A.
PENGERTIAN
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan
akumulasi cytokine yang mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga
menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan
mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk
mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
Kolitis dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh virus, bakteri, dan
amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disebabkan gangguan
aliran darah ke daerah kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya
penyakit autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan
penyakit Cohrn. Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa
lapisan dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain
itu, kolitis dapat disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan barium enema yang
merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis kemikal.
Faktor resiko yang mempengaruhi
terjadinya kolitis ditinjau dari teori Blum dibedakan menjadi empat faktor,
yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan
faktor prilaku.
1. Faktor Biologi: Jenis kelamin:
Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-laki. Usia: 15-25 tahun, dan lebih
dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan kolitis
2. Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan
sanitasi dan higienitas yang kurang baik. Nutrisi yang buruk
3. Faktor Perilaku: Kegemukan
(obesitas). Merokok. Stress / emosi. Pemakaian laksatif yang berlebihan.
Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang,
popcorn, makanan pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan
dalam mencari pengobatan. Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya
pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam diagnosis dan
terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal
penyakit.
B.
ETIOLOGI
Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan
proktitis. Penyebab dari kolitis ada beberapa macam antara lain ( Tilley et al,
1997) :
- Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia spp, Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium spp, Campylobacter spp, Yersinia enterolitica, Escherichia coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan Phycomycosis.
- Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada
orang kulit hitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali lipat) pada orang
Yahudi dibandingkan dengan
orang non Yahudi.
Hal ini menunjukkan bahwa dapat
- ada predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini
- Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.
- Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri.
- Polyps rektokolon
- Intususepsi ileokolon
- Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous, histiocytic
- Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
- Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)
C.
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebab dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kolitis
infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik,
kolitis pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit.
2. Kolitis
non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohn’s kolitis
radiasi, kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis
non-spesifik (simple colitis).
Pembahasan ini difokuskan pada
kolitis infeksi yang sering ditemukan di Indonesia sebagai daerah tropik, yaitu
kolitis amebik, shigellosis, dan kolitis tuberkulosa serta
infeksi E.coli patogen yang dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama
diare kronik di Indonesia.
D.
PATOFISIOLOGI
Suatu serangan bisa mendadak dan
berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut dan peritonitis
(radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang
lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita
memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut
bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada
rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi
selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang
mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa
demam, bias ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus
besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20
kali/hari.
Penderita sering mengalami kram
perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan
untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak
berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang
paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan
nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya
menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit
ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit
ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens
adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius,
disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya
10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi
mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi
multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium
kolonik. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang
terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses
penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya
usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit
lemak.
E.
MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan gejala Colitis
ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih sering.
Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare
berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
1. Anemia
2. Fatigue/
Kelelahan
3. Berat badan
menurun
4. Hilangnya
nafsu makan
5. Hilangnya
cairan tubuh dan nutrisi
6. Lesi kulit
(eritoma nodosum)
7. Lesi mata
(uveitis)
8. Nyeri sendi
9. Kegagalan
pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
10. Buang air
besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
11. Terdapat
darah dan nanah dalam kotoran.
12. Perdarahan
rektum (anus).
13. Rasa tidak
enak di bagian perut.
14. Mendadak
perut terasa mulas.
15. Kram perut.
16. Sakit pada
persendian.
17. Rasa sakit
yang hilang timbul pada rectum
18. Anoreksia
19. Dorongan
untuk defekasi
20. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang
didiagnosis dengan kolitis ulseratif memiliki gejala-gejala ringan. Lain sering
menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulseratif juga
dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan
osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para
ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh
sistem kekebalan tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis
diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis
ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien biasanya hadir
dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini
biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan
ringan untuk sangat menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan
proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak bagian tubuh. Kadang-kadang
terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti sakit,
rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat
dikonfirmasi, namun, sampai awal manifestasi usus.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gambaran radiologi
a. Foto polos abdomen
1)
Untuk
melihat organ dalam abdomen
2)
Mampu
memperjelas abnormalitas (massa, tumor, obstruksi/striktura)
3)
Umumnya
dilakukan pertama kali ketika mendiagnosis masalah GI tract.
4)
Tidak
memerlukan persiapan khusus
5) Pasien memakai gaun, melepas
perhiasan & ikat pingang yang mungkin mempengaruhi hasil
b. Barium enema
Barium
enema atau lower GI series merupakan
pemeriksaan X-ray pada colon.
c. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi
(USG) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non invasif dengan menggunakan
gelombang frekuensi tinggi kedalam abdomen. Gelombang-gelombang ini dipantulkan
kembali dari permukaan struktur organ sehingga komputer dapat
menginterprertasikan densitas jaringan berdasarkan gelombang-gelombang
tersebut.
d. CT-scan dan MRI
2. Pemeriksaan Endoskopi
Endoskopi temuan di kolitis ulseratif meliputi:
a. Hilangnya penampilan vaskular kolon
c.
Ulserasi
yang dangkal, yang mungkin anak sungai, dan
G.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Contoh feses
(pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit):
terutama mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya
entomoeba histolytica.
2. Protosigmoidoskopi:
memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi (akibat infeksi
sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun fungsinya dan perdarahan
karena nekrosis dan ulkus terjadi pada 35 % bagian ini.
3. Sitologi dan
biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma.
Perubahan neoplastik dapat dideteksi, juga karakter
infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
4. Enema
bartum, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan,
meskipun jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat
membuat kondisi eksasorbasi.
5. Kolonoskopi:
mengidentigikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukkan obstruksi usus.
6. Kadar besi
serum: rendah karena kehilangan darah. Masa protromlain: memanjang
pada kasus berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan oleh
kekurangan vitamin K.
7. ESR:
meningkat karena beratnya penyakit Trombosis: dapat terjadi karena proses
penyakit inflamasi.
8. Elektrolit:
penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
H.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian/pengumpulan data
a. Data Biografi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
b. Data Dasar
Pengkajian Klien
1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
a) Kelemahan,
kelelahan, malaise, cepat lelah
b) Insomnia,
tidak tidur semalaman karena diare
c) Merasa
gelisah dan ansietas
d) Pembatasan
aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
2) Sirkulasi
Tanda:
a) Takikardia
Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri.
b) Kemerahan
area akimonsis (kekurangan vitamin K)
c) TD:
hipotensi, termasuk postural
d) Kulit/membrane
mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/ malnutrisi)
3) Integritas ego
Gejala:
a) Ansietas, ketakutan,
emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada harapan
b) Faktor
stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan,
pengobatan yang mahal
c) Faktor
budaya peningkatan prevalensi dari populasi Yahudi
Tanda:
a) Menolak,
perhatian menyempit, depresi.
4) Eliminasi
Gejala:
a) Tekstur
feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
b) Episode
diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat
dikontrol (sebanyak 20 – 30 kali defekasi/hari)
c) Perasaan
dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa
keluar feses.
d) Perdarahan
per rectal
e) Riwayat batu
ginjal (dehidrasi)
Tanda:
a) Menurunnya
bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat
dilihat.
b) Hemosoid,
fisura anal (25 %), fisura perianal
c) Oliguria
5) Makanan/
cairan
Gejala:
a) Anoreksia,
mual/muntah
b) Penurunan
berat badan
c) Tidak
toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
d) Produk susu
makanan berlemak.
Tanda:
a) Penurunan
lemak subkutan/massa otot
b) Kelemahan
tonus otot dan turgor kulit buruk
c) Membran
mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
6) Higine
Tanda:
a) Ketidakmampuan
mempertahankan perawatan diri
b) Stomatitis
menunjukkan kekurangan vitamin
c) Bau badan
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
a) Nyeri/nyeri
tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
b) Titik nyeri
berpindah, nyeri tekan (arthritis)
c) Nyeri mata,
fotofobia (iritis)
Tanda:
a) Nyeri tekan
abdomen/distensi
8) Keamanan
Gejala:
a) Riwayat
lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,.
b) Arthritis
(memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)
c) Peningkatan
suhu 39,6 – 40 ºC (eksoserbasi akut)
d) Penglihatan
kabur
e) Alergi
terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam usus
dan mempunyai efek inflamasi)
Tanda:
a) Lesi kulit
mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri,
kemerahan dan membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi
tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan)
b) Ankilosa
spondilitis
c) Uveitis,
kongjutivitis/iritis.
9) Seksualitas
Gejala:
frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10) Interaksi
sosial
Gejala:
a) Masalah
hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
b) Ketidakmampuan
aktif dalam social
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau
malabsorpsi usus ditandai dengan peningkatan bunyi usus/ peristaltik, defikasi
sering dan berair, perubahan warna feses, dan nyeri abdomen, kram.
b.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan kehilangan cairan: diare ditandai dengan mual, muntah, dan diare
berat.
c.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorpsi nutrien, status hipermetabolik, secara medik masukan makanan
dibatasi ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/ massa
otot, tonus otot buruk, bising usus, konjungtiva dan membrane mukosa pucat
serta menolak untuk makan.
d.
Ansietas
berhubungan dengan factor psikologis/ rangsangan simpatis (proses inflamasi),
ancaman konsep diri (dirasakan atau aktual), ancaman terhadap perubahan status
kesehatan, status sosioekonomis, fungsi peran, pola interaksi ditandai dengan eksaserbasi penyakit tahap akut, peningkatan
tegangan, distensi, ketakutan, menunjukan masalah tentang perubahan hidup,
perhatian pada diri sendiri.
e.
Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diere
lama, iritasi kulit/ jaringan, eksoriasi fisura perirektal; fistula ditandai
dengan nyeri abdomen kolik/ kram/ nyeri menjalar, perilaku berhati- hati/
distraksi, gelisah, nyeri wajjah, dan perhatian pada diri sendiri.
f.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi,
kurang mengingat, dan tidak mengenal sumber ditandai dengan pertanyaan, meminta
informasi, pernyataan salah konsep, tidak akurat mengikuti instruksi, dan
terjadi komplikasi/ eksaserbasi yang dapat dicegah.
3.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau
malabsorpsi usus ditandai dengan peningkatan bunyi usus/ peristaltik,
defikasi sering dan berair, perubahan warna feses, dan nyeri abdomen, kram.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan diare pasien terkontol dengan
out come:
1. penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali
normal
2.mengidentifikasi / menghindari factor pemberat.
|
1. Observasi dan catat frekuensi defekasi,
karakteristik, karakteristik, jumlah, dan faktor pencetus.
2. Tingkatkan tirah baring, berikan alat- alat
disamping tempat tidur.
3. identifikasi makanan dan cairan yang mencetus
diare.
4. Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap.
5. Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi
sehubungan dengan proses penyakit.
6. Observasi demam, takikardia, letargi,
leukositosis, penurunan protein serum, ansietas, dan kelesuan.
7. Memberikan obat sesuai indikasi
|
Membantu membedakan penyakit
individu dan mengkaji beratnya episode.
Istirahat menurunkan motilitas
usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai
komplikasi.
Menghindarkan iritan dan
meningkatkan istirahat usus.
Memberikan istirahat kolon dengan
menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan/ cairan.
Adanya penyakit dengan penyebab
tak diketahui sulit untuk sembuh dan yang memerlukan intervensi bedah dapat
menimbulkan reaksi stress yang dapat memperburuk situasi
Tanda bahwa toksik megakolon atau
perforasi dan peritonitis akan terjadi/ telah terjadi memerlukan intervensi
medik segera.
Membantu kesembuhan pasien.
|
2
|
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan: diare
ditandai dengan mual, muntah, dan diare berat.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan diare pasien terkontol dengan
out come:
1. Mempertahankan volume cairan adekuat dibuktikan
oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik.
2. Tanda vital stabil, keseimbangan masukan dan
keluaran dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah.
|
1. Awasi masukan dan keluaran, karakter, dan jumlah
feses; perkirakan kehilangan yang tak terlihat.
2. Observasi kulit kering berlebihan dan membran
mukosa, penurunan turgor kulit, pengisisan kapier lambat.
3. Ukur berat badan tiap hari.
4. Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring;
hindari kerja.
5. Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari
untuk adanya darah samar.
6. Catat kelemahan otot umum atau disritmia jantung.
7. Berikan cairan parenteral, tranfusi darah sesuai
indikasi.
8. Awasi hasil laboratorium.
9. Berikan obat sesuai indikasi.
|
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan,
fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.
Menunjukan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi.
Indikator cairan dan status nutrisi.
Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
Diet tidak adekuat dan penurunan absorpsi dapat
menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko
perdarahan.
Kehilangan usus berlebihan dapat menimbulkan
ketidakseimbangan elektrolit.
Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia.
Menentukan kebutuhan pergantian dan keefektifan
terapi.
Membantu kesembuhan pasien.
|
3.
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien,
status hipermetabolik, secara medik masukan makanan dibatasi ditandai dengan
penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/ massa otot, tonus otot
buruk, bising usus, konjungtiva dan membrane mukosa pucat serta menolak untuk
makan.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan diare pasien terkontol dengan
out come:
1. Menunjukan berat badan stabil atau peningkatan
berat badan sesuai dengan nilai laboratorium normal.
2. Tidak ada tanda malnutrisi.
|
1. Timbang berat badan tiap hari.
2. dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas
selama fase sakit akut.
3. Anjurkan istirahat sebelum makan.
4. Berikan kebersihan oral.
5. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,
lingkungan yang menyenangkan, dengan situasi tidak terburu- buru.
6. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram
abdomen, flatus.
7. Catat masukan dan perubahan simtomtologi.
8. Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah
mulai makan diet.
9. Pertahankan puasa sesuai indikasi.
10. Mulai/ tambahkan diet sesuai indikasi.
11. Berikan obat sesuai indikasi.
|
Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/
kefektifan terapi.
Menurunkan kebutuhann metabolik untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.
Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi
untuk makan.
Mulut yang bersih dapat meningkkatkan rasa makanan.
Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan
lebih kondusif untuk makan.
Mencegah serangan akut/ eksaserbasi gejala.
Memberikan rasa kontrol pada pasien dan kesempatan
untuk memilih makanan yang diinginkan/ dinikmatii, dapat meningkatkan
masukan.
Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh
takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
Istirahat usus menurunkan peristatik dan diare
dimana menyebabkan malabsorpsi/ kehilangan nutrien.
Memungkinkan saluran usus untuk mematikan kembali
proses pencernaan.
Membantu kesembuhan pasien.
|
4.
|
ansietas Berhubungan dengan faktor
psikologis/ rangsang
simpatis (proses inflamasi), ancaman konsep diri (dirasakan/aktual), ancaman
terhadap/perubahan statuskesehatan, status ekonomis, fungsi peran, pola
interaksi ditandai dengan eksaserbasi
penyakit tahap
akut, peningkatan tegangan, distress, ketakutan, menunjukkan masalah tentang
perubahan hidup, perhatian pada diri sendiri.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan ansietas pasien terkontol dengan out come:
1. menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan
ansietas sampai tingkat dapat ditangani
2.menyatakan
kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat menerimanya
|
1.Catat
petunjuk perilaku misalnya gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak
mata, perilaku menarik perhatian
2.Dorong
menyatakan perasaan berikan umpan balik
3.Akui
bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain.
Tingkatkan perhatian mendengar pasien
4.Berikan
informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan misalnya tirah
baringpembatasan masukkan peroral, dan prosedur
5.Berikan
lingkungan tenang dan istirahat
6. Dorong
pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
7. Bantu
pasien mengidentifikasi/ memerlukan perilaku koping yang digunakan pada masa
lalu
8. Ajarkan
pasien belajar mekanisme koping baru
9. Beri
obat sedatif
10. Rujuk
pada perawat spesialis psikiatrik, pelayanan sosial, penasihat agama
|
Indikator derajat ansietas/stress
Membuat hubungan terapiutik antara
pasien dengan perawat
Validasi bahwa perasaan normal dapat
menurunkan stres
Keterlibatan pasien dalam perencanaan
perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas
Memindahkan pasien dari stres luar
meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas
Tindakan dukungan membantu pasien
merasa stres berkurang , memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan/ perbaikan
Meningkatkan rasa kontrol diri pasien
Mengatasi masalah dapat membantu dalam
menurunkan stres/ansietas, meningkatkan kontrol penyakit
Untuk menurunkan ansietas dan
memudahkan istirahat, khususnya pasien dengan KU
Dibutuhkan bantuan tambahan untuk
meningkatkan kontrol dan mengatasi episode akut/eksaserbasi dengan belajar
untuk menerima penyakit kronis dan konskuensinya
|
5.
|
Nyeri akut
berhubungan dengan hyperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan,
eksoriasi fisura perirektal; fistula ditandai dengan laporan nyeri abdomen
kolik/kram/nyeri menyebar., perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, nyeri
wajah, perhatian pada diri sendiri
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama....x24 jam, diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria
hasil:
1. melaporkan nyeri hilang/terkontrol,
2.tampak
rileks
3.mampu
tidur/istirahat dengan tepat
|
1. Dorong
pasien untuk melaporkan nyeri
2.
Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, cata lokasi, lamanya, intensitas (skala
0-10). Selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri
3.
Catat petunjuk non verbal mis. Gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati
dengan abdomen, menarik diri dengan abdomen dan depresi. Selidiki perbedaan
verbal dan non verbal
4.
Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri
5.
Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman
6.
Berikan tindakan nyaman (mis. Pijatan punggung) dan aktivitas senggang
7.
Bersihkan area rektal dengan sabun dan air dan berikan perawatan kulit (mis.
Salep)
8.
Berikan rendam duduk dengan tepat
9.
Observasi distensi abdomen, peningkatan suhu tubuh, penurunan TD
10.
Lakukan modifikasi diet sesuai resep
11.
Berikan obat analgesik, antikolinergik dan anodin supositoria
12.
Bantu dengan mandi duduk
|
Mencoba untuk mentoleransi nyeri
Nyeri kolitis hilang timbul pada
penyakit Crohn. Nyeri sebelum defekasi sering terjadi pad KU dengan
tiba-tiba, dimana dapat berat dan terus menerus. Perubahan pada karakteristik
nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit /terjadi komplikasi, mis: fistula
kandung kemih, perforasi, toksikmegakolon
Bahasa tubuh/non verbal dapat secara
psikologis dan fisiologik dapat digunakan pada hubungan verbal untuk
mengidentifikasi luas/beratnya masalah
Dapat menunjukkan dengan tepat
pencetus atau faktor pemberat atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi
Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa
kontrol
Meningkatkan relaksasi dan
meningkatkan kemampuan koping
Melindungi kulit dari asam usus,
mecegah eksoriasi
Melindungi kulit dari asam usus,
mecegah eksoriasi
Dapat menunjukkan terjadinya obstruksi
usus karena inflamasi, edema, dan jaringan parut
Istirahat usus penuh dapat menurunkan
nyeri, kram
Untuk memudahkan
istirahat yang adekuat dan penyembuhan, menghilangkan spasme GI dan
merileksasi otot rektal
Memberikan kesejukan lokal dan
kenyamannan pada rektal
|
6.
|
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, dan tidak mengenal
sumber ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah konsep,
tidak akurat mengikuti instruksi, dan terjadi komplikasi/ eksaserbasi yang
dapat dicegah.
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama......x24 jam diharapkan pasien mendapatkan pengetahuan
dengan kriteria hasil:
1.menyatakan pemahaman terhadap
penyakit
2.mengidentifikasi stres
3.berpartisipasi dalam
pengobatan
4.melakukan perubahan pola
hidup
|
1.Tentukan
persepsi pasien tentang proses penyakit
2.
Kaji ulang proses penyakit, penyebab gejala, identifikasi cara menurunkan
faktor pendukung , dorong pertanyaan
3.
Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping
4.
Ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping obatbila steroid dberikan
dalam waktu panjang
5.
Tekankan pentingnya perawatan kulit
6.
Menganjurkan berhenti merokok
7.
Penuhi evaluasi jangka panjang dan evaluasi uang periodic
8.
Rujuk ke komunitas yang tepat
|
Membuat pengetahuan dasar dan
memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu
Faktor pencetus/pemberat individu
sehingga waspada pada faktor gejala dan memliki pengetahuan dasar
Meningkatkan pemahaman dan kerjasama
dalam program penyembuhan
Steroid dapat mengontrol inflamasi
namun dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi
Menurunkan penyebaran bakteri, iritasi
kulit dan infeksi
Merokok dapat menyebabkan motilitas
usus
Pasien dengan inflamasi penyakit usus
berisiko kanker kolon sehingga evaluasi periodik diperlukan
Pasien mendapatkan
pelayanan dalam koping dengan penyakit kronis dan evaluasi obat
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan
Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC
Ester,
Monica.2002.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC
Marliynn E,
dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.
Moorhouse,Dongoes.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta:EGC 2.
Smeltzer,Suzanne.2002.keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.Edisi 8 .Jakarta EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar