BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh
atau sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus
kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu
seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja
dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan (Idries, 1997).
Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh
dunia Akibat tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000.
Beberapa negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir
tenggelam. Ini, menyatakanbahwa banyak kasus tidak pernah dibawa keperhatian
medis, kejadian di seluruh dunia membuatpendekatan akurat yang hampir mustahil (Shepherd,
2009).
Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website
e-medicine, satu pertiga daripada korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti
pelatihan berenang. Walaupun tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin,
golongan lelaki adalah tiga kali lebih sering mati akibat tenggelam berbanding
golongan wanita. Di Indonesia, kita tidak banyak mendengar berita tentang anak
yang tenggelam di kolam renang sesuai dengan keadaan sosial ekonomi di
Indonesia tetapi mengingat keadaan Indonesia yang dikelilingi air, baik lautan,
danau maupun sungai, tidak mustahil jika banyak terjadi kecelakaan dalam air
seperti hanyut dan tenggelam yang belum
diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya. Hampir setiap saat,
terutama pada saat musim liburan, di objek wisata laut. Banyak terjadi kasus
wisatawan yang tenggelam, karena akibat air pasang atau kecerobohan diri
wisatawan tersebut. Selain itu, kasus tenggelam yang lainnya adalah akibat
buruknya transportasi laut diIndonesia.
Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian
mayat yang
terendam
dalam air, diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam pada tubuh korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang
seperti pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatome danbercak paltouf di
permukaan paru, pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma
untuk menemukan tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah,
terutama
bagi mayat yang telah lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau
hanya ada satu bagian tubuhnya saja.
Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan
apakah korban masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital, tanda
kekerasan dan sebab kematiannya. Apabila semua ini digabungkan dapat memberikan
petunjuk kepada kita untuk memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital
yang ditemukan pada korban bukan merupakan tanda pasti korban mati akibat
tenggelam. Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban
masih hidup saat tenggelam. Tanda tersebut adalah ditemukannya tanda cadaveric
spasme, perdarahan pada liang telinga, adanya benda asing (lumpur, pasir,
tumbuhan dan binatang air) pada saluran pernapasan dan pencernaan, adanya
bercak paltoufdi permukaan paru, berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri,
ada ditemukan diatome, adanya tanda asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like
mass (Kerr, 1954).
Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada limayaitu
terdapat tanda asfiksia, diatome pada pemeriksaan getah paru, bercak paltoufdi
permukaan paru, berat jenis darah yang berbeda antara jantung kiri dan kanan
dan mushroom-like mass (Kerr, 1954). Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan dengan adanya penelitian ini pihak forensik dan masyarakat umum
bisa langsung mengenali kematian tenggelam dan dapat membedakannya dengan
tenggelam akibat kecelakaan atau tenggelam karena pembunuhan.
1.
Konsep
Kunci
a.
Pengertian Tenggelam
b.
Penyebab Tenggelam
c.
Klasifikasi Tenggelam
d.
Manifestasi Klinis tenggelam
e. Kondisi Umum dan Faktor Resiko Pada
Kejadian Korban Tenggelam
f. Komplikasi Tenggelam
g. Kegawatdaruratan Pada Pasien
Tenggelam
h. Penanganan Pertama Pada Pasien
Tenggelam
i.
Penanganan Klinik
j.
Penatalaksanaan medis
k. Asuhan Keperawatan Pada Korban
Tenggelam
2.
Petunjuk
a.
Pelajari materi BAB I dengan tekun dan disiplin!
b.
Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep
kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran
khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman,dan soal-soal akhir bab
dan disertai kunci jawaban.
c.
Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan. Tes ini dapat
menjadi tunutnan pembaca dalam memahami uraian mata ajar bagian demi bagian.
d.
Kerjakan soal-soal latihan dan soal akhir bbt dengan tekun
dan dispilin!
e.
Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan
dan wawasan anda
f.
Ikuti turutan penyajian setiap bab tahap demi tahap
g.
Selamat belajar dan semoga sukses.
3.
Tujuan
a.
Tujuan
Umum Pembelajaran
Mahasiswa
mampu memahami konsep dasar tenggelam
b.
Tujuan
Khusus Pembelajaran
Mahasiswa
mampu memahami :
a.
Mampu menjelaskan pengertian tenggelam
b.
Mampu menjelaskan penyebab tenggelam
c.
Mampu menjelaskan klasifikasi tenggelam
d.
Mampu menjelaskan manifestasi klinis tenggelam
e.
Mampu menjelaskan kondisi umum dan faktor resiko pada kejadian korban tenggelam
f.
Mampu menjelaskan komplikasi tenggelam
g.
Mampu menjelaskan kegawatdaruratan pada pasien tenggelam
h.
Mampu menjelaskan penanganan pertama pada pasien tenggelam
i.
Mampu menjelaskan penanganan
klinik
j.
Mampu menjelaskan penatalaksanaan
medis
k.
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada korban tenggelam
BAB II
PENYAJIAN
MATERI
A.
PENGERTIAN
TENGGELAM
Tenggelam adalah orang yang berhenti bernafas hanya mempunyai waktu 4 menit
untuk tetap hidup. (Werner David,1989). Mati tenggelam adalah sebagai kematian karena asfiksia
akibat tenggelam (Betz.L.Cecily,2002). Hampir mati tenggelam adalah sebagai bertahan hidup,
setidaknya sementara, dari efek hipoksia yang mematikan.(Betz.L.Cecily,2002).
Tenggelam
dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut Kongres Tenggelam Sedunia
tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian berupa gangguan respirasi akibat
tenggelam atau terendam oleh cairan. Menurut Dr. Boedi Swidarmoko SpP,
tenggelam (drowning) adalah kematian karena asfiksia pada penderita yang
tenggelam. Istilah lain, near drowning adalah untuk penderita tenggelam yang
selamat dari episode akut dan merupakan berisiko besar mengalami disfungsi
organ berat dengan mortalitas tinggi.
Menurut
ILCOR (internasional Liaison Committee on Resuscitation) tenggelam
didevinisikan sebagai proses yang menyebabkan gangguan pernafasan primer akibat
submersi/imersi pada media cair. Sumersi merupakan keadaan dimana seluruh
tubuh, termasuk sistem pernafasan, berada dalam air atau cairan. Sedangkan
imersi adalah keadaan dimana terdapat air/ cairan pada sistem konduksi
pernafasan yang menghambat udara masuk. Akibat dua keadaan ini, pernafasan
korban terhenti, dan banyak air yang tertelan. Setelah itu terjadi
laringospasme. Henti nafas atau laringosspasme yang berlanjut dapat menyebabkan
hipoksia dan hiperkapnia. Tanpa penyelamatan lebih lanjut, korban dapat
mengalami bradikardi dan akhirnya henti jantung sebagai akibat dari hipoksia.
B.
PENYEBAB
TENGGELAM
Meurut
Levin,dkk. (1993) terdpat banyak penyebab tenggelam antara lain adalah
1. Tergagguanya kemampuan fisik akibat
pengaruh obat-obatan
2. Ketidakmampuan akibat hipotermia,
syok, cedera atau kelelahan.
3. Ketidakmampuan akibat penyakit akut
ketika berenang.
C.
KlASIFIKASI TENGGELAM
a. Berdasarkan
Kondisi Paru-Paru Korban
1. Typical
Drawning
Keadaan
dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.
2. Atypical
Drawning
a.
Dry Drowning
Keadaan
dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran
pernapasan.
b.
Immersion Syndrom
Terjadi
terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu <
20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu,
bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan
terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
c.
Submersion of the Unconscious
Sering
terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya
coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat
masuk ke air .
d.
Delayed Dead
Keadaan
dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah
diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
b. Berdasarkan Kondisi Kejadian
1. Tenggelam
(Drowning)
Suatu
keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air
masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian
apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi
tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2. Hampir
Tenggelam (Near Drowning)
Suatu
keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.
D.
MANIFESTASI
KLINIS TENGGLAM
1. Frekuensi
pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal sampai apneu.
2. Syanosis
3. Peningkatan edema paru
4. Kolaps sirkulasi
5. Hipoksemia
6. Asidosis
7. Timbulnya hiperkapnia
8. Lunglai
9. Postur tubuh
deserebrasi atau dekortikasi
10. Koma dengan
cedera otak yang irreversible
E.
KONDISI UMUM DAN FAKTOR RESIKO PADA
KEJADIAN KORBAN TENGGELAM
Onyekwelu (2008), menguraikan bebrapa faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya tenggelam
yakni :
1. Pria lebih beresiko untuk mengalami
kejadian tenggelam terutama dengan usia 18-24 tahun
2. Kurang pengawasan terhadap anak
terutama yang berusia 5 tahun kebawah
3. Tidak memakai pelampung ketika
menjadi penumpang angkutan air
4. Kondisi air melebihi kemampuan
perenang, arus kuat dan air yang sangat dalam
5. Ditenggelamkan dengan paksa oleh
orang lain dengan tujuan membunuh, kekerasan atau permainan diluar batas.
F.
KOMPLIKASI TENGGELAM
Menurut
Levin, dkk. (1993), beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada keadaan near
drowning adalah :
1. Ensefalopi Hipoksik
2. Tenggelam Sekunder
3. Pneumonia aspirasi
4. Fibrosis interstisial pulmoner
5. Disrimia ventricular
6. Gagal ginjal
7. Infeksi
8. Nekrosis pankreas
G.
KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN
TENGGELAM
Onyekwelu
(2008) menyatakan beberapa kegawataruratan yang dapat terjadi pada keadaan near
drowning yakni :
1.
Perubahan Pada
Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban
tenggelam dan 80 – 90% pada korban hampir tenggelam. Jumlah dan komposisi
aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism
pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera pada
paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.
2.
Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan
bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat
berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi
kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat
perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan
asam-basa.
3.
Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi
semua organ tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena
iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi
dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran korban
yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi
2 – 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai
terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan
kembali setelah 8 – 10 menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang
waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
4.
Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat
resusitasi biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi
albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif
akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat,
asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.
5.
Perubahan Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian
besar cairan tetapi selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi
paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan
perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan
perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan
Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi
air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat
mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena
kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.
H.
PENANGANAN PERTAMA PADA PASIEN
TENGGELAM
1.
Prinsip pertolongan di air :
1) Raih (
dengan atau tanpa alat ).
2) Lempar (
alat apung ).
3) Dayung (
atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4) Renang (
upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2. Penanganan
Korban
1) Pindahkan
penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
2) Bila ada
kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher dan
tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan papan
spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan
penderita ke darat.
3) Buka jalan
nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk memberikan
nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang perjalanan.
4) Upayakan
wajah penderita menghadap ke atas.
5) Sampai di
darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
6) Berikan
oksigen bila ada sesuai protokol.
7) Jagalah
kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
8) Lakukan pemeriksaan
fisik, rawat cedera yang ada.
9) Segera bawa
ke fasilitas kesehatan.
3. Pernapasan
Berhenti
Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai
adalah :
1) Tenggorokan
tersumbat
2) Lidah atau
cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada orang yang tidak sadar.
3) Tenggelam,tercekik
oleh asap, atau karena keracunan.
4) Pukulan yang
keras pada kepala atau dada.
5) Serangan
jantung
Orang akan meninggal dalam waktu 4 menit jika ia tidak dapat bernafas. Jika
seseorang berhenti bernafas , segera lakukan pernafasan mulut ke mulut.
Pernafasan mulut ke mulut :
Langkah 1 :
Keluarkan
setiap benda yang menyumbat di dalam mulut atau tenggorokan. Tarik lidahnya
keluar, jika ada lendir dalam tenggorokan, bersihkanlah dengan cepat.
Langkah 2 :
Baringkan
penderita dengan muka menengadah,donggakan kepala ke belakang , dan tarik
rahangnya ke depan.
Langkah 3 :
Pijitlah
hidungnya dengan jari agar lubang hidung tertutup. Buka mulutnya lebar-lebar
dan tutuplah mulutnya dengan mulut anda, lalu hembuskan udara kuat-kuat kedalam
paru-parunya supaya dadanya mengembang. Berhenti sebentar untuk membiarkan
udaraa keluar, lalu hembuskan kembali. Ulangi perbuatan ini sebanyak 15 kali
per menit.
Pada bayi yang baru lahir, lakukan ini
dengan sangat hati-haati sebnyak ± 25
kali per menit. Lakukan terus pernafasan mulut ke mulut sampai orang tersebut
dapat bernafas sendiri, atau sampai kematiannyaa tidak diragukan lagi.
Kadang-kadang ini harus dilakukan selama 1 jam atau lebih.
I.
PENANGANAN KLINIK
Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan
lanjutan ditempat kejadian merupakan hal yang sangat penting karena beratnya
cedera pada sistem saraf pusat tidak dapat dikaji dengan cermat pada saat
pertolongan diberikan. Pastikan keadekuatan jalan napas, pernapasan dan Sirkulasi.
Cedera lain juga harus dipertimbangkan dan perlu tidaknya hospitalisasi
ditentukan berdasarkan keparahan kejadian dan evaluasi klinis. Pasien dengan
gejala respiratori, penurunan saturasi oksigen dan perubahan tingkat kesadaran
perlu untuk dihospitalisasi. perhatian harus difokuskan pada oksigenasi,
ventilasi, dan fungsi jantung. Melindungi sistem saraf pusat dan mengurangi
edema serebri merupakan hal yang sangat penting dan berhubungan langsung dengan
hasil akhir.
J.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1.
Pastikan keadekuatan ABC ( Airway, Breathing,
Circulation ).
2.
Pertimbangkan cedera lain selain pada pernafasan saat
tenggelam.
3.
Lakukan hospitalisasi jika terdapat; gangguan
respiratori, penurunan saturasi oksigen, serta perubahan tingkat kesadaran.
4.
Observasi pemberian oksigenasi, ventilasi, serta
fungsi jantung.
5.
Pemberian obat-obatan; vekuronium (untuk otot skeletal
paralis), furosemid/ lasix (untuk diuresis, manitol/ manitor (untuk
mengendalikan hipertensi intrakarnial dan untuk sedasi
K.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KORBAN TENGGELAM
1. Pengkajian
1) Kaji adanya respirasi spontan
2) Kaji tingkat kesadaran
3) Kaji suhu inti tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif
3) Perubahan perfusi jaringan otak
4) Pola nafas tidak efektif
5) Penurunan curah jantung
6) Kelebihan volume cairan
7) Resiko tinggi cedera
8) Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Intervensi Keperawatan
1) Buat dan pertahankan jalan napas
yang paten.
a. Hisap dan jalan napas seperlunya
b. Pasang selang nasogastrik (untuk
mencegah aspirasi muntahan)
2) Pantau dan catat respons anak
terhadap terapi oksigen
a. Lakukan pengkajian pernapasan
(frekuensinya tergantung pada keadaan)
b. Pantau penggunaan ventilator dan
alat respirasi lainnya.
c. Pantau tekanan vena sentral (CVP)
dan jalur arteri
d. Pantau penggunaan pernapasan tekanan
positif intermiten (IPPB) atau tekanan akhir ekspiratori posisti (PEEP)
3) Pantau dan catat tingkat fungsi
neurologik anak
a. Lakukan pengkajian neurologik
(frekuensinya tergantung status)
b. Observasi dan catat tanda-tanda TIK (letargi,peningkatan
tekanan darah, penurunan frekuensi napas, peningkatan denyut apeks, pupil
dilatasi)
4) Pantau dan pertahankan keseimbangan
cairan
a. Catat asupan dan haluaran
b. Jaga kepatenan dan lakukan perawatan
kateter Foley
c. Pertahankan restriksi cairan dengan
adanya edema serebri
5) Pantau dan pertahankan pengaturan
suhu homeostatik (penurunan dan kebutuhan oksigen)
a. Pantau suhu
b. Sediakan kasur pendingin (mencegah
menggigil)
c. Berikan antipiretik
6) Berikan dan pertahankan asupan
nutrisi yang adekuat
a. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan asupan nutrisi melalui selang nasogastrik atau oral (NG po)
b. Kaji kapasitas anak untuk mentolerir
makanan melalui selang nasogastrik atau per-oral ( periksa adanya sisa dan
muntah )
c. Naikkan jumlah dan jenis asupan
nutrisi
7) Observasi dan catat tanda-tanda
komplikasi
a. Pantau respons anak terhadap tata
cara terapi fisik
b. Pantau respons terapeutik anak dan
efek samping dari pengobatan
===================================================
TUGAS
DAN LATIHAN
1. Keadaan
dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam
adalah….
a.
Typical Drowning
b. Dry Drowning
c. Imemersion Syndrom
d. Delayed Dead
e. Submerion of the Uneconscious
2. Menurut Levin,dkk (1993), beberapa
manifestasi klinis tenggelam ntara lain , kecuali….
a. Koma
b. Peningkatan edema paru
c. Kolaps sirkulasi
d. Hipoksemia
e.
Ensefalopati Hipoksis
3. Onyekwelu (2008), menguraikan
beberapa faktor pada kejadian korban tenggelam yaitu…
a. Wanita beresiko untuk mengalami
kejaidan tenggelam terutama dengan usia 18-24 tahun
b. Kurang pengawasan terhadap anak
terutama yang berusia 10 tahun keatas
c.
Tidak memakai pelampung ketika
menjadi penumpang angkutan air
d. Kondisi air yang tidak melebihi
kemampuan perenang.
e. Arus yang tenang dan air yang tidak
terlalu dalam
4. Komplikasi yang dapat terjadi pada
keadaan near drowning adalah kecuali…
a. Ensefalopati Hipoksik
b. Tenggelam sekunder
c. Pneumonia aspirasi
d.
Kolaps hipoksik
e. Fibrosis instestisial
5. Penurunan kesadaran terjadi ….
setelah apnoe dan hipoksia
a.
2-3 menit
b. 5-10 menit
c. 2-5 menit
d. 3-5 menit
e. 1-3 menit
6. 1. Typical Drowning
2. Dry Drowning
3. Immersion Syndrom Submersion of the
Unconscious
4. Delayed Dead
5. Tenggelam (drowning)
6. Hampir tenggelam (Near Drowning)
Yang termasuk klasifikasi tenggelam berdasarkan kondisi
paru-paru korban adalah
a. 1,2,3,6
b. 1,2,3,4
c. 2,3,5,6
d. 1,3,5,6
e. 1,3,4,5
7. 1. Raih (dengan atau tanpa
alat)
2. Lempar
(alat apung)
3. Dayung
(aau menggunakan perahu mendekati penderita)
4. Buka
jalan nafas penderita
5. Renang
(upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung)
Prinsip pertolongan di air pada korban tenggelam
a. 1,3,4,5
b. 1,2,4,5
c. 2,3,4,5
d.
1,2,3,5
e. 1,2,3,4
8. 1. Gangguan
pertukaran gas
2. Bersihan
jalan nafas tak efektif
3. Perubahan perfusi jaringan otak
4. Pola nafas tidak efektif
5. Penurunan curah jantung
6. Kelebihan volume cairan
7. Resiko tinggi cedera
8. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Yang termasuk diagnosa keperawatan pada korban
tenggelam adalah
a.
1,2,3,4
b.
6,7,8
c.
2,4,5,6
d.
3,5,7,8
e.
1,2,3,4,5,7,8
9.
Dalam intervensi
keperawatan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas yang paten yaitu…
a.
Pertahankan
restriksi cairan dengan adanya edema serebri
b.
Hisap dan jalan napas seperlunya dan
pasang selang nasogastrik (untuk mencegah aspirasi muntahan)
c.
Sediakan
kasur pendingin (mencegah menggigil)
d.
Naikkan
jumlah dan jenis asupan nutrisi
e.
Observasi
dan catat tanda-tanda TIK (letargi,peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi
napas, peningkatan denyut apeks, pupil dilatasi)
10. A. Tenggorokan
tersumbat
B. Lidah atau cairan kental yang menyumbat
tenggorokan pada orang yang tidak sadar
C. Gigitan hewan
D. Tenggelam
E. Serangan
jantung
Penyebab
berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah….
a. ACDE
b. BCDE
c.
ABDE
d. ABCD
======================================================
BAB IV
PENUTUP
RANGKUMAN
Kegawatdaruratan
pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah pernpasan dan kardiovaskuler
yang penangannya memerlukan penyokong kehidupan jantung dasar dengn menunjang
espirasi dan sirkulas korban dari luar melalui resusitasi, dan mencegah
insufisiensi. Penanganan kegawatdaruratan korban tenggelam sebaiknya memastikan
terlebihdahulu kesadaran, sistem pernapasan, denyut nadi, dan proses observasi
dan interaksi yang kostan dengan korban. Korban tenggelam merupakan salah satu
kegawatdruratan yang perlu penanganan segera.
Pengertian
near drowning adalah penderita dengan riwayat tenggelam dan dapat bertahan
lebih dari 24jam di darat setelah diselamatkan. Secara patofisiologi, yang berpengaruh
terhadap keselamatan seseorang bila tenggelam yaitu ketahanan fisik, kemampuan
berenang, ada atau tidaknya alat pelampung, dan suhu air.
Tenggelam
pada air dingin < 40C dapat menyebabkan hipotermia dan aritmia jantung Di
lain pihak, suhu dingin dapat melindungi jaringan otot dan paru. Di samping
pengaruh air, material yang terhirup atau masuk ke paru-paru juga menjadi
masalah yang perlu mendapat penanganan. Infeksi dan proses inflamasi pada
paru-paru oleh bahan-bahan organic dan anorganik menjadi gejala lanjutan yang
terjadi pada kasus tenggelam. Kasus “aspirasi pneumonia” meupakan yang paling
sering terjadi. Hal ini ditandai oleh batuk-batuk sampai sesak napas, bahkan
sampai terjadi gagal napas. Trauma fisik lainnya yang menyertai pada kasus tenggelam
yaitu luka-luka, patah tulang. Dalam penanganannya, korban tenggelam secepatnya
dievakuasi ke tempat yang kering sambil memberikan bantuan hidup dasar yaitu
mempertahankan jalan nafas atau (airway), napas (breathing), dan sirkulasi.
Hindari manipulasi berlebihan dalam usaha mengeluarkan air dari tubuh korban
karena akan memperberat kondisi korban. Kalau kasusnya berat, korban harus
dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan intensif.
TES
AKHIR BAB
1. Keadaan
dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam
adalah….
a. Typical Drowning
b. Dry Drowning
c. Imemersion Syndrom
d. Delayed Dead
e. Submerion of the Uneconscious
2. Menurut Levin,dkk (1993), beberapa
manifestasi klinis tenggelam ntara lain , kecuali….
a. Koma
b. Peningkatan edema paru
c. Kolaps sirkulasi
d. Hipoksemia
e. Ensefalopati Hipoksis
3. Onyekwelu (2008), menguraikan
beberapa faktor pada kejadian korban tenggelam yaitu…
a. Wanita beresiko untuk mengalami
kejaidan tenggelam terutama dengan usia 18-24 tahun
b. Kurang pengawasan terhadap anak terutama
yang berusia 10 tahun keatas
c. Tidak memakai pelampung ketika
menjadi penumpang angkutan air
d. Kondisi air yang tidak melebihi
kemampuan perenang.
e. Arus yang tenang dan air yang tidak
terlalu dalam
4. Komplikasi yang dapat terjadi pada
keadaan near drowning adalah kecuali…
a. Ensefalopati Hipoksik
b. Tenggelam sekunder
c. Pneumonia aspirasi
d. Kolaps hipoksik
e. Fibrosis instestisial
5. Penurunan kesadaran terjadi ….
setelah apnoe dan hipoksia
a. 2-3 menit
b. 5-10 menit
c. 2-5 menit
d. 3-5 menit
e. 1-3 menit
6. 1. Typical Drowning
2. Dry Drowning
3. Immersion Syndrom Submersion of the
Unconscious
4. Delayed Dead
5. Tenggelam (drowning)
6. Hampir tenggelam (Near Drowning)
Yang termasuk klasifikasi tenggelam berdasarkan kondisi
paru-paru korban adalah
a. 1,2,3,6
b. 1,2,3,4
c. 2,3,5,6
d. 1,3,5,6
e. 1,3,4,5
7. 1. Raih
(dengan atau tanpa alat)
2. Lempar
(alat apung)
3. Dayung
(aau menggunakan perahu mendekati penderita)
4. Buka
jalan nafas penderita
5. Renang
(upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung)
Prinsip pertolongan di air pada korban tenggelam
a. 1,3,4,5
b. 1,2,4,5
c. 2,3,4,5
d. 1,2,3,5
e. 1,2,3,4
8. 1. Gangguan
pertukaran gas
2. Bersihan
jalan nafas tak efektif
3. Perubahan perfusi jaringan otak
4. Pola nafas tidak efektif
5. Penurunan curah jantung
6. Kelebihan volume cairan
7. Resiko tinggi cedera
8. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Yang termasuk diagnosa keperawatan pada korban
tenggelam adalah
a.
1,2,3,4
b.
6,7,8
c.
2,4,5,6
d.
3,5,7,8
e.
1,2,3,4,5,7,8
9.
Dalam intervensi
keperawatan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas yang paten yaitu…
a.
Pertahankan
restriksi cairan dengan adanya edema serebri
b.
Hisap
dan jalan napas seperlunya dan pasang selang nasogastrik (untuk mencegah
aspirasi muntahan)
c.
Sediakan
kasur pendingin (mencegah menggigil)
d.
Naikkan
jumlah dan jenis asupan nutrisi
e.
Observasi
dan catat tanda-tanda TIK (letargi,peningkatan tekanan darah, penurunan
frekuensi napas, peningkatan denyut apeks, pupil dilatasi)
10. A. Tenggorokan tersumbat
B. Lidah atau cairan kental yang menyumbat
tenggorokan pada orang yang tidak sadar
C. Gigitan hewan
D. Tenggelam
E. Serangan
jantung
Penyebab berhentinya
pernafasan yang sering dijumpai adalah….
a. ACDE
b.BCDE
c. ABDE
d. ABCD
=====================================================
KUNCI JAWABAN
1)
A
2)
E
3)
C
4)
D
5)
A
6)
B
7)
D
8)
E
9)
B
10) C
DAFTAR
PUSTAKA
Rinaraka.2012.Kegawatdaruratan(online),(http://rinaraka.blogspot.com/2012/11/kegawatdaruratan-korban-tenggelam.html,
diakses 6 september 2014).
Trihatala.2012.Askep Klien dengan Kasus Anak Tenggelam (online),
(http://trihatala.blogspot.com/2012/11/askep-klien-dengan-kasus-anak-tenggelam.html,
diaskses 6 septmber 2014)
Anonim.2014. Respiratory (online), (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21606/5/Chapter%20I.pdf,
diakses 6 september 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar