Kamis, 23 Oktober 2014

LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS



A.    DEFINISI
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung (membran tipis yang mengelilingi jantung) (H. Winter Griffith M.D, 1994). Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal, perikardium viseral, atau kedua-duanya (Arif Mansjoer, 2000). Perikarditis adalah peradangan perikardium parietalis, viseralis dan keduanya. Respons perikardium terhadap peradangan bervariasi dari akumulasi cairan atau darah (efusi perikard), deposisi fibrin, proliferasi jaringan fibrosa, pembentukan granuloma (lesi makrofak yang terjadi dari reaksi peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh) atau kalsifikasi (pengapuran). Itulah sebabnya manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi dari yang tidak khas sampai yang khas (Sudoyo,2009). Jadi kesimpulannya perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun viseral.
Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan perikarditis  kronis, dan perikarditis kronis konstriktif. Perikarditis akut adalah peradangan pada perikardium (kantung selaput jantung) yang dimulai secara tiba-tiba dan sering menyebabkan nyeri. Peradangan tersebut dapat menyebabkan cairan dan menghasilkan darah (fibrin, sel darah merah dan sel darah putih) yang akan memenuhi rongga pericardium. Perikarditis kronis (Chronic Pericarditis) adalah suatu peradangan perikardium (kantung jantung) yang menyebabkan penimbunan cairan atau penebalan dan biasanya terjadi secara bertahap serta berlangsung lama. Perikarditis  kronis konstriktif adalah suatu penyakit yang terjadi karena ada penebalan pada perikardium akibat adanya inflamasi yang terjadi sebelumnya sehingga luas ruangan jantung berkurang. Akibatnya curah jantung menurun dan tekanan pengisian berkurang. Perikarditis akut terjadi kurang dari 6 minggu, sedangkan pada perikarditis subakut dan perikarditis kronis lebih  dari enam 6 bulan.

Secara garis besar, perbedaan anatara perikarditis akut, perikarditis kronis dan perikarditis kronis konstruktif adalah sebagai berikut.
Klasifikasi Perikarditis
Klasifikasi Etiologis
Perikarditis akut <6 minggu
Fibrinosa
Perikarditis infeksiosa
Virus pirogenik, tuberculosis, mikotik, infeksi lain (sifilis, parasit).
Perikarditis kronis >6 minggu
Konstruktif efusi
Prikarditis non-infeksiosa
Infark miokardium akut, uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif), neoplasia: tumor primer dan tumor metastasis, miksedema (keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar hormon tiroid dalam darah berkurang), kolesterol, kiloperikardium, trauma: luka tembus dinding dada, aneurisma aorta (Aneurisma Aorta merupakan dilatasi dinding aorta yang sifatnya patologis, terlokalisasi, dan permanen (irreversible)) dengan kebocoran ke dalam kantong perikardium pasca radiasi, cacat sekat atrium, perikarditis familial: mulberry aneurysm, idiopatik akut (biduran).
Perikarditis kronik konstruktif >6 minggu

Hipersensitivitas atau autoimun
Demam rematik, penyakit vaskular kolagen: SLE, reumatik arthritis, skleroderma, akibat obat: prokalnamid, hidralazin, pasca cedera kardiak.
Sumber: Haq (2011)

Perbedaan Perikardium normal dan Infeksi pada Perikardium (Perikarditis) berdasarkan gambar adalah sebagai berikut.


Pada gambar perikardium normal, lapisan antara parietal dan viseral tampak jelas. Sedangkan pada perikardium yang terjadi inflamasi, tampak antara lapisan parietal dan viseral terjadi perlengketan akibat tekanan cairan yang masuk pada lapisan perikardium.

B.      ETIOLOGI
 Etiologi perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
a.     Perikarditis Akut
      Perikarditis akut dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Berdasarkan studi pada anak-anak dari tahun 1960-an, virus patogen yang paling umum adalah Coxsackie, tetapi data terakhir menunjukkan bahwa pada orang dewasa yang paling sering terpengaruh adalah virus Sitomegalo, virus Herpes, dan HIV. Adapun bakteri paling umum yang dapat menyebabkan penyakit perikarditis yaitu bakteri Pneumococcus dan Tuberculosis. Di Afrika dan India, tuberkulosis masih merupakan penyebab tersering dari semua bentuk perikarditis. Selain itu penyebab perikarditis akut lain yaitu sebagai berikut:
1)        Idiopatik (biduran)
2)         Trauma
3)        Sindrom paska infark miokard
4)        Uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif)
5)        Sindrom paska perikardiotomi
6)        Neoplasma (neoplasma adalah massa abnormal dari jaringan yang terjadi ketika sel-sel membelah lebih dari yang seharusnya atau tidak mati ketika mereka seharusnya)
b.    Perikarditis kronis
      Pada umumnya penyebab perikarditis kronis tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kanker, tuberkulosis atau penurunan fungsi tiroid. Sebelumnya tuberkulosis adalah penyebab terbanyak dari perikarditis kronis di Amerika Serikat, tetapi saat ini kasusu tersebut hanya tinggal 2%. Selain itu penyebab perikarditis kronis yang lain yaitu sebagai berikut:
1)      Operasi jantung sebelumnya
2)      Radiasi dada
3)      Pasca infark yang luas
4)      Sarkoidosis (Sarkoidosis adalah suatu penyakit peradangan yang ditandai dengan terbentuknya granuloma pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan lainnya)
5)      Trauma dada
6)      Infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie virus) atau kronis (Tuberculosis).

C.    PATOFISIOLOGI
Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikaditis akan memberikan respon sebagai berikut :
1)      Terjadinya vasodilatassi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium.
2)      Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk fibrinogen atau fibrin di dalam cairan akan meningkat,
3)      Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta
4)      Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun parietal yang menimbulkan suatu perikaditis konstriktif yang apabila cukup berantakan menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik.
Pada kondisi lain terakumulasinya cairan pada perikardium yang sekresinya melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan tamponade jantung. Salah satu komplikasi perikarditis paling fatal dan memerlukan tindakan darurat adalah tamponade. Tamponade jantung merupakan akibat peninggian tekanan intraperikardium dan restriksi progresif pengisian ventrikel.

Pathway Perikarditis


D.    MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
1)      Manifestasi Klinis pada Perikarditis Akut
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction rub dan abnormalitas EKG yang khas. Dari pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan pembesaran jantung, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, edema kaki dan mungkin tanda-tanda tamponade (merupakan suatu sindroma klinis akibat penumpukan cairan berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)).
2)         Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik
Manifestasi klinis perikarditis kronik adalah sesak nafas, batuk (karena tekanan tinggi pada vena paru-paru mendorong cairan masuk ke dalam kantung-kantung udara),  dan kelelahan (karena kerja jantung menjadi tidak efisien). Biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri dan bisa terjadi edema. Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk penting bahwa seseorang menderita perikarditis kronis adalah tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner atau penyakit katup jantung.
3)         Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik Konstriktif
Manifestasi klinis perikarditis kronik konstruktif adalah keluhan berupa rasa lelah, lemah, dispnea saat beraktifitas, orptopnea (napas pendek yang terjadi pada posisi berbaring karena pengaruh adanya gaya gravitasi) dan keluhan gagal jantung lainnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis, bunyi jantung melemah, dapat terdengar perikardial knock, pulsus paradoksus (pengecilan amplitudo denyut nadi yang tajam selama inspirasi), hepatosplenomegali, ikterus, ascites (penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum) dan edema.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)      EKG (elektrokardiografi) 
        Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia (peninggian ST dapat terjadi pada kebanyakan lead) depresi PR, gelombang T datar atau cekung, pencitraan voltase rendah umum terjadi. Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
2)      Ekokardiografi
        Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrifi jantung, disfungsi katup, dilatasi ruang. Dalam efusi pericardial, ekokardiografi bisa mendiagnosis jika menunjukkan ruang bebas-gaung antara dinding ventricular dan pericardium. 
3)      Kadar enzim kardiak sedikit naik, disertai miokarditis yang berkaitan , memastikan diagnosis.
4)      Angiografi
Dapat menunjukkan stenosis katup dan regurgitasi dan/atau penurunan gerak dinding.
5)      Sinar X dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltarsi pulmonal.
6)      JDL : Dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis, anemia.
7)      Pemeriksaan Radiologis
        Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap tampak bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium yang banyak.Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan suatu konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga normal atau hamper normal.
Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena. Pada fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent heart). Jumlah cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat diduga dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.
8)      Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis tuberkulosa dan reumatika.
Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada dan pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan kuman atau dengan percobaan binatang yang ditujukan terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.
9)      Foto Thoraks
Dilakukan untuk mengetahui adanya cairan perikard.


10)  Kateterisasi jantung
Katerisasi jantung digunakan untuk mengukur tekanan darah di dalam bilik jantung dan pembuluh darah utama.

F.     PENATALAKSANAAN
a.   Penatalaksanaan Medis
1)   Penatalaksanaan dari perikarditis akut bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Pelaksanaan medisnya yaitu :
a)   Penderita kanker mungkin memberikan respon terhadap kemoterapi (obat anti kanker) atau terapi penyinaran; tetapi biasanya penderita menjalani pembedahan untuk mengangkat perikardium.
b)   Penderita gagal ginjal mungkin akan memberikan respon terhadap perubahan program dialisa yang dijalaninya.
c)    Infeksi bakteri diobati dengan antibiotik dan nanah dari perikardium dibuang melalui pembedahan.
d)  Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka pemakaian obat tersebut segera dihentikan.
e)    Aspirin, ibuprofen atau corticosteroid diberikan kepada penderita yang mengalami perikarditis berulang yang disebabkan oleh virus.
Pada beberapa kasus diberikan colchicine.
f)     Jika penanganan dengan obat-obatan gagal, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat perikardium.
2)    Penatalaksanaan medis dari perikarditis kronis adalah :
a)    Diuretik (obat yang membuang kelebihan cairan) bisa memperbaiki gejala, tetapi penyembuhan hanya mungkin terjadi jika dilakukan pembedahan untuk mengangkat perikardium.
b)    85% penderita yang menjalani pembedahan mengalami penyembuhan. Pembedahan memiliki resiko kematian sebesar 5-15%, karena itu pembedahan hanya dilakukan jika penyakit ini telah sangat mengganggu aktivitas penderita sehari-hari.
3)    Penatalaksanaan medis dari perikarditis konstriktif adalah :
Operasi dapat dilakukan melalui 2 insisi:
a)   Sternotomi mediana : insisi sternotomi memberikan paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kanan dan merupakan pilihan bila akan dilakukan  cardiopulmonary bypass sedangkan Torakotomi (torakotomi anterolateral kiri atau torakotomi anterior bilateral)  : memberikan paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kiri dan diafragma.
b)   Setelah insisi sternotomi, dilakukan pembebasan outflow tract yaitu arteri pulmonalis diikuti aorta.
c)   Kemudian dilakukan pembebasan inflow tract yaitu vena kava superior dan vena kava inferior. Hal ini dilakukan untuk mencegah pasien jatuh ke dalam edema paru dan gagal jantung kanan jika inflow tract dibebaskan lebih dahulu.
d)  Bila pembebasan outflow tract gagal karena perlengketan berat, maka dilakukan draping dengan preservasi arteri dan vena femoralis untuk pemasangan kanula cardiopulmonary bypass.

b.   Penatalaksanaan Keperawatan
1)      Istirahatkan pasien di ranjang secara menyeluruh.
2)      Kaji nyeri dalam hubungannya dengan respirasi dan posisi tubuh untuk membedakan nyeri epikarditis dengan nyeri iskemik miokardial.
3)      Tempatkan pasien dalam posisi tegak lurus untuk meringankan dispnea dan nyeri dada. Beri analgesik dan oksigen.
4)      Yakinkan penderita perikarditas bahwa kondisinya bersifat sementara dan bisa ditangani.
5)      Jelaskan uji dan penanganan pada pasien.
6)      Lakukan perawatan preoperatif dan postoperatif sesuai indikasi; hampir sama dengan perawatan dengan pembedahan kardiotoraks.
7)      Pasein dengan infeksi perikardium harus segera diobati dengan anti mikroba pilihan begitu organisme penyebabnya dapat diidentifikasi. Perikarditis yang berhubungan dengan demam rematik berespon baik dengan pinisilin. Perikarditis akibat tuberkulosis diobati dengan isoniasid, etambutol hidroklorid, rifampisin, streptomisin dalam berbagai kombinasi . ampoterisin B digunakan untuk perikarditis jamur, dan kartikosteroid digunakan pada lupus eritematosus diseminata.
8)      Bila kondisi pasien  sudah membaik, aktivitas harus ditingkatkan secara bertahap, tetapi bila nyeri demam atau friction rub kembali muncul, pasien harus segera tirah baring.
9)      Pasien dibaringkan ditempat tidur bila curah jantung masih belum baik, sampai demam, nyeri dada dan friction rub menghilang. Analgetik dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat reabsorbsi cairan pada pasien dengan perikarditis rematik.  Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengontrol gejala, memperepat resolusi proses inflamasi dalam perikordium dan mencegah kekambuhan efusi perikard.


TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN BRONKHITIS KRONIK

I.            PENGKAJIAN
A.    Biodata Pasien
Data yang dikaji disini meliputi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Penanggung
B.     Riwayat Kesehatan
1.      Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien dengan gangguan perikarditis adalah Nyeri dada, pada efusi pericardium adalah cepet lelah dalam beraktifitas
2.      Riwayat Penyakit Sekarang  
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada,  pericardial friction rub, dan abnormalitas EKG yang khas. Manifestasi utama dari perikarditis akut adalah rasa nyeri substernal atau parasternal, kadang kadang menjalar ke bahu. Nyeri ini menjadi lebih ringan bila klien duduk. Karakteristik nyeri perikarditis berkurang dengan duduk tegak setelah membungkuk ke depan. Rasa nyeri adalah suatu gejala yang penting tapi bukan merupakan suatu gejala yang invariable pada berbagai macam perikarditis akut. Rasa nyeri biasa terdapat pada perikarditis akut tipe infeksiosa dan pada banyak jenis perikarditis akut yang diduga berhubungan dengan hipersensitivitas atau autoimunitas
Rasa nyeri biasanya tidak di temukan pada perikarditis yang disebabkan oleh uremia, neoplasma, pascapenyinaran, tuberculosis, yang semuanya ini berlangsung perlahan-lahan. Rasa nyeri perikarditis biasanya kuat. Nyeri ini secara khas berlokasi di tengah-tengah dada, menusuk ke belakang sampai ke pinggiran trapezius
Sering rasa nyeri ini seperti rasa nyeri pada pleuritis, yaitu sifatnya tajam dan bertambah nyeri dengan menarik nafas, batuk, dan perubahan posisi badan. Namun, kadang kala juga merupakan nyeri yang menetap, rasa nyeri berkerut yang menjalar ke salah satu  lengan atau kedua lengan menyamai rasa nyeri pada iskemia miokardium
Selain pengkajian nyeri, pengkajian prediposisi penyebab perikarditis perlu dikaji seperti riwayat pembedahan jantung, riwayat trauma tembus dada
3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian tentang apakah klien pernah menderita gagal ginjal, tumor mediastinum, dan pernahkah mengalami infark miokardium
4.      Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga pasien yang mempunyai penyakit berat lainnya atau penyakit yang sama.  
C.    Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Data yang mendasar pada pasien:
a)      Aktivitas / istirahat      : Kelelahan, kelemahan , takikardi, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
b)      Sirkulasi                       : Riwayat demam rematik, penyakit jantung kongenital, bedah jantung, palpitasi, sincope, takikardi, disritmia, friction rub perikardia ( biasanya intermitten terdengar dibatas sternal kiri )
c)      Eliminasi                      : Riwayat penyakit gagal ginjal, penurunan frekuensi/ jumlah urine, urine pekat gelap.
d)      Ketidaknyamanan       : Nyeri  pada dada anterior, diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring, hilang dengan duduk dan bersandar ke depan.
e)      Pernafasan                   : Nafas pendek, memburuk pada malam hari. dipsnea nokturnal, batuk, inspirasi mengi.
    Pemeriksaan fisik pada pasien dengan perikarditis ditemukan pericardial friction rub  dan pembesaran jantung. Bunyi gesekan pericardium adalah gejala fisik  yang paling penting  dan dapat terdengar sampai 3 komponen pada setiap siklus jantung. Kadang dapat di dengar lebih baik  hanya dengan menekan diafragma stetoskop lebih keras ke dinding dada. Tanda yang biasa  di temukan pada perikarditis yaitu: dipsnea, edema perifer, pembesaran perut, palpitasi, batuk, dan nausea

  II.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan gangguan perikarditis yaitu:
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas
2.      Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia miokard
3.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan sesak nafas
4.      Ketakutan berhubungan dengan stimulus pobia (perikarditis)
5.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan
6.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

III.                        INTERVENSI
No
Dx
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Dx 1
1.   Pasien menunjukkan pola nafas efektif. Dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak berbahaya.
2.   Menunjukkan status pernafasan: ventilasi tidak terganggu ditandai dengan indikator kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan tidak ada, dan nafas pendek tidak ada.

1. Posisikan pasien semi fowler.
2. Pantau adanya pucat dan sianosis.
3.   Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi.
4.   Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.
5.   Informasikan pada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi.
6.   Diskusikan menganai perawatan dirumah, meliputi pengobatan, peralatan pendukung, tanda dan  gejala komplikasi.
7.   Rujuk pada ahli pernafasan

1.    Untuk membuka jalan napas pasien sehingga lebih muda untuk bernapas.
2.  Untuk mengetahui adanya tingkat keparahan sesak napas.
3.  Membantu menentukan dera jat dekompensasi jantung dan  pulmonal.
4.  Untuk mengetahui respon individu terhadap penyakit sesak napas yang dirasakan.
5.  Untuk meringankan tingkat kecemasan pada klien
6.  Agar pasien dan keluarga  dapat melakukan perawatan secara mandiri dengan baik
7. Agar pasien mendapat pelayanan perawatan yang maksimal yaitu untuk memastikan keadaan fungsi ventilator mekanis.

2
Dx 2
Pasien mampu menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan dengan indicator pasien tidak mengekspresikan rasa nyeri secara verbal maupun non verbal pada wajah, tidak ada posisi tubuh melindungi, tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, dan frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan.
1.Jelaskan pada pasien penyebab nyeri.
2.Lakukan teknik non farmakologi (relaksasi).
3.   Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan dapat diterima.
4.   Tingkatkan istirahat atau tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri.

 1. Penjelasan pada pasien mengenai penyebab nyeri, dapat digunakan sebagai pendidikan kesehatan sehingga pasien mampu mengatasi nyeri secara mandiri.
2.   Pemberian teknik non farmakologi dapat mengurangi rasa nyeri, baik dari segi fisik maupun emosional pasien.
3.    Mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh pasien, serta agar dapat menentukan terapi apa yang akan diberikan kepada pasien
4.    Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien


3
Dx 3
Pasien menunjukkan adanya toleransi aktifitas dengan ditandai pasien dapat menghemat energi (menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat), dan melakukan aktivitas sehari-hari.
1.        Kaji respon emosi, sosial dan spiritual pasien.
2.       Tentukan penyebab keletihan pasien.
3.       Pantau respon cardiorespiratory terhadap aktivitas.
4.       Pantau asupan nutrisi pasien.
5.       Ajarkan mengenai pengaturan penggunaan energy
6.        Ajarkan teknik relaksasi.
7.       Elaborasi dengan tim dokter dan farmasi dengan memberikan obat nyeri pada saat sebelum beraktivitas

1.      Koping emosional diakibatkan oleh potensial penyakit yang mengancam hidup. Dorongan dan dukungan akan diperlukan untuk mengatasi frustasi terhadap tinggal tinggal di rumah sakit yang lama.
2.      Untuk mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan agar keletihan tersebut dapat teratasi.
3.      Hh
4.      Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat 
5.      Memastikan keadekuatan sumber energy
6.      Untuk mengatasi atau mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
7.       Untuk mengoptimalkan perawatan pasien yaitu dengan pemberian dosis dan takaran y

4
Dx 4
Pasien memperlihatkan pengendalian ketakutan, dibuktikan dengan idikator pasien dapat menghindari sumber ketakutan bila mungkin, dapat mengendalikan respon ketakutan, dan melaporkan penurunan durasi pada setiap episode.
1. Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit, pemeriksaan dan pengobatan.
2.   Kaji respon ketakutan pasien baik secara subjektif maupun objektif.
3.   Nilai pemahaman pasien terkait dengan proses penyakit.
4.   Kaji kebutuhan pasien akan layanan sosial atau intervensi psikiatrik.
5.    Diskusikan dnegan dokter terkait ketakutan paasien.
6.    Lakukan penguatan positif baik verbal maupun non verbal pada pasien.
7.   Dampingi pasien dalam situasi yang baru.
8.    Jauhkan sumber ketakutan pasien apabila memungkinkan.
9.   Libatkan peran keluarga untuk mengurangi ketakutan pasien.
10.    Lakukan pendekatan pada pasien untuk pengungkapan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal.

1.   Agar pasien dapat memahami tentang penyakit yang diderita sehingga dapat menurunkan tingkat ketakutan pasien
2.   Untuk mengetahui tingkat ketakutan yang dialami oleh pasien
3.   Untuk mengetahui seberapa jauh pasien memahami tentang penyakit yang di deritanya
4.   Agar perawat dapat mengetahui perlu atau tidaknya pasien diberikan intervensi psikiatrik
5.   Agar ketakutan pasien dapatdiatasi dengan cepat
6.    Untuk mengurangi rasa takut yang dialami oleh pasien dan meningkatkan perasaan tenang dan pemikiran positif
7.   Agar pasien merasa tidak ketakutan dengan situasi baru tersebut
8.   Untuk mengurangi tingkat ketakutan yang dialami pasien
9.   Agar pasien merasa mendapatkan perlindungan sehingga ketakutan pasien dapat teratasi
10.Agar pasien terbuka dan mengungkapkan semua pera saan yang dirasakannya. Sehingga diharapkan hal tersebut dapat menurunkan tingkat ketakutan pada pasien akibat stimulus pobia.

5
Dx 5
Pasien menunjukkan status gizi (asupan makanan, cairan, dan zat gizi) baik dengan indikator nafsu makan pasien tidak mengalami penurunan.
1.    Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan pasien.
2.    Timbang berat badan dan tinggi badan pasien.
3.    Ajarkan pada pasien atau keluarga mengenai makanan yang bergizi dan murah.
4.    Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
5.    Berikan lingkungan yang nyaman pada saat pasien makan.
 6.   Atur posisi pasien semi      fowler atau fowler
7.    Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan ketidakadekuatan asupan protein.
8.    Diskusikan dengan dokter mengenai kebutuhan stimulasi nafsu makan.

1.    Untuk mengetahui keadaan nutrisi pasien  saat ini
2.    Untuk mengetahui adanya penurunan atau penam  bahan berat badan pada pasien sehingga perawat mengetahui adanya penurunan atau peningkatan statusnutrisi pasien.
3.    Dengan mengajarkan kepada keluarga atau pasien, maka mereka akan tahu makanan apa saja yang bergizi dan nantinya diharapkan ketika dirumah mereka dapat mengaplikasikannya sehingga nutrisi pasien terpenuhi.
4.    Agar terjadi peningkatan status nutrisi pada pasien
5.    Untuk meningkatkan nafsu makan pasien sehingga kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan baik
6.    Untuk memudahkan menelan dan berikan posisi ini selama 30 menit setelah makan untuk mencegah aspirasi.
7.    Agar pasien mendapatkan pelayanan yang lebih baik sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
8.    Agar kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan baik.

6
Dx 6
Pasien menunjukkan pengetahuannya tentang penyakit perikarditis yang dibuktikan dengan pemahaman penjelasan mengenai penyakit dan pelaksanaan aktivitas untuk mencegahan diri
1. Kaji umpan balik pasien
2.   Berikan informasi me ngenai penyakit peri karditis.
3.   Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien mengenai perikarditis.
4.   Berinteraksi pada pasien dengan cara tidak menghakimi untuk memfasilitasi pemberian informasi

1.   Untuk memastikan pasien memahami penyakit dan penanganannya secara mandiri
2.    Agar pasien dapat lebih memahami penyebab khusus,pengobatan, efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukkan kekambuhan/ komplikasi
3.   Agar perawat mengetahui tindakan yang harus dilakukan terkait dengan tingkat pengetahuan palsien
4.    Agar pasien merasa nyaman saat berinteraksi dan mengutarakan pertanyaan tentang penyakit yang diderita



IV.               IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)

V.               EVALUASI
   Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien  terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu:
1.      Pola nafas pasien efektif, dengan pasien menunjukkan pasien mudah berbafas, tidak menggunakan otot bantu, dan tidak ada nafas tambahan
2.      Nyeri kronis pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan pasien tidak mengekspresikan rasa nyeri secara verbal maupun non verbal pada wajah, tidak ada posisi tubuh melindungi, tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, dan frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan
3.      Intoleransi aktivitas teratasi dengan pasien menunjukkan adanya toleransi aktifitas sehari-hari
4.      Ketakutan pasien teratasi, dengan pasien memperlihatkan pengendalian ketakutan
5.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi, dengan pasien menunjukkan status gizi baik.
6.      Kurangnya pengetahuan pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan pengetahuannya tentang penyakit perikarditis.


DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2008.  Klien Gangguan Kardiovaskuler Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Edisi 2. Jakarta: EGC
Difikarayen, Ria. 2014. Askep pada pasien perikarditis. (Online),(http://riadifikarayenaan.blogspot.com/, diakses 11 September 2014)
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Islami. 2009. Perikarditis.(Online), (http://obral-askep.blogspot.com/2009/04/pericarditis.html, diakses 11 September 2014)
Mumpuni, Indah. 2014. Askep kardiovaskuler: perikarditis. (online), (http://indahmumpunis1keperawatan.blogspot.com/2014/04/askep-kardiovaskular-perikarditis.html, diakses 11 september 2014)
Muttagin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika
Nuzul. 2011. Asukan Keperawatan Perikarditis. (Online), (http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35456-Kep%20Kardiovaskuler-Askep%20Perikarditis.html, diakses 11 September 2014)
Uyett, Udell. 2012. Endokarditis, Miokarditis, dan Perikarditris.(Online), (http://uyettqhu.blogspot.com/2012/10/bab-i-pendahuluan-a.html, diakses 11 September 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar