A. PENGERTIAN
Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic
atau ASVD berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta)
dan sklerosis (indurasi dan pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri
adalah suatu keadaan arteri besar
dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak, trombosit,
makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan
berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di seluruh lapisan tunika intima dan
akhirnya ke tunika media (www.medicastore.com).
Aterosklerosis merupakan
proses yang berbeda. yang menyerang intima arteri besar dan medium. Perubahan
tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium. komponen darah, karbohidrat dan
jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal
sebagai ateroma atau plak.
Karena aterosklerosis merupakan penyakit arteri umum, maka bila kita
menjumpainya di ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian
tubuh yang lain (Brunner & Suddarth, 2002).
Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena mengandung lipid dan kolesterol. Telah
diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah suatu proses berkesinambungan,
melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang silih
berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan
dengan rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala klinik.
Seringkali rupture plak segera pulih, dengan cara inilah proses plak
berlangsung (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997).
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah
akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan
menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak,
jantung, ginjal, dan organ vital lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika
aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju ke otak (arteri karoid) maka
bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam arteri yang menuju kejantung
(arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang
paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai
tua. Namun sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada
kanak-kanak. Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah
menjadi fenomena alamiah yang tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis
terlebih dahulu.
B. ETIOLOGI
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit,
pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel
yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak
ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau
ateroma, terisi dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan
lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi
biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di
daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah
terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan
karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma
mengumpulkan endapan kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah.
Dan kemudian darah bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga
ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu
pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit
bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan mengalir
bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).
Faktor risiko aterosklerosis dibedakan menjadi 2 yaitu, faktor risiko
yang dapat diubah dan tidak dapat diubah:
a)
Dapat diubah
1.
Usia, pada orang tua resiko terjadi atherosklerosis
lebih tinggi
Sebagai usia tubuh meningkatkan
risiko aterosklerosis dan atau gaya hidup faktor genetik menyebabkan plak untuk
secara bertahap membangun di arteri pada pertengahan usia atau lebih, plak
cukup telah membangun menyebabkan tanda-tanda atau gejala, pada pria, risiko
meningkat setelah usia 45, sedangkan pada wanita, risiko meningkat setelah usia
55.
2.
Jenis kelamin; pria memiliki resiko lebih tinggi
daripada wanita
3.
Ras
4.
Riwayat keluarga dengan Atherosklerosis
Risiko aterosklerosis meningkat jika
ayah atau saudara laki-laki didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 55
tahun, atau jika ibu atau saudara perempuan didiagnosis dengan penyakit jantung
sebelum usia 65 tahun tetapi meskipun usia dan riwayat keluarga penyakit
jantung dini faktor risiko, itu tidak berarti bahwa Anda akan mengembangkan
atherosclerosis jika Anda memiliki satu atau keduanya. Membuat perubahan gaya
hidup dan atau mengambil obat-obatan untuk mengobati faktor risiko lainnya
seringkali dapat mengurangi pengaruh genetik dan mencegah aterosklerosis dari
berkembang, bahkan pada orang dewasa yang lebih tua.
b)
Tidak dapat diubah
1.
Mayor
a)
Peningkatan lipid serum
b)
Hipertensi
c)
Merokok; pada orang-orang yang sebelumnya telah
memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit jantung, merokok sangatlah
berbahaya karena:
1)
Merokok bisa mengurangi kadar kolesterol HDL dan
meningkatkan kadar kolesterol LDL.
2)
Merokok menyebabkan bertambahnya kadar karbon monoksida
di dalam darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada lapisan
dinding arteri.
3)
Merokok akan mempersempit arteri yang sebelumnya telah
menyempit karena atherosklerosis, sehingga mengurangi jumlah darah yang sampai
ke jaringan.
4)
Merokok meningkatkan kecenderungan darah untuk membentuk
bekuan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya arteri perifer, penyakit arteri
coroner, stroke dan penyumbatan suatu arteri cangkokan setelah pembedahan.
d)
Gangguan toleransi glukosa
e)
Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
2.
Minor
a.
Gaya hidup yang kurang gerak
b.
Stress psikologik
c.
Tipe kepribadian
C. PATOFISIOLOGI
Akibat
langsung aterosklerosis pada arteri meliputi penyempitan (stenosis) lumen,
obstruksi oleh trombosis, aneurisma (dilatasi abnormal pernbuluh darah), ulkus
dan ruptur. Akibat tidak langsungnya adalah malnutrisi dan fibrosis organ yang
disuplai oleh arteri yang sklerotik tersebut. Semua sel yang berfungsi aktif
memerlukan suplai darah yang kaya akan nutrisi dan oksigen dan peka terhadap
setiap penurunan suplai nutrisi tersebut. Bila penurunan tersebut berat dan
permanen, sel-sel tersebut akan mengalami nekrosis (kematian sel akibat
kekurangan aliran darah) dan diganti oleh jaringan fibrosa yang tidak
memerlukan banyak nutrisi.
Aterosklerosis
terutama mengenai arteri utama sepanjang. percabangan arteri dalam berbagai
derajat keparahannya, biasanya berbentuk bercak-bercak. Cabang arteri biasanya
hanya terkena pada bagian bifurcation.
Aterosklerosis
dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan
ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrien oleh sel-sel
endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh
darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,
selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen
yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan
darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler,
diikuti oleh penyakit tromboemboli
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit
jantung koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau
penyumbatan mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
tergantung dari lokasi terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak,
tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri
yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan
mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke
jaringan.
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang
terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang
khas gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya
penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan. Tetapi
jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan
menyumbat arteri) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
Tanda dan Gejala
a.
Klaudikasio intermiten
b.
Impotensi atau gangguan ereksi
c.
Nyeri istirahat (sewaktu malam)
d.
Denyut arteri kurang kuat, dinding arteri keras
e.
Bising jantung (murmur)
f.
Hipotrofia otot tungkai
g.
Ujung ekstremitas pucat, sianosis, dingin, kelainan
trofik, hilang bulunya, atrofi kulit
h.
Nekrosis atau gangren
E. STADIUM ATEROSKLEROSIS
Penyakit sumbatan
arteri adalah gangguan aliran arteri yang kronik yang sering ditemukan dan
biasanya memerulukan tindakan bedah. Penggolongannya didasarkan pada letak,
luasnya sumbatan serta ukuran arteri. Beratnya insuffisiensi aliran darah
diarteri ekstrimitas bawah dibedakan dalam stadium menurut fontaine.
Pada stadium I perfusi
jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri. Pada stadium II
perfusi ke otot intermiten yaitu nyeri pada otot ekstrimitas bawah yang timbul
ketika berjalan yang memeaksakan berhenti berjalan. Nyeri hilang bila penderita
istirahat. Gejala ini mengurangi penggunaan otot sehingga jarak tempuh dalam
berjaln tidak dapat melebihi jarak tertentu. Pada stadium III perfusi sudah
tidak memadai saat istirahat. Pada stadium IV telah terjadi iskemia yang
mengakibatkan nekrosis, kelainan tropik kulit, atau gangguan penyembuhan lesi
kulit.
Stadium
|
Tanda
dan Gejala
|
I
II
III
IV
|
Asimptomatik atau gejala tidak
khas (semutan, geringgingan)
Klaudikasio intermiten (sehingga
jarak tempuh memendek)
Nyeri saat beristirahat
Manisfestasi kerusakan jaringan
karena anoksia (sekresi, ulkus)
|
Stadium atherosclerosis menurut Fontaine
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan
terdiagnosis. Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup)
pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis.
Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang. Pemeriksaan yang bisa
dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis:
a. ABI
(ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki
dan lenga
b. Pemeriksaan
Doppler di daerah yang terkena
c. Skening
ultrasonik Duplex
d. CT
scan di daerah yang terkena
e. Arteriografi
resonansi magnetik
f. Arteriografi
di daerah yang terkena
g. IVUS
(intravascular ultrasound)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a)
Penatalaksanaan Medik
Pada tingkat
tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk pembuluh darah baru di
daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak
dan kolesterol dalam darah seperti kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat,
gemfibrozil, probukol, dan lovastatin. Untuk mengurangi resiko terbentuknya
bekuan darah, dapat diberikan obat-obatan seperti aspirin, ticlopidine dan
clopidogrel atau anti-koagulan.
Sementara
angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah
yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat
endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana
arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan
guna menghindari arteri yang tersumbat.
b)
Penatalaksanaan Keperawatan
Mengajarkan
tekhnik relaksasi (pernafasan dalam) dan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri
pada dada akibat terjadi sumbatan pada arteri koronaria. Menganjurkan untuk
mengonsumsi makanan yang rendah kolesterol, tinggi protein dan makanan yang
kaya akan serat.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
Identitas klien : selain nama klien, juga
orangtua; umur, alamat, asal kota dan daerah.
2.
Riwayat kesehatan
a)
Keluhan utama: penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b)
Riwayat penyakit sekarang: tanda
dan gejala klinis aterosklerosis, gejala yang mudah diamati adalah nyeri dada
yang hilang saat istirahat.
c)
Riwayat penyakit
dahulu: untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit atau faktor yang membuat kondisi pasien
menjadi lebih parah kondisinya.
Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi pertimbangan dalam
penanganan aterosklerosis. Adanya penyakit hipertensi, ataupun penyakit
kardiovaskuler lain dapat dipertimbangkan
pengaruhnya terhadap terjadinya aterosklerosis.
d)
Riwayat penyakit
keluarga: adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
3.
Pola fungsi kesehatan
a)
Pola nutrisi-metabolik.
Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah (adanya
peningkatan intra kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu, tenggorokan dan
gangguan menelan.
b)
Pola eliminasi
Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi
abdomen, tidak ada bising usus ( illeus paralitik ).
c)
Pola aktifitas-latihan
Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis atau hemiplegi, mudah lelah.
d)
Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan gangguan
penglihatan.
e)
Pola sensorik
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya penglihatan atau kekaburan
pandangan, gangguan penciuman atau perabaan atau sentuhan menurun terutama pada
daerah luka dan ekstremitas, status mental, koma, ekstremitas lemah atau
paralisis, tidak dapat menggenggam, paralisis wajah, tidak dapat bicara,
berkomunikasi secara verbal, kehilangan pendengaran, penglihatan, sentuhan,
refleks pupil, dan dilatasi.
f) Pola kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba
yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan dengan nitrogliserin. Lokasi
nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan,
rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang
pernah dialami.Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, penurunan kontak mata ,perubahan
irama jantung, ECG (Elektokardiograf), tekanan darah, respirasi dan warna kulit
serta tingkat kesadaran.
g) Pola respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas,
batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada
pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis,
suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesukuler. Sputum jernih atau juga
merah muda/pink tinged.
h)
Pola interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi
dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
i)
Pola pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang
menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
4.
Pemeriksaan fisik, fokus pada
sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
Pemeriksaan tanda-tanda vital TD,
Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan untuk mengetahui tanda awal dari
ketidakstabilan hemodinamik tubuh, gambaran dari tanda vital yang tidak stabil
merupakan indikasi dari peningkatan atau penurunan kondisi perfusi jaringan dan
kegagalan jantung dalam berkontraksi.
a)
Keluhan atau
adanya nyeri: Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa
besar nyeri muncul, lokasi dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang
muncul sehingga dapat diklasifikasikan daerah/area yang mengalami
aterosklerosis. Adanya nyeri yang terkaji dapat menjadi patokan, didaerah mana
kira-kira lokasi yang mengami penyumbatan dan setelah itu perlu di identifikasi
kembali dengan beberapa pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan mempertegas
kondisi pasien.
b)
Pemeriksaan
tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting
dilakukan karena adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan kelainan
sirkulasi dalam sistem sistemik tubuh. Dengan asumsi penurunan kontraktilitas
otot-otot jantung, maka denyut nadi akan menurun dan juga tekanan darah naik
lama kelamaan akan menurun karena penurunan cardiac output. Oleh karena itu
pengkajian terhadap tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan sebagai indikasi
awal adanya kelainan sistemik tubuh.
c)
Pemantauan
Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji sistem hemodinamik
tubuh, karena adanya perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga akan berkurang, demikian juga cairan dan
keseimbangan cairan akan berpengaruh terhadap tekanan hemodinamik tubuh
d)
Pemantaun perubahan penampakan dan temperature kulit
1)
Aliran darah yang
tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
2)
Rubor terlihat
dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas tergantung dan merupakan
petunjuk adanya kerusakan arteri dimana pembuluh darah tidak mampu
berkonstruksi.
3)
Sianosis
4)
Rambut hilang
5)
Kuku rapuh
6)
Kulit kering
7)
Atropi dan
ulserasi
8)
Edema bilateral
atau unilateral
5.
Pemeriksaan penunjang
a)
Pemeriksaan ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi
iskemia miokardium, apalagi dalam kondisi istirahat. Adanya gambaran depresi
S-T atau horizontal 1mm atau lebih diluar titik J, bersifat khas, walaupun
tidak patognomonik iskemia kardium. Gambaran lain dari adanya kelainan ECG
mencakup perubahan gelombang ST-T nonspesifik, kelambatan hantaran
atrioventrikularis dan intraventrikel serta aritmia bersifat non spesifik untuk
penyakit jantung koroner aterosklerotik.
b)
Laboratorium darah
Lipid darah (lemak) bahwa telah
diketahui bahwa hiperlipidemia adalah suatu faktor penting dalam perkembangan
aterosklerosis koronaria. Demikian juga peningkatan kadar gula darah yang
diatas rata-rata, hal ini menunjukkan adanaya risk factor lain yang dapat
menyebabkan aterosklerosis.
1)
Elektrolit: ketidakseimbangan dapat mempengaruhi
konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas, contoh: hipokalemia atau
hiperkalemia.
2)
Sel darah Putih (SDP): leukosit (10.000-20.000)
biasanya tampak sehubungan dengan proses inflamasi.
3)
Kecepatan sedimentasi: apabila meningkat maka
menunjukkan adanya inflamasi.
4)
Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi
atau perfusi organ akut atau kronis.
5)
Kolesterol atau trigeliserida serum: meningkat,
menunjukkan arteriosclerosis.
c)
Pemeriksaan dengan Echokardiografi
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan
echo-kardiografi, dari pemeriksaan ini dapta dilihat lokasi penyumbatan dan
berapa besar tingkat aliran darah yang mengaliri koroner dan jantung, dan
dilihat juga seberapa besar adanya penyumbatan aliran tersebut. Dari hasil echo
yang dapat memotret dari 3 dimensi memungkinkan diagnosa dan tindakan yang akan
dilakukan akan tepat sasaran.
d)
Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau
sumbatan arteri koroner dan biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran
tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
e)
Pemeriksaan Photo thorak
Hasil, mungkin normal atau
menunjukkan pembesaran jantung didug gagal jantung koroner atau aneurisme
ventrikuler. Pemeriksaan ini disamping untuk mengetahui seberapa besar adanya
pembesaran jantung, juga untuk mengetahui dan mengidentifikasi gangguan sistem
respirasi terutama paru. Dengan adanya photo thorak dapat diketahui secara dini
adanya pneumonia atau infeksi lain sehingga faktor penyulit tersebut dapat
dicegah dan ditangani dengan cepat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Bila mengenai jaringan perifer
a)
Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan
gangguan pertukaran.
b)
Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh
darah menyuplai oksigen ke jaringan.
c)
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan sirkulasi.
2.
Bila dilakukan pembedahan
a)
Pra pembedahan
1)
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang
kompleks.
b)
Post pembedahan
1)
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
atau saraf-saraf akibat luka operasi.
2)
Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry
akibat luka operasi (pembedahan)
3)
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
luka operasi
3.
Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup
a)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
mengenai sumber- sumber informasi
C. INTERVENSI
1.
Bila mengenai jaringan perifer
a)
Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan
gangguan pertukaran.
Tujuan NOC:
1)
Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris
2)
Suhu ekstremitas hangat
3)
Tingkat sensasi normal
Intervensi NIC:
1)
Rendahkan ekstremitas
Rasional : untuk meningkatkan
sirkulasi arteri dengan tepat.
2)
Tinggikan anggota badan lebih tinggi dari jantung
Rasional : untuk meningkatkan aliran
darah balik vena
3)
Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif selama
tirah baring
Rasional : untuk mencegah terjadinya
perubahan integritas kulit.
4)
Pantau penggunaan alat yang panas atau dingin, seperti
bantalan pansa, botol berisi air panas, dan kantung es.
Rasional : suhu yang terlalu ekstrim
dapat
5)
Anjurkan pasien untuk tidak menyilangkan kaki
Rasional : pencegahan terhadap adanya
statis vena
b)
Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh
darah menyuplai oksigen ke jaringan
Tujuan NOC:
1)
Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan
tindakan untuk mencegah nyeri
2)
Pasien akan melaporkan kesejahteraan fisik dan
psikologis
3)
Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan
kesehatan
4)
Pasien dapat mempertahankan tingkat nyeri
Intervensi NIC:
1)
Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien
2)
Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan
keluarga
3)
Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan
selama aktivitas yang menyakitkan
4)
Kolaborasi dalam pemberian analgesia
5)
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
c)
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan sirkulasi
Tujuan NOC:
1)
Kulit utuh, warna normal
2)
Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi
Intervensi NIC:
1)
Lakukan penilaian sirkulasi perifer yang komprehensif
(misalnya cek nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna kulit, dan suhu
ekstremitas)
Rasional : untuk mengetahui adanya
peningkatan sirkulasi arteri dan vena.
2)
Pantau kulit dari adanya perubahan integritas kulit.
Rasional : pencegahan, meminimalkan
cedera, atau rasa tidak nyaman pada pasien.
3)
Hindari trauma kimia, mekanik atau panas yang
melibatkan ekstremitas
2.
Bila dilakukan pembedahan
a)
Pra pembedahan
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.
Tujuan NOC:
1)
Tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
2)
Tidak ada gangguan persepsi sensori
3)
Pasien dapat mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan
negatif secara tepat
Intervensi NIC:
1)
Kaji tingkat ansietas yang terjadi
2)
Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai
tingkat pemahaman pasien dan keluarga
3)
Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
4)
Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan
lingkungan yang tenang.
5)
Diskusikan ketegangan dan harapan pasien
b)
Post pembedahan
1)
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
atau saraf-saraf akibat luka operasi.
Tujuan NOC:
a.
Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan menggunakan
tindakan untuk mencegah nyeri
b.
Pasien mampu melaporkan nyeri pada penyedia perawatan
kesehatan
c.
Pasien mampu menunjukkan tekhnik relaksasi secara
individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi NIC:
a.
Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien
b.
Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan
keluarga
c.
Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan
selama aktivitas yang menyakitkan
d.
Kolaborasi dalam pemberian analgesia
2)
Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry
akibat luka operasi (pembedahan)
Tujuan NOC:
a.
Terbebas dari tanda atau gejalainfeksi
b.
Pasien akan melaporkan tanda atau gejala infeksi serta
mengikuti prosedur dan pemantauan
Intervensi NIC:
a.
Pantau tanda dan gejala infeksi
b.
Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak
terinfeksi
c.
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang rawat luka dengan
tekhnik sepsis dan asepsis
d.
Kolaborasi dalam pemberian antibiotika
3)
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
luka operasi
Tujuan NOC:
a.
Menunjukkan rutinitas perawatan kulit yang efektif
b.
Mengingesti makanan secara adekuat untuk meningkatkan integritas
kulit
Intervensi NIC:
a.
Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit
b.
Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering
dan bersih
c.
Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan
suplemen vitamin
d.
Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan
kulit
3.
Bila dianjurkan memodifikasi gaya hidup
a)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
mengenai sumber-sumber informasi.
Tujuan NOC:
1)
Berpartisipasi dalam proses belajar
2)
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau prognosis
dan aturan terapeutik
3)
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
Intervensi NIC:
1)
Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan
pada individu.
Rasional: membantu dalam membangun
harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan
saat ini
2)
Sarankan pasien menurunkan atau membatasi stimulasi
lingkungan terutama selama kegiatan berfikir
Rasional: stimulasi yang beragam
dapat memperbesar gangguan proses berfikir
3)
Identifikasi faktor-faktor resiko secara individual (seperti
hipertensi, kegemukan, merokok, aterosklerosis, menggunakan kontrasepsi oral)
Rasional: meningkatkan kesehatan secara
umum dan mungkin menurunkan resiko kambuh.
D. IMPLEMENTASI
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan
dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun / ditemukan, yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana
dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri
dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli
gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan
diberikan kepada pasien.
Berikut ini
metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang
dapat dilakukan oleh perawat :
1.
Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2.
Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3.
Menyiapkan lingkungan terapeutik
4.
Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari
5.
Memberikan asuhan keperawatan langsung
6.
Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan
keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,
menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi
area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan
intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan
tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan
dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan. Prosedur
spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa
mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan
bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas
sesuai dengan standar keperawatan.
E. EVALUASI
1.
Bila mengenai jaringan perifer
a)
Ketidakefektifan perfusi jaringan: suplai darah arteri
ke ekstremitas meningkat (teraba hangat, warna kemerahan atau tidak pucat).
b)
Nyeri: pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan
analgetik dengan baik.
c)
Risiko kerusakan integritas kulit: integritas kulit
terjaga, tidak terjadi trauma dan iritasi kulit.
2.
Bila dilakukan pembedahan
a)
Pra pembedahan:
Ansietas: tanda dan gejala ansietas
menurun.
b)
Post pembedahan:
1)
Nyeri akut: nyeri pasca bedah terkontrol.
2)
Risiko infeksi: infeksi luka operasi tidak terjadi.
3)
Risiko kerusakan integritas kulit: kulit tampak terawat
baik, integritas kulit terjaga.
3.
Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup
a)
Kurang pengetahuan: pemahaman pasien meningkat, pasien
menunjukkan mengikuti anjuran modifikasi gaya hidup dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Diana. 2013. Coronary Atherosclerosis. http://dhintea.blogspot.com/2013/09/coronary-atherosclerosis.html. Diakses tanggal
Fazha, Ira. 2011. Makalah Aterosklerosis Plus Askepnya. http://sitihadirah.blogspot.com/2011/04/makalah-aterosklerosis-plus-askepnya.html.
Diakses tanggal
Rahayu, Rizky Destyowati Candra. 2012. Askep Aterosklerosis. http://kumpulan-askep3209.blogspot.com/2012/06/askep-aterosklerosis.html.
Diakses tanggal
Ruhyanudin, Faqih. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Karidovaskuler. Malang: UMM Press
Sari, Ninda Nurmala. 2012. Aterosklerosis. http://kardiovaskularninda.blogspot.com/2012/02/aterosklerosis.html.
Diakses tanggal
Wibowo, Angga. 2012. Asuhan Keperawatan Arteriosklerosis. http://anggahargustra.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-arteriosklerosis.html. Diakses tanggal
Wiwik. 2014. Laporan
Pendahuluan Askep Arteriosklerosis. http://laporanpendahuluanaskep.blogspot.com/2014/09/laporan-pendahuluan-askep.html.
Diakses tanggal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar