- Definisi
1
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
2
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
3
Hipertensi adalah tekanan darah
sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien
memakai obat antihipertensi.
4
Hipertensi didefinisikan oleh Joint
National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang
dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
5
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman
Sorensen,1996).
6
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya
antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105
dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau
lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
- Anatomi
1
Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam
dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan
jantung adalah:
a.
Atas
: pembuluh darah besar
b.
Bawah
: diafragma
c.
Setiap sisi : paru
d.
Belakang : aorta
desendens, oesophagus, columna vertebralis
- Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada
jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin,
lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki
laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah
untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur
jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal
yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar
25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi
menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm
(0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang
lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi
dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan
tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
a.
Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan
dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.
b.
Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot
yang sifatnya elastic dan termasuk otot polos
c.
Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali
terdiri dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)
- Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif
tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan
kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah
pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.
- Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang
berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh
darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya
kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring
darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
- Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.
Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian
dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid,
darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi
melalui ruang jaringan. Saluran Limfe mengumpulkan,
menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar
melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe
sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam
vili usus.
- Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena
dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan
secara sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena
yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga
mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi
kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis,
mempunyai dinding tipis, mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang
mengarah ke jantung.
- Klasifikasi
Klasifikasi
hipertensi menurut WHO
:
1
Tekanan darah
normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik
kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2
Tekanan darah perbatasan (broder line)
yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.
3
Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu
bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar
atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the
Detection and Treatment of Hipertension
1
Diastolik
a.
< 85
mmHg
: Tekanan darah normal
b.
85 –
99
: Tekanan darah normal tinggi
c.
90 -104
: Hipertensi ringan
d.
105 –
114
: Hipertensi sedang
e.
>115
: Hipertensi berat
- Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a.
< 140
mmHg
: Tekanan darah normal
b.
140 –
159
: Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c.
>
160
: Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan
darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh
tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah
terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi,
yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang
segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan
tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
- Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1
Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan
eksresi atau transport Na.
2
Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3
Stress Lingkungan.
4
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada
orang tua serta pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1
Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf
simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok
dan stress.
2
Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler
renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin
dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
a.
Elastisitas dinding aorta menurun
b.
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c.
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
- Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
Ciri perseorangan :
Ciri perseorangan :
a.
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b.
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c.
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d.
Kebiasaan hidup
e.
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
f.
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
g.
Kegemukan atau makan berlebihan
h.
Stress
i.
Merokok
j.
Minum alcohol
k.
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a.
Ginjal
b.
Glomerulonefritis
c.
Pielonefritis
d.
Nekrosis tubular akut
e.
Tumor
f.
Vascular
g.
Aterosklerosis
h.
Hiperplasia
i.
Trombosis
j.
Aneurisma
k.
Emboli kolestrol
l.
Vaskulitis
m.
Kelainan endokrin
n.
DM
o.
Hipertiroidisme
p.
Hipotiroidisme
q.
Saraf
r.
Stroke
s.
Ensepalitis
t.
SGB
u.
Obat – obatan
v.
Kontrasepsi oral
w.
Kortikosteroid
- Faktor Resiko
a.
Riwayat keluarga dengan penyakit
jantung dan hipertensi
b.
Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau
sesudah menopause
c.
Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d.
Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan
oleh beberapa hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat,
caffeine, DM, dsb.
e.
Factor emosional dan tingkat stress
f.
Gaya hidup yang monoton
g.
Sensitive terhadap angiotensin
h.
Kegemukan
i.
Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
- Patofisiologi
Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai
pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia
lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
Menurunnya
tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari
sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada
ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Pathways
- Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi :
- Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang
dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
- Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala
terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ),
manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh
sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis, Kesadaran menurun.
Manifestasi
klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a.
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b.
Sakit kepala
c.
Pusing / migraine
d.
Rasa berat ditengkuk
e.
Penyempitan pembuluh darah
f.
Sukar tidur
g.
Lemah dan lelah
h.
Nokturia
i.
Azotemia
j.
Sulit bernafas saat beraktivitas
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua
cara yaitu :
- Pemeriksaan yang segera seperti :
a.
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b.
Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c.
Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d.
Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e.
Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
f.
Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler )
g.
Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
h.
Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab)
i.
Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
j.
Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor
resiko hipertensi
k.
Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme
l.
EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
m.
Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
- Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
a.
IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b.
CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c.
IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu
ginjal,
perbaikan ginjal.
perbaikan ginjal.
d.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal
tab, CAT scan.
e.
(USG) untuk melihat
struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
- Komplikasi
Efek pada
organ :
1
Otak
- Pemekaran pembuluh darah
- Perdarahan
- Kematian sel otak : stroke
- Ginjal
- Malam banyak kencing
- Kerusakan sel ginjal
- Gagal ginjal
- Jantung
- Membesar
- Sesak nafas (dyspnoe)
- Cepat lelah
- Gagal jantung
- Penatalaksanaan
Pengelolaan
hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
1
Terapi tanpa Obat è Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari
10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah
asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5
x perminggu
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan
( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak
hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan
oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1). Dosis obat pertama dinaikkan
2). Diganti jenis lain dari obat pilihan
pertama
3). Ditambah obat ke –2 jenis lain,
dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa
ditempuh
1). Obat ke-2 diganti
2). Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian
obatnya
1). Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2). Re-evaluasi dan konsultasi
3). Follow Up untuk mempertahankan
terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka
panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
- Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
- Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
- Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
- Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita. Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi
- Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
- Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
- Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
- Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
- Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
- Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
- Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
- Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
- Cara Pencegahan
- Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas
rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a.
Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk
menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b.
Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c.
Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
d.
Melakukan exercise untuk mengendalikan berat
badan.
- Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah
diketahui menderita hipertensi berupa:
a.
Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b.
Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal dan stabil mungkin.
c.
Faktor-faktor resiko penyakit jantung
ischemik yang lain harus dikontrol.
d.
Batasi aktivitas.
Perawatan Hipertensi
- Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan).
- Batasi pemakaian garam.
- Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan hipertensi dalam keluarga.
- Tidak merokok.
- Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
- Hindari minum kopi yang berlebihan.
- Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
- Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.
Bagi yang
sudah sakit
- Berobat secara teratur.
- Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter.
- Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan
cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan, kunci utamanya adalah :
- Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
- Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
- Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
- Diit Hipertensi
- Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
- Konsumsi lemak dibatasi
- Konsumsi Cholesterol dibatasi
- Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
- Makanan yang boleh dikonsumsi
- Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
- Sumber kalori (Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.)
- Sumber protein hewani (Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.)
- Sumber protein nabati (Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.)
- Sumber lemak (Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
- Sayuran (Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.)
- Buah-buahann (Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.)
- Bumbu (Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.)
- Minuman (Thea encer, coklat encer, juice buah.)
- Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
Makanan
yang banyak mengandung garam
1. Biscuit,krakers,cake dan kue lain
yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
2. Dendeng, abon,cornet beaf,daging
asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan teri, telur asin.
3. Keju, margarine dan mentega.
Makanan yang banyak mengandung
kolesterol (Makanan dari hewan seperti otak, ginjal, hati, limfa dan
jantung.)
Makanan yang banyak mengandung lemak
jenuh
1. Lemak hewan
:sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
2. Kelapa, minyak
kelapa,margarine,alpokat.
Makanan yang banyak menimbulkan gas
(Kool,
sawi, lobak, dll.)
- Bagaimana Mengatur Diit
1. Hindari penggunaan kelapa, minyak
kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang
atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2. Batasi penggunaan daging hingga 3
kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air
tawar sebagai pengganti.
3. Gunakan susu skim sebagaipengganti
susu penuh.
4. Batasi penggunaan telur hingga hanya
3 kali seminggu.
5. Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil
kacang-kacangan lainya.
6. Batasi penggunaan gula, makanan dan
minuman manis seperti sirup, coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak,
eskrim.
7. Makanlah banyak sayuran dan
buah-buahan.
- Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama
digunakan oleh masyarakat secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau
tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah
cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang tidak
diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:
- Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal
dan juga bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya.
Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian parutan
belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini
diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu
bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu menambahkan
gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur
menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air
perasannya lebih banyak.
- Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri
sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan
usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore
dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun
seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan
darah.
- Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih
mentah setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna
coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam
keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang
bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya
ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
- Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi.
Caranya hampir sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus,
kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari
mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur
- Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus
dengan 4 gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring.
Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
- Melon
Buah
yang sudah masak dapat langsung di makan
- Semangka
Buah
yang sudah masak dapat langsung di makan
- Mentimun
Dapat
dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum
- Pengkajian Keperawatan
a.
Aktivitas / istirahat
Gejala
:
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda
:
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
b.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
- Kenaikan TD
- Nadi : denyutan jelas
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : murmur
- Distensi vena jugularis
- Ekstermitas (Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat)
- Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
- Letupan suasana hati
- Gelisah
- Penyempitan kontinue perhatian
- Tangisan yang meledak
- Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
- Peningkatan pola bicara
- Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (
infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
- Makanan / Cairan
Gejala
:
- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
- Mual
- Muntah
- Riwayat penggunaan diuretik
Tanda
:
- BB normal atau obesitas
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
- Glikosuria
- Neurosensori
Gejala
:
- Keluhan pusing / pening, sakit kepala
- Episode kebas
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
- Episode epistaksis
Tanda
:
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optik
- Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala
:
- Nyeri hilang timbul pada tungkai
- Sakit kepala oksipital berat
- Nyeri abdomen
- Pernapasan
Gejala
:
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
Tanda
:
- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
- Keamanan
Gejala
: Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda
: Episode parestesia unilateral transien
- Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala
:
- Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
- Penggunaan obat / alkohol
- Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
- Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
- Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
- Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
O.
Intervensi Keperawatan
No Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
|
Cardiac
Pump effectiveness
Circulation
Status
Vital
Sign Status
Kriteria Hasil:
1. Tanda
Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
2. Dapat
mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3. Tidak
ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4. Tidak
ada penurunan kesadaran
|
1. Pantau
TD. Ukur pada kedua tangan untuk evaluasi awal
2. Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi
tonus jantung dan bunyi napas
4. Amati
warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
5. Catat
edema umum
6. Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan.
7. Lakukan
tindakan yang nyaman seperti pemijatan punggung dan leher, meninggikan kepala
di tempat tidur.
8. Anjurkan
teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
9. Pantau
respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
10. Berikan
pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
|
1. Perbandingan
dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan
masalah vaskular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai
peningkatan tekanan diastolik sampai 130, hasil peningkatan pertama, kemudian
maligna. Hipertensi sistolikjuga merupakan faktor risiko yang ditentukan
untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan
diastolik 90-115.
2. Denyutan
karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi.
Denyutan pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi
dan kongesti vena.
3. S4
umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium
(peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.
4. Adanya
pucat, dingin, kulit lembam dan masa pengisian kapiler lambat mungkin
berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah
jantung
5. Dapat
mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.
6. Membantu
untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi
7. Mengurangi
ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis
8. Dapat
menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres, membuat efek tenang, sehingga
akan menurunkan TD.
9. Respon
terhadap terapi obat “stepped”( yang terdiri atas diuretik, inhibitor
simpatis dan vasodilator) tergantung pada individu dan efek sinergis obat.
Karena efek samping tersebut, maka penting untuk menggunakan obat dalam
jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah.
10. Pembatasan
ini dapat menangani retensi cairan dengan respons hipersensitif, dengan
demikian menurunkan beban kerja jantung.
|
2
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
|
Energy conservation
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2. Mampu
melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
|
1. Kaji
respon pasien terhadap aktivitas, frekuensi nadi, TD, dispnea atau nyeri
dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing dan
pingsan.
2. Intruksikan
pasien untuk teknik penghematan energi
3. Berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas diri bertahap jika dapat ditoleransi.
|
1. Menyebutkan
parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stres aktivitas
dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktivitas.
2. Teknik
menghemat energi mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan
bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
|
3
|
Nyeri akut berhubungan dengan tekanan vaskular
serebral
|
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda
vital dalam rentang normal
|
1. Mempertahankan
tirah baring selama fase akut
2. Berikan
tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala
3. Hilangkan/minimalkan
aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala.
4. Bantu
pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan
5. Berikan
cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan
hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
|
1. Meminimalkan
stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Tindakan
yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat/ memblok
respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3. Aktivitas
yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya
peningkatan tekanan vaskular serebral.
4. Pusing
dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga
dapat mengalami episode hipotensi postural
5. Meningkatkan
kenyamanan umum. Kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan
napas dengan mulut
|
4
|
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit
|
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
1. Pasien
dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
2. Pasien
dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien
dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
|
1. Kaji
kesiapan dan hambatan dalam belajar.
2. Tetapkan
dan nyatakan batas normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada
jantung, pembuluh darah dan ginjal.
3. Bantu
pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang dapat
diubah.
4. Bantu
pasien untuk mengidentifikasi sumber masukan natrium.
5. Dorong
pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein.
|
1. Kesalahan
konsep dan penyangkalan diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama
dinikmati mempengaruhi minat pasien terdekat untuk mempelajari penyakit,
kemajuan, dan prognosis.
2. Memberikan
dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah
medis yang sering digunakan.
3. Faktor-faktor
risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular serta ginjal.
4. Diit
rendah garam dapat mengontrol hipertensi sedang atau mengurangi jumlah obat
yang dibutuhkan.
5. Kafein
adalah stimulan jantung dan dapat memberikan efek merugikan pada fungsi
jantung.
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku
Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC,
Johnson, M., et all. 2000. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all.
1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan
Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi
Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu
Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku
ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC
Palmer,Anna
dan Brian Wiiliam. 2007. Tekanan Darah
Tinggi. Jakarta : Erlangga.
terima kasih, artikel ini sangat membantu untuk menambah refensi dalam membuat Laporan Pendahuluan Askep saya, Senang bisa berkunjung ke halaman website anda
BalasHapus