegangan yang mengarah pada sikap atau perilaku seseorang. Sistem nilai
dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan
sering diartikan sebagai perilaku personal.
Nilai-nilai profesional yang terkait dalam praktik
keperawatan dapat dibagi menjadi :
1. Nilai intelektual, terdiri dari 3
komponen yang terkait, yaitu :
a. Body of knowladge yang melandasi
praktik professional
b. Pendidikan spesialisasi untuk
meneruskan kelompok ilmu pengetahuan.
c. Penggunaan pengetahuan dalam
berpikir kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen mora, prilaku perawat
harus dilandasi oleh aspek moral sebagai berikut :
a. Benificience yang berarti sebagai seseorang
profesional perawat harus selalu mengupayakan tiap keputusan yang dibuat
berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien
(johnstone,1994).
b. Adil berarti tidak mendiskriminasikan
klien berdasarkan agama, ras, sosial budaya, ekonomi, tetapi memperlakukan
klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity yang berarti bahwa perilaku caring,
selalu berusaha menempati janji, memberikan harapan yang memadai, memiliki
komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali, dan tanggung gugat
a. Otonomi berarti kebebasan dari
kewenangan melakukan tindakan secara mandiri.
b. Kendali mempunyai implikasi
pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau orang.
c. Tanggung gugat berarti bertanggung
jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Pada tahun 1985, “The
American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu proyek termasuk
didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan
profesional. Perkumpulan ini
mengidentifikasikan tujuh (7) nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional,
yaitu:
1)
Aesthetics (keindahan)
Kualitas obyek suatu peristiwa atau
kejadian, seseorang memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas,
imajinasi, sensitifitas dan kepedulian.
2)
Altruism (mengutamakan orang lain)
Kesediaan memperhatikan kesejahteraan
orang lain termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan, kedermawanan
atau kemurahan hati serta ketekunan.
3)
Equality (kesetaraan)
Memiliki hak atau status yang sama
termasuk penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi.
4) Freedom
(Kebebasan)
Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk
percaya diri, harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5)
Human Dignity (Martabat manusia)
Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap
martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan,
pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
6)
Justice (Keadilan)
Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal
termasuk objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta
kewajaran.
7)
Truth (Kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita, termasuk
akontabilitas, kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang rasional.
Klarifikasi nilai-nilai
merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem nilai-nilai yang
melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang memungkinkan
seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis
yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini
yang sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi
sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat
yang sangat besar didalam aplikasi keperawatan.
Ada tiga fase dalam
klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh perawat.
a. Pilihan
1. Kebebasan
memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu
2. Perbedaan
dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang diberikan
bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan
mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan.
3. Keyakinan
bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan konsekuensi terbaik
bagi semua masyarakat.
b. Penghargaan
1. Merasa
bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila
mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta
sejawat) atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal
yang dilakukan.
2. Dapat
mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia
memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.
c. Tindakan
1. Gabungkan
nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari
2. Upayakan
selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi dan
profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan.
Semakin disadari
nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan
serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat
atau pasien dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu
yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu : penghargaan
terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak
lagi merasa nyaman.
Oleh
karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita perlu
meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam
kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai
positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat
luas.
III. FALSAFAH KEPERAWATAN
Falsafah keperawatan merupakan cara
pandang manusia dan keperawatan sebagai kerangka dasar pelaksanaan perawatan
baik kepada orang sehat maupun sakit. Falsafah ini memiliki empat komponen
dasar yaitu manusia, keperawatan,kesehatan dan lingkungan. Beberapa ahli
memiliki pendekatan spesifik sesuai dengan hasil kesimpulan masing-masing
terhadap keperawatan, seperti
1. Jean Watson
Jean Watson memandang manusia sebagai fokus sentral dan keperawatan merupakan
sains yang menggunakan pengetahuan, estetika, kemanusiaan dan seni sebagai
dasar dalam pengembangan ilmu keperawatan melalui human care. Dalam hal ini,
perawat dituntut untuk mampu memahami perilaku dan respon manusia dalam
menghadapi setiap masalah kesehatan baik yang bersifat aktual maupun potensial.
2. Ida Jean Orlando Orlando mengemukakan konsep
disiplin proses keperawatan yang meliputi komunikasi perawat klien,
identifikasi permasalahan yang ditemui pada klien, dan validasi maupun
perbaikan. Orlando lebih menekankan pada perilaku klien yang kemudian akan
menimbulkan reaksi perawatan yang dimunculkan dalam bentuk tindakan
keperawatan. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat tersebut akan
mempengaruhi tingkat kesehatan klien baik saat itu juga maupun yang jangka
panjang dimana setelah mendapatkan tindakan keperawatan klien akan berusaha
memenuhi kebutuhan untuk mengatasi stres yang timbul akibat adanya ketimpangan
kebutuhan dan lingkungan.
3. Callista Roy
Roy membuat simpulan bahwa setiap manusia untuk dapat beradaptasi pasti
memiliki terhadap stimulus baik suatu potensi internal maupun eksternal yang
berbeda pada berbagai tingkatan usia. Dalam konsep Roy ini klien dalam hal
perawat dituntut untuk kebutuhan fisiologis, mampu konsep membuat analisa
mengenai diri, peran sosial maupun keseimbangan antara kemandirian dan
ketergantungan sehingga dapat melihat kemungkinan – kemungkinan yang ada pada
klien dan melakukan pengkajian yang lebih spesifik mengenai akibat yang
ditimbulkan dan mekanisme adaptasi yang dilakukan klien.
4. Betty Neumann
Neumann memandang manusia merupakan gabungan dari konsep holistik dan
pendekatan sistem terbuka dan fokus keperawatan adalah penurunan stress dengan
memperkuat garis pertahanan diri. Neumann melihat bahwa klien harus dilihat
secara menyeluruh termasuk dengan lingkungannya baik yang internal maupun
eksternal. Pencegahan sebagai respon terhadap tingkatan reaksi yang diberikan
oleh klien terhadap stresor menjadi perhatian utama dalam teori yang
dikemukakan oleh Neumann.
5. Florence
Nightingale Manipulasi dari lingkungan dan kesehatan eskternal klien membantu
proses perbaikan merupakan pokok pikiran Florence yang memandang interkasi
klien dangan lingkungan sebagai hal dalam proses keperawatan. Nightingale
menempatkan atau perawat pergantian Nightingale yang sebagai pokok agen penting
dalam memodifikasi lingkungan klien di luar medikasi tindakan medis lain.
Dengan melakukan intervensi terhadap lingkungan sebagai hasil dari observasi
dan pengumpulan data perawat akan mampu membuat peningkatan ststus kesehatan klien.
6. Hildegard
Peplau Menurut Peplau individu/klien adalah manusia yang memiliki kebutuhan
Perasaan dan perawata hadir sebagai fasilitator baik bagi klien maupun
keluarga. kapasitas profesionalnya perawat harus mampu membangun proses Dengan
yang interpersonal dan terapeutik sebagai gagasan utama teori sifatnya Peplau,
mendampingi asumsi bahwa setiap individu memiliki kebutuhan perasaan
Menurut WJS
Poerwadarminta Falsafah Keperawatan adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai sebabsebab, azas-azas, hukum dan sebagainya daripada segala
yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu.
Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Falsafah
Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan
manusia bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan
pendekatan humanistik, dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia,
memberi perhatian kepada klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi sesama
manusia. Keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan ras, jenis
kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik dan status sosial
ekonomi. Keperawatan falsafah adalah keperawatan yang mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran
sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis daripada metoda empiris.
Falsafah
Keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) adalah Roy memiliki delapan
falsafah, empat berdasarkan falsafah prinsip humanisme dan empat berdasarkan
prinsip falsafah veritivity. Falsafah humanisme/kemanusiaan “mengenali manusia
dan sisi subyektif manusia dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan
rasa menghargai”. Sehingga ia berpendapat bahwa :
1. Saling
berbagi dalam kemampuan untuk berpikir kreatif yang digunakan untuk mengetahui
masalah yang dihadapi, mencari solusi.
2. Bertingkah
laku untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar memenuhi hukum aksireaksi.
3. Memiliki
holism intrinsik
4. Berjuang
untuk mempertahankan integritas dan memahami kebutuhan untuk memiliki hubungan
dengan orang lain veritivity. Berarti kebenaran yang bermaksud mengungkap
keyakinan Roy bahwa ada hal benar absolut. Ia mendefinisikan veritivity sebagai
“prinsip alamiah manusia yang mempertegas tujuan umum keberadaan manusia”.
Empat falsafah yang berdasarkan prinsip veritivity adalahsebagai berikut :
a.
Tujuan eksistensi manusia.
b.
Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia.
c.
Aktifitas dan kratifitas untuk kebaikan-kebaikan umum.
d.
Nilai dan arti kehidupan.
Bagian integral dari pelayanan kesehatan. Keperawatan menganggap klien
sebagai partner aktif, dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam
pemberian asuhan keperawatan
IV. PARADIGMA KEPERAWATAN
Banyak ahli yang membahas paradigma seperti Adam Smith
(1975) berpendapat bahwa paradigma adalah cara bagaimana kita menyerap dunia.
Paradigma menjelaskan dunia kepada kita dan menolong kita memahami setiap
fenomena yang terjadi disekitar kita. Dan Masterman (1970) mendefinisikan
paradigma adalah suatu pandangan fundamental tentang persoalan dalam suatu
cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan Poerwanto, (1997) mengartikan Paradigma
adalah suatu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi dan sangat menentukan
bagi penggunanya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang dasar khas dalam
melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan mengenai suatu
kenyataan atau fenomena kehidupan manusia
Paradigma keperawatan menurut Masterman (1970)
adalah sebagai pandangan fundamental
tentang persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Dan menurut Gaffar
(1997) Paradigma keperawatan adalah cara
pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna,
mmenyikapi dan memilih tindakanterhadap berbagai fenomena yang ada dalam
keperawatan. Dengan demikian paradigma keperawatan berfungsi sebagai acuan atau
dasar dalam melaksanakan praktek keperawatan yang bersifat professional.
Keperawatan sebagai ilmu juga memiliki paradigma
sendiri dan sampai saat ini paradigma keperawatan masih berdasarkan empat
komponen yang diantaranya manusia, keperawatan, kesehatan dalam rentang sehat
sakit dan lingkungan. Sebagai disiplin ilmu, keperawatan akan selalu berkembang
untuk mencapai profesi yang mandiri seiring dengan perkembangan ilmu dan
teknologi sehingga paradigma keperawatan akan terus berkembang.
Berikut merupakan komponen paradigma keperawatan yaitu sebagai berikut :
1.
Konsep manusia
Komponen ini
merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari pelayanan
keperawatan.manusia bertindak sebagai klien dalam konteks paradigma keperawatan
ini bersifat individu,kelompok dan masyarakat dalam suatu
sistem. Sistem tersebut dapat meliputi:
a.
sistem terbuka,manusia
dapat mempengaruhi dan di paengaruhi oleh lingkungan baik
fisik,psikologis,sosial maupun spiritual sehingga proses perubahan pada manusia
akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
b.
sistem adaptif,manusia
akan merespon terhadap perubahan yang ada di lingkungannya yang akan selalu
menunjukkan perilaku adaptif dan maladaftif.
c.
sistem
personal,interpersonal dan social,manusia memiliki persepsi,pola
kepribadian dan tumbuh kembang yang berbeda.
2.
Konsep keperawatan
Konsep ini
adalah suatu bentuk peleyanan kesehatan yang bersifat profesional dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan kepada
individu,keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat sakit.dengan demikian
konsep ini memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan pada
klien dalam bentuk pemberian asuhan keperawatan adalah dalam keadaan tidak
mampu,tidak mau dan tidak tahu dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
3.
Konsep sehat sakit
Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa
bentuk pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang sehat sakit.
Konsep Sehat menurut Travis
and Ryan, (1998) adalah :
1)
Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam
menentukan kesehatan
2)
Sehat merupakan gaya hidup, disain gaya hidup menuju
pencapaian potensial tertinggi untuk sehat.
3)
Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran
yang tidak pernah putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap
momen, ”here and now.”
4) Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang
diperoleh dari lingkungan, ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk
mempengaruhi lingkungan sekitar.
5) Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa,
apresiasi yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi
status kesehatan.
6)
Sehat adalah
penerimaan terhadap diri.
a. Rentang
sehat
Rentang ini
diawali dari status kesehatan sehat normal,sehat sekali dan sejahtera.dikatakan
sehat bukan hanya bebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi aspek
fisik,emosi,sosial dan spiritual. Maka dapat
diketahui karakteristik sehat sebenarnya adalah: pertama, memiliki kemampuan
merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia;kedua, memiliki pandangan
terhadap sehat dalam konteks lingkungan; dan ketiga, memiliki hidup yang
kreatif dan produktif keyakinan terhadap kesehatan adalah pendapat, keyakinan,
dan sikap seseorang terhadap sehat dan sakit. Keyakinan terhadap kesehatan
didasarkan informasi yang faktual/kesalahan informasi, pikiran sehat/mitos, dan
kenyataan atau harapan yang salah.Karena keyakinan terhadap kesehatan biasanya
mempengaruhi perilaku sehat, maka keyakinan tersebut dapat berpengaruh secara
positif/negatif terhadap tingkat kesehatan klien.
Keyakinan
klien terhadap kesehatan bergantung pada beberapa faktor antara lain persepsi
tentang tingkat sehat, faktor-faktor yang dapat di modifikasi seperti
demografi(misal jenis dan tempat perumahan), kepribadian, dan persepsi terhadap
keuntungan yang dapat diperoleh dari perilaku sehat yang positif. Faktor
pengaruh stasus kesehatan, antara lain:
1)
Perkembangan
Status
kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempuyai arti bahwa
perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia
2)
Sosial dan Kultural
Hal ini
dapat juga mempengaruhi proses perubahan bahan status kesehatan seseorang
karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan
perubahan dalam perilaku kesehatan.
3)
Pengalama Masa Lalu
Hal ini
dapat mempegaruhi perubahan status kesehatan,dapat diketahiu jika ada
pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalamam kesehatan yang buruk
sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutya.
4)
Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan
merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status
kesehatan kearah yang optimal.
5)
Keturunan
Keturunan
juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang mengingat potensi
perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik.
6)
Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik.
7)
Pelayanan
Pelayanan
dapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi
status kesehatan
b. Rentang
sakit
Rentang ini dimulai dari keadaan setengah
sakit,sakit,sakit kronis dan kematian.
Tahapan proses sakit:
1)
Tahap gejala
Merupakan
tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan
tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala.
2)
Tahap asumsi terhadap sakit
Pada tahap
inin seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di alaminya dan
akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada
tubuhnya.
3)
Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Tahap ini
seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat
dari profesi kesehatan.
4)
Tahap penyembuhan
Tahap ini
merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk
beradaptasi,di mana srsrorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan
perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit.
4.
Konsep lingkungan
Paradigma keperwatan dalam konsep lingkungan ini
adalah memandang bahwa lingkunan fisik,psikologis ,sosial, budaya dan spiritual
dapat mempengaruhi kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan keperawatan
dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang ditimbulkannya sehingga tujuan
asuhan keperawatan dapat tercapai.
A. Komponen dan perkembangan paradigma keperawatan
Dalam memahami komponen dan perkembangan teori
keperawatan tetap berpedoman pada paradigma
keperawatan, mengingat paradigma merupakan cara pandang dari sebuah ilmu dan
keperawatan itu adalah ilmu yang didasari atas teori-teori yang
ada. Dalam perkembangannya, teori keperawatan dapat bersifat dinamis sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Dibawah ini adalah pandangan dari
berbagai ahli tentang paradigma keperawatan diantaranya:
1. Johson memandang manusia sebagai sistem perilaku yang
terdiri dari dua sistem mayor yaitu biologi dan perilaku yang merupakan fokus
pelayanan keperawatan dengan tujuan primernya adalah membantu keseimbangan
individu khususnya pada sistem perilaku ketika ia sakit, sehingga akan dicapai
status kesehatan yang berarti adanya respon adaptasi baik fisik, mental, emosi
maupun sosial terhadap stimulaso internal dan eksternal untuk mempertahankan
kseimbangan dan kenyamanan.
2. King memandang manusia sebagai sistem terbuka yang
sosial, rasional, perasa, pengontrol, bertujuan, beraksi dan berorientasi pada
waktu.
3. Leinger memandang manusia sebagai keperdulian akan
kemampuan dalam mempengaruhi minat dan rasa hormat terhadap kebutuhan orang
lain, kesehatan dan mempertahankan hidup
4. Levine memandang kehidupan manusia selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap perubahan
5.
Newman memandang manusia sebagai total person seperti
sistem klien yang terdiri dari biopsikososial, kultur dan selalu berkembang
6. Orem memandang manusia sebagai gabungan dari komponen
fisik, psikologis, interpersonal, dan sosial dama memenuhi kebutuhan perawatan
diri sendiri melalui belajar dari perilaku
7. Roger memandang manusia secara keseluruhan dan terus
menerus terjadi pertukaran energi dengan lingkungannya
8. Roy memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial
yang merupakan dasar bagi kehidupan yang baik
Waston memandang manusia membutuhkan
proses keperdulian dalam mempertahankan kesehatan atau meninggal dengan damai
dan merupakan mekanisme personal, internal, dan mental spiritual unuk
kesembuhan diri
DAFTAR
PUSTAKA
Kusnanto. 2004. Pengantar
Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Indah. Ilmu
Keperawatan Dasar 1. 2013. (Online) available : http://indahmumpunis1keperawatan.blogspot.com/2013/01/ikd-1ilmu-keperawatan-dasar-1-konsep.html
Udayati, Made. Praktik
Keperawatan Profesional. 2011 (Online) available : http://udayatimade.blogspot.com/2011/01/praktik-keperawatan-profesional.html
Herman. Nilai dalam Keperawatan. 2012 (Online) available : http://nursingkeperawatan.blogspot.com/2009/11/nilai-dalam-keperawatan.html
Hidayat, Aziz Aimul.2007.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Gaffar,Laode J.1997.Pengantar Keperawatan Profesional.Jakarta :EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar