A. PENGERTIAN
Hepatitis virus akut adalah penyakit
infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek utamanya pada hati (Syivia A.
Price, 2005).
Hepatitis virus akut adalah penyakit hati
yang gejala utamanya berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati. Bisanya
disebabkan oleh virus yaitu hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C,
dan lain-lain (Arief Mansjoer, 2001).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan
difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh rekasi
toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik
oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas
(Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel
liver yang meluas atau menyebar. Hepatitis virus merupakan jenis yang paling
dominan, dimana merupakanhasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari
lima golongan besar jenis virus, antara lain :
·
Virus Hepatitis A (HAV)
·
Virus Hepatitis B (HBV)
·
Virus Hepatitis C (HCV)
·
Virus Hepatitis D (HDV)
atau Virus Delta
·
Virus Hepatitis E (HEV)
·
Hepatitis F dan G
mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi jenis inijarang ada.
·
Hepatitis kemungkinan
terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan virus-virus
lainnya, seperti : Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes simplex,
Virus Varicella-zoster.
B. ETIOLOGI
1. Agen
Penyebab Hepatitis dengan Transmisi secara Enterik
Terdiri atas virus
hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV). Secara umum, tanda-tanda virus A
dan E adalah tidak mempunyai selubung, rusak bila terpajan cairan
empedu/deterjen, tidak terdapat dalam tinja, tidak dihubungkan dengan penyakit
hati kronis, dan tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier
intestinal.
a. Hepatitis
A
Virus
hepatitis A merupakan virus RNA dari famili Picarnovirus. Virus ini banyak
menyerang anak-anak. Biasanya , jenis hepatitis yang ditimbulkan mengenai
masyarakat golongan ekonomi lemah serta mereka yang tinggal di lingkungan tidak
bersih. Price (2001) mengemukakan bahwa sebagian besar infeksi VHA (Virus
Hepatitis A) terjadi pada usia anak-anak dan bersifat asimtomatik.
Penularan
dapat terjadi melalui fecal-oral dan
kontaminasi pada minuman dan makanan yang tercemar virus hepatitis A, lewat
makanan/minuman mentah atau setengah matang, minum air atau es batu yang
terkontaminasi dengan feses, dan kerang-kerangan yang tidak dimasak. HVA juga
dapat menular melalui hubungan seks oral-anal (mulut-dubur) dan jarang menular
melalui transfusi parenteral (infus).
Hepatitis
A dibedakan menjadi empat stadium, yaitu masa inkubasi, prikterik (prodromal),
ikterik, dan masa penyembuhan. Masa inkubasi berlangsung selama 5-45 hari,
dengan rata-rata kurang lebih 25 hari. Masa prodromal terjadi selama 4 hari
sampai 1 minggu atau lebih.
Gejala masa
prodromal adalah kelelahan (fatigue), rasa
tidak enak badan (malaise), nafsu
makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak nyaman di daerah perut kanan atas,
demam (biasanya suhu kurang dari 39oC), merasa dingin, sakit kepala,
gejala seperti flu, keluar ingus (nasal discharge), sakit tenggorokan, dan
batuk.
Gejala yang
jarang dijumpai yaitu terjadinya penurunan berat badan ringan, nyeri sendi
(artralgia), dan mononeuritis cranial atau mononeuritis prifer (sejenis salah
urat saraf). Tanda yang ditemukan biasanya hepatomegali dengan nyeri tekan
(70%). Dan manifestasi ektrahepatik lain pada kulit, sendi, atau splenomegali.
Masa ikterik
dimulai dengan urine berwarna kuning tua, seperti the atau warna gelap, diikuti
oleh feses berwarna dempull (clay-coloured
faeces) kemudian warna sclera, dan kulit perlahan-lahan menjadi kuning.
Muncul juga gejala anoreksia, lesu, lelah, mual dan muntah berat untuk
sementara waktu. Ketika fase sakit kuning (ikterik) ini bertambah berat, maka
gejala-gejala tersebut berkurang dan timbul pruritus atau gejala gatal-gatal
pada kulit beberapa dari sesudahnya. Masa penyembuhan diawali dengan
menghilangnya gejala ikterik dan feses kembali normal dalam empat minggu
setelah serangan. Komplikasi yang sering terjadi pada sebagian kecil pasien
adalah hepatitis fulminan (tapi persentasenya kurang dari 1%).
Di negara-negara
yang telah maju, insiden infeksi virus hepatitis A telah menurun dalam beberapa
tahun terakhir ini. Penderitanya pun telah beralih pada kalangan yang usianya
lebih tua. Hal ini disebabkan oleh adanya perbaikan kondisi sosial ekonomi yang
diikuti dengan perbaikan higiene dan sanitasi. Masa penyembuhan diawali dengan
menghilangnya ikterus dan keluhan-keluhan lain. Masa yang paling infektip
(berpotensi menularkan penyakitnya) adalah selama dua minggu sebelum timbul
gejala viremia.
b. Hepatitis
E
Hepatitis
E banyak terjadi di negara-negara berkembang, terutama yang airnya
terkontaminasi. Kelompok yang paling rentan terkena adalah turis atau pelancong
Asia Selatan dan Afrika Utara. Kasus ini jarang terjadi Amerika Serikat, karena
tidak ada riwayat perjalanan ke negara-negara endemik. Penyebab penyakit ini
adalah virus hepatitis E. Tanda dan gejala hepatitis meliputi sakit kuning (Jaundice) lemah, nyeri abdomen, kurang
nafsu makan, mual dan muntah dan urine berwarna gelap.
Penyakit ini
bisa menimbulkan efek jangka panjang tanpa vaksinasi, tidak ada infeksi kronis
namun akan lebih parah bila menyerang pada wanita hamil, khususna di trimester
III. penyebaran penyakit ditemukan pada feses manusia dan binatang dengan
hepatitis E. kuman penyebabnya juga bisa disebarkan oleh makanan dan minuman
yang terkontaminasi, sebab perpindahan kuman dari orang ke orang tidak selazim
pada kasus hepatitis A.
2.
Agen penyebab hepatitis
dengan transmisi melalui darah
Virus yang
menjadi agen hepatitis melalui darah terdiri dari virus hepatitis B (HBV), hepatitis
C (HCV), dan hepatitis D (HDV). Secara umum, ciri-ciri dari virus tersebut
adalah tidak mempunyai selubung, tahan terhadap cairan empedu, ditemukan di
tinja, tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronis, dan tidak terjadi viremia
yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal.
a.
Hepatitis B (HBV)
Insiden penyakit
hepatitis B diperkirakan 78% berada di asia tenggara. Hepatitis B (HBV)
merupakan virus DNA famili Hepadnavirus yang terdiri dari sebuah protein
selubung luar virus (mengandung antigen permukaan hepatitis B atau HbsAg).
HbsAg ini membungkus nucleocapsid viral yang tersusun dari antigen ini
hepatitis B atau HbcAg. HbsAG terdeteksi dalam semua serum penderita HBV aktif
dan kronis.
HbcAg tidak
terdapat di sirkulasi dan hanya dapat dideteksi dengan radio immunoassay dalam
sel hati bila terdapat replikasi virus yang aktif. Antibodi terhadap antigen
permukaan hepatitis B (anti-HBs) dapat dideteksi dalam dua fraksi yaitu anti
HbcIgM (infeksi akut dan masa replikasi viral penyakit kronis). Dan anti-HBc
total (terdiri dari fraksi IgM dan IgG) pada hepatitis B akut (igM) dan (IgG).
Penularan
melalui parenteral (transimisi) cairan saliva dan semen, air mata, keringat,
darah, dan jarang terdapat pada feses dan urine. Oleh karenanya, hindari
penggunaan barang bersama dengan pasien ini. Masa inkubasi virus ini 6-8
minggu. Manifestasi klinis yang dapat
dijumpai adalah tidak enak di perut, biasanya mendahului timbulnya
ikterus (gatal-gatal pada kulit), peningkatan kadar SGPT, hepatomegali,
antralgia, dan ruam kemerahan pada kulit.
b.
Hepatitis C
Hepatitis
C disebabkan oleh virus hepatitis C. (HCV = hepatitis C virus) yang masuk ke
sel hati dan mereplikasikan diri dengan menggunakan dan mereplikasikan diri
dengan menggunakan material yang terdapat dalam sel dan menginfeksi banyak sel
lainnya. Sekitar 85% kasus hepatitis C berkembang menjadi kronis dan merusak
hati bertahun-tahun. hati kemudian dapat menjadi sirosis atau berkembang ke
arah keganasan. terdapat enam tipe genotipe virus hepatitis C dan lebih 50 subtipenya.
masa inkubasi hepatitis C sekitar 7 minggu (3-20 minggu). manifestasi klinis
dari hepatitis C adalah serangannya lambat dengan gejala yang tidak spesifik
atau tanpa gejala bila penyakit timbul. Umumnya penderita mengalami tidak enak
badan (malaise), susah makan (Anoreksia), mual, dan kadang-kadang
nyeri abdomen di kuadran kanan atas. ikhterik dapat berlangsung hingga beberapa
bulan, disertai dengan pruritas (sensasi gatal ringan), Steatorrhea (kandungan lemak dalam feses), dan penurunan berat badan
ringan (2-5 kg).
Tanda
fisik dari pasien penderita hepatitis C
akut juga tidak jelas. Pada sebagian kecil pasien dapat dijumpai hepatomegali
dan splenomegali. pada pasien hepatitis C kronis yang simptomati, gejala
kelelahan kronis (fatigue) merupakan keluhan yang paling sering. Pada keadaan
yang berat, terdapat spider angioma
dan hepatosplenomegali. Kurang lebih 20% pasien hepatitis C kronis akan menjadi
sirosis dalam 10 tahun.
Penularan
hepatitis C dapat terjadi melalui kontak langsung lewat darah atau produknya,
serta jarum atau alat tajam lainnya yang telah terkontaminasi. Resiko
terinfeksi hepatitis C melalui hubungan
seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
aktivitas menyusui tidak menularkan hepatitis C. satu konsekuensi paling berat
pada penderita hepatitis C adalah komplikasi hepatitis fulminan kronis aktif,
sirosis, hipertensi portal, dan karsinoma hepatoseluler.
c. Hepatitis
D
Hepatitis D (dulu virus
delta) adalah virus tak sempurna yang mengandung RNA. Agar infeksi dan
replikasi virus ini dapat terjadi, diperlukan kehadiran HBV. Jadi, infeksi
delta hanya dapat terjadi apabila seorang pembawa HbsAg kemudian terpapar virus
delta atau pada seseorang terinfeksi secara simultan oleh HBV dan virus
hepatitis D endemic di daerah seluruh laut tengah dan daerah-daerah tertentu di
timur tengah dan amerika selatan. Infeksi terjadi paling pada para pecandu obat
bius dan penderita yang melakukan transfusi darah berulang-ulang. HDV akut
didiagnosis dari adanya HDV Ag dan anti HDV Ig M dalam serum.
C. MANIFESTASI
KLINIS
Ada beberapa
manifestasi klinis dari hepatitis. Gejala hepatitis akut terbagi dalam empat
tahap, yaitu fase inkubasi, fase prodormal, fase ikterik, dan konvalesen.
1. Fase
Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu di antara
masuknya virus sampai timbulnya gejala keluhan.
2. Fase
Prodromal
Fase ini adalah fase
diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama sampai gejala timbulnya ikterus.
Fase ini ditandai dengan rasa tidak enak badan umum (malaise), mialgia,
antralgia, mudah lelah, gejala infeksi saluran napas atas, anoreksia, mual,
muntah, diare/konstipasi, demam, derajat rendah (Hepatitis A), dan nyeri ringan
pada abdomen kuadran kanan atas. Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang
disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Keluhan yang lain adalah
nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, dan nyeri perut
kanan atas (uluh hati). Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu,
dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, dan nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal
mencolok juga pada virus hepatitis B.
3. Fase
Ikterik
Ikterus muncul setelah
5-10 hari, tetapi juga muncul bersamaan dengan gejala. Setelah timbul ikterus,
jarang terjadi perburukan gejala prodromal, namun justru akan terjadi perbaikan
klinis yang nyata. Urine berwarna seperti the pekat, tinja berwarna pucat, dan
terjadi penurunan suhu badan yang disertai dengan bradikardia. Ikterus muncul
pada kulit dan sclera yang terus meningkat pada satu minggu, kemudian menetap
dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang, fase ini disertai dengan
timbulnya gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu, dan lekas capek dirasakan
selama 1-2 minggu.
4. Fase
Konvalesen (penyembuhan)
Fase ini dimulai saat
menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di hulu hati, dan
kemudian disusul bertabahnya nafsu makan. Fase ini berlangsung rata-rata 14-15
hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai
merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capek.
D. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
Penyakit hati disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya :
a.
pola
hidup yang tak sehat. tubuh dipaksa untuk bekerja keras sampai-sampai tidak
memperhatikan asupan gizi.
b.
pekerja
malam atau yang sering bergadang, rentan mengidap penyakit hati. Ini disebabkan
secara biologis fungsi hatinya dipicu untuk bekerja lebih cepat sehingga
detoksifikasi lebih tinggi. akibatnya, kondisi tubuh mudah drop.
c.
adanya
infeksi virus atau bakteri
d.
kecandual
alkohol
e.
efek
samping obat-obatan tertentu yang merupakan racun bagi hati
f.
kelainan
bawaan lahir
g.
kelainan-kelainan
dalam metabolisme tubuh
h.
adanya
trauma atau luka
i.
kurang
gizi
j.
tidak
memperhatikan kebersihan alat-alat makan dan minum
k.
penularan
penyakit hati lewat darah, keringat, hubungan seks dan air liur.
E. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang
menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan akibat
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul. Unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Seiring dengan berkembanganya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel- sel hepar ini menyebabkan
kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat
masanya, sel-sel hepar hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respons
sistem imun tubuh dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. oleh
karenanya, sebagian besar pasien yang mengalami hepatitis dapat sembuh dengan
fungsi hepar normal. Fase ini juga ditandai dengan inflamasi dan peregangan
kapsul hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
timbulnya ikhterus disebabkan karena kerusakan sel parenkim hati. walaupun
jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrapatik,
maka terjadi kerusakan dalam konjugasi. akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus. hal ini dikarenakan terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirect), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direct).
Jadi, ikhterus yang timbul, terutama disebabkan
karena adanya kerusakan dalam pengangkutan, konjungsi, dan ekskresi bilirubin.
tinja mengandung sedikit sterkobilin, sehingga tampak pucat (abolish). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam
kemih, sehingga bilirubin urine menjadi pisitif dan urine berwarna gelap.
peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang menimbulkan gatal-gatal pada kulit karena ikhtesus.
F. POHON PERMASALAHAN
G. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan
Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
-
Urobilirubin direk
-
Bilirubin serum total
-
Bilirubin urine
-
Urobilirubin urine
-
Urobilirubin feses
b. Pemeriksaan protein
-
Protein total serum
-
Albumin serum
-
Globulin serum
-
HbsAg
c. Waktu protombin
-
Respon waktu terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan
transaminase
-
AST atau SGOT
-
ALT atau SGPT
-
LDH
-
Amonia serum
2. Radiologi
-
Rontgen abdomen
-
Kolestogram dan kalangiogram
-
Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
-
Laparoskopi
-
Biospi hati
H. PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Pengobatan
pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan pencegahan
2. Rawat
jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan enyebabkan dehidrasi.
3. Mempertahankan
asupan kalori dan cairan memadai
4. Pemberian
intraferon alpa pada hepatitis C akut dapat menurunkan risiko kejadian infeksi
kronis.
5. Obat-obatan
yang tidak penting harus dihentikan
6. Pemantauan
fungsi hati dan serologi hati HVB enam bulan kemudian, bila terdapat
peningkatan titer SGOT-SGTP lebih besar dari sepuluh kali nilai batas atas
normal, koagulopati, ensefalopati, sebab dapat dicurigai adanya hepatitis
fulminan.
7. Pemeriksaan
HbeAg, Ig anti-HBc, SGOT/PT, dan USG hati.
8. Terapi
antivirus yang terdiri dari antireplikasi virus, imunomodulator, dan
antiproliferasi. Pegylated interferon alfa disebut dengan polythylene glikol
(PEG) yang larut dalam air terdiri dari penginterferon alfa-2a, dan
penginterferonalfa-2b. Ribavirin diberikan bersama interferon alfa untuk
pengobatan hepatitis C kronis. Sementara, tujuan tetapi antivirus adalah.
a. Menekan
replikasi virus sehingga mengurangi risiko transmisi,
b. Normalisasi
amino transferasi dan perbaikan histologis hati,
c. Menghilangkan
atau mengurangi gejala dan,
d. Mencegah
progretivitas.
ASUHAN
KEPERAWATAN
HEPATITIS
A. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
1) Anamnesa
a. Biodata
Pada
biodata diperoleh data tentang nam, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
b. Keluhan
utama
Penderita
datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam
(lebih sering pada HVA), rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, serta
hilangnya daya rasa lokal untuk perokok.
2) Riwayat
penyakit/Kesehatan
a. Riwayat
Penyakit Sekarang
Riwayat
kesehatan yang mencangkup tentang nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, demam,
malaise, mual, muntah
(anoreksia),
feses berwarna tanah liat dan urine pekat
b. Riwayat
penyakit lalu
Riwayat
apakah pasien pernah mengalami bradikardi
atau pernah menderita masa medis lainnya yang menyebabkan hepatitis
(yang meliputi penyakit gagal hati dan penyakit autoimun). Dan, kaji pula
apakah pasien pernah mengindap infeksi virus dan buat catatan obat-obatan yang
pernah digunakan.
c. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Kaji
riwayat keluarga yang mengonsumsi alkohol, mengindap hepatitis, dan penyakit
biliaris.
Data dasar tergantung pada penyebab
dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1)
Aktivitas
1) Kelemahan
2)
Kelelahan
3)
Malaise
2)
Sirkulasi
1)
Bradikardi (Hiperbilirubin berat)
2)
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3)
Eliminasi
1)
Urine gelap
2)
Diare feses warna tanah liat
4)
Makanan dan Cairan
1)
Anoreksia
2)
Berat badan menurun
3)
Mual dan muntah
4)
Peningkatan oedema
5)
Asites
5)
Neurosensori
1)
Peka terhadap rangsang
2)
Cenderung tidur
3)
Letargi
4)
Asteriksis
6)
Nyeri / Kenyamanan
1)
Kram abdomen
2)
Nyeri tekan pada kuadran kanan
3)
Mialgia
4)
Atralgia
5)
Sakit kepala
6)
Gatal ( pruritus )
7)
Keamanan
1)
Demam
2)
Urtikaria
3)
Lesi makulopopuler
4)
Eritema
5)
Splenomegali
6)
Pembesaran nodus servikal posterior
8)
Seksualitas
1) Pola hidup / perilaku meningkatkan
resiko terpajan
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1) Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan;penurunan peristaltik (refleks
viseral), kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena
anoreksia, mual dan muntah, peningkatan kebutuhan kalori/ status hipermetabolik.
2) Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
3)
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
4)
Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar
5)
Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
6)
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
7)
Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus.
8)
Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi
berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.
9) Intoleransi akivitas berhubungan dengan kelemahan umum;
penurunan kekuatan/ketahanan;nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas;depresi.
10) Harga diri rendah dan rendah situasional berhubungan dengan gejala
jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
11) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi dan kurang
mengingat, salah interpretasi informasi.
C. INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan;penurunan peristaltik (refleks viseral),
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan
muntah, peningkatan kebutuhan kalori/ status hipermetabolik.
a.
Kriteria hasil :
-
Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
-
Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
b. Intervensi :
a) Ajarkan dan bantu klien untuk
istirahat sebelum makan.
Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori,
tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering.
Rasional
: Adanya
pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan
kapasitasnya. Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi. Anoreksi
juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada
sore hari.
c) Pertahankan hygiene mulut yang baik
sebelum makan dan sesudah makan. .
Rasional : Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
Rasional : Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d) Anjurkan makan pada posisi duduk
tegak.
Rasional
:
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
e) Berikan diit tinggi kalori, rendah
lemak .
Rasional
: Glukosa
dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit
untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
2. Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
a. Kriteria
hasil : Pola nafas yang adekuat
b. Intervensi
:
a) Awasi
frekwensi dan kedalaman serta upaya
pernafasan.
Rasional
: Pernafasan
dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen.
b) Auskultasi
bunyi nafas tambahan.
Rasional
: Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan.
c) Berikan
posisi semi fowler.
Rasional
: Memudahkan
pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran
sekret.
d) Berikan
latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional
: Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.
e) Berikan
oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional
: Mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
a. Kriteria hasil : Menunjukkan
tanda-tanda nyeri fisik, intensitas & lokasinya dan perilaku dalam nyeri
(tidak meringis kesakitan/menangis )
b. Intervensi :
a) Kolaborasi dengan individu untuk
menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri.
Rasional
: Nyeri
yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri
b) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang
respon klien terhadap nyeri
c) Akui adanya nyeri
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
ungkapan klien tentang nyerinya
Rasional : Klienlah yang harus mencoba
meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
e) Berikan informasi akurat dan jelaskan
penyebab nyeri
Rasional : Klien yang disiapkan untuk
mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat
penjelasan).
f) Bahas dengan dokter penggunaan
analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri
Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri
4. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent
dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
a. Kriteria hasil : Tidak terjadi
peningkatan suhu.
b. Intervensi :
a) Monitor tanda vital : suhu badan .
Rasional
: Sebagai
indikator untuk mengetahui status hypertermi.
b) Ajarkan klien pentingnya
mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah
dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
Rasional
: Dalam
kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi .
c) Berikan kompres hangat pada lipatan
ketiak dan femur
Rasional : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
Rasional : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
d) Anjurkan klien untuk memakai pakaian
yang menyerap keringat
Rasional : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit
Rasional : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit
5. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi
kronis sekunder terhadap hepatitis
a. Kriteria hasil : Tidak terjadi
keletihan fisik yang berlebihan
b. Intervensi:
a) Jelaskan sebab-sebab keletihan
individu.
Rasional
: Dengan
penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b) Sarankan klien untuk tirah baring.
Rasional
: Tirah
baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat
digunakan untuk penyembuhan penyakit
c) Bantu individu untuk
mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat.
Rasional
:
Memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting
dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d) Analisa bersama-sama tingkat
keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan,
aktivitas yang berhubungan dengan keletihan .
Rasional
: Keletihan
dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan
keletihan
e) Bantu untuk belajar tentang
keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi).
Rasional
: Untuk
mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis .
6.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
a. Kriteria hasil : Jaringan kulit
utuh, penurunan pruritus.
b. Intervensi:
a) Pertahankan kebersihan tanpa
menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air
dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
Rasional : Kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan
merangsang ujung saraf.
b) Cegah penghangatan yang berlebihan
dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian
terlalu tebal.
Rasional : Penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.
Rasional : Penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.
c) Anjurkan tidak menggaruk,
instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk
tujuan menggaruk
Rasional : Penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
Rasional : Penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d) Pertahankan kelembaban ruangan pada
30%-40% dan dingin
Rasional : Pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
Rasional : Pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
7. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan
cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
a. Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
b. Intervensi :
a) Awasi frekwensi , kedalaman dan
upaya pernafasan
Rasional
:
Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan
dalam abdomen.
b) Auskultasi bunyi nafas tambahan.
Rasional
:
Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c) Berikan posisi semi fowler.
Rasional
:
Memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan
ukuran sekret.
d) Berikan latihan nafas dalam dan
batuk efektif.
Rasional : Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.
Rasional : Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.
e) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional
: Mungkin
perlu untuk mencegah hipoksia.
8. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus.
a. Kriteria hasil : Tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi.
b. Intervensi:
a) Gunakan kewaspadaan umum terhadap
substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh .
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan semua klien atau spesimen.
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan
darah dan cairan tubuh.
- Tempatkan spuit yang telah digunakan
dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi
jarum dengan cara apapun.
Rasional : Pencegahan tersebut dapat
memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b) Gunakan teknik pembuangan sampah
infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan
peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi.
Rasional : Teknik ini membantu melindungi
orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit
c) Jelaskan pentingnya mencuci tangan
dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan
kesehatan
Rasional : Mencuci tangan menghilangkan
organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d) Rujuk ke petugas pengontrol infeksi
untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat.
Rasional
: Rujukan
tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan orang
lain terinfeksi.
9. Intoleransi akivitas berhubungan dengan kelemahan umum;
penurunan kekuatan/ketahanan;nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas;depresi.
a. Kriteria hasil : Menunjukkan
teknik/prilaku yang memampukan kembali melakukan aktivits dan melakukan
peningatan toleransi aktivitas.
b.
Intervensi :
a)
Ubah posisi sesering mungkin dan berikan prawatan kulit yang
baik.
Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan
meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan
jaringan.
b)
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan
latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu
periode istirahat.
c)
Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya
relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi, dan berikan aktivitas
hiburan.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan
penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
koping.
10. Harga diri rendah dan rendah situasional berhubungan dengan gejala
jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
a. Kriteria hasil : Menyatakan
penerimaan diri dan menerima lamanya proses penyembuhan/kebutuhan isolasi.
b. Intervensi :
a) Kontrak dengan pasien mengenai waktu
untuk mendengar. Dorong diskusi perasaan/masalah.
Rasional : Penyediaan waktu meningkatkan
hubungan saling percaya. Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan
pasien untuk merasa lebih mengontrol situasi, menurunkan cemas, menurunkan
depresi, dan memudahkan perilaku koping positif.
11. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi dan
kurang mengingat, salah interpretasi informasi.
a. Kriteria hasil : Mengidentifikasikan
hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab dan
melakukan perubahan perilaku berpartisipasi pada pengobatan.
b. Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman proses
penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan
pengetahuan/salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan
informasi tambahan sesuai keperluan.
b) Berikan informasi khusus tentang
pencegahan/penularan penyakit.
Rasional : Kabutuhan/ rekomendasi akan
bervariasi karena tipe hepatitis (agen penyebab) dan situasi individu.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12.
Jakarta : EGC.
Dongoes, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Cahnoto.
2010. Askep Pada Pasien Hepatitis.
(http://cahnoto.blogspot.com/2010/04/askep-pada-pasien-hepatitis.html)
Diakses tanggal 9 September 201
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta
: EGC
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Subianto,
Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan
Hepatitis. (http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-hepatitis.html)
Diakses tanggal
9 September 2014.
💨
BalasHapus