Rabu, 22 Oktober 2014

LAPORAN PENDAHULUAN MIOKARDITIS



   A.    PENGERTIAN MIOKARDITIS
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi, dan reaksi toksik. Pada miokarditis, kerusakan miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil miosit. Toksin akan menghambat sintesis protein dan secara mikroskopis akan didapatkan miosit dengan infiltrasi lema, serat otot mengalami nekrosis hialin. Beberapa organisme dapat menyerang dinding arteri kecil, terutama arteri koronaintramuskular yang akan memberikan reaksi radang perivaskular miokardium. Keadaan ini dapat disebabkan oleh pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti aspergilus dan kandida. Sebagian kecil mikroorganisme menyerang langsung sel-sel miokardium ysng menyebaban reaksi radang. Hal ini dapat terjadi pada Toksoplasmosis gondii. Pada trikinosis, sel-sel radang yang ditemukan terutama eusinofil (Elly Nurachmach, 2009).
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001). Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999). Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges, 1999). Dari pebgertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan/inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen infeksi.

   B.     TANDA DAN GEJALA
Gejala Miokarditis yang sering ditemukan:
1.      Takikardia.
Peningkatan suhu akibat infeksi menyebabkan frekuensi denyut nadi akan meningkat lebih tinggi.
2.      Bunyi jantung melemah, disebabkan penurunan kontraksi otot jantung . Katub-katub mitral dan trikuspidalis tidak dapat ditutup dengan keras
3.      Auskultasi: gallop, gangguan irama supraventrikular dan ventricular
4.      Gagal jantung. Dekompensasi jantung terutama mengenai jantung sebelah kanan.

   C.    PATOFISIOLOGI
Miokarditis merupakan proses inflamasi di miokardium. Jantung merupakan organ otot, jadi efisiensinya tergantung pada sehatnya setiap serabut otot. Bila serabut otot sehat, jantung dapat berfungsi dengan baik meskipun ada cedera pada katub yang berat, namun bila serabut otot yang rusak maka hidup akan terancam.
Miokarditis disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa, dan spiroseta atau dapaT disebabkan oleh keadaan hipersensitivitas seperti demam reumatik. Jadi miokarditis dapt terjadi pada klien dengan infeksi akut yang menerima terapi imunosupresif, atau yang menderita endokarditis infeksi.
Kerusakan miokardium oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekenisme dasar sebagai berikut :
1.      Invasi langsung ke miokardium.
2.      Proses imunologis terhadap miokardium
3.      Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis viral ada 2 tahap, fase pertama (akut) berlangsung kira-kira 1 minggu. Dimana terjadi invasi virus ke miokardium, replikasa virus, dan lisis sel. Lalu terbentuk neutralizing antibody dan virus akan bersih  atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK). Pada fase kedua, miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem imun akan diaktifkan dengan terbentuknya antibodi terhadap miokardium, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai bebrapa bulan dan diikuti kerusakan miokardium dari yang minimal sampai berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan sel-sel endotel dan terbentuknya antibodi endotel, diduga sebai penyebab spasme mikovaskular. Walaupun etiologi kelainan mikrovaskuler belum pasti, tetapi sangat mungkin berasal dari respon imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertropi miosit yang tersisa. Akibat proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan payah jantung.

   D.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan etiologi. Biakan darah dapat menemukan sebagian besar organisme pathogen.Pada infeksi parasit terdapat eosinofilia sebagai laju endapan meningkat. Enzim keratin kinase atau laktat dehidroginase (LDH) dapat meningkat sesuai luasnya nekrosis miokard.
2.       Elektrocardiograf
Muncul kelainan sinus takikardia, perubahan segmen ST dan gelembung T serta low voltage. Kadang ditemukan aritmia arial atau ventrikuler, AV block, intra ventrikulerconduction defek dan QT memanjang.
3.      Foto thorak
Ukuran jantung sering membesar kadang disertai kongesti paru.
4.      Ekokardiograf
Pada kedua ventrikel sering didapat hipokinesis, bersifat regional terutama di apeks. Adanya penebalan dinding ventrikel, trombi ventrikel kiri, pengisian diastolic yang abnormal dan efusi pericardial.
5.      Radio Nuclide Scaning dan Magnetic Resonance Imaging.       
Ditemukan adanya perubahan inflamasi dan kronis yang khas pada miokarditis.
6.      Biopsy endomiokardial
Melalui biopsy tranvernous dapat diambil endomiokardium ventrikel kanan kiri. Hasil biopsy yang positif memiliki nilai diagnostic sedang negative tidak dapat menyingkirkan miokarditis. Diagnosis ditegakkan bila pada biopsy endomiokardial didapatkan nekrosis atau degenerasi parasit yang dikelilingi infiltrasi sel sel radang.

   E.     ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
a.       Biodata
Data diri pasien (nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan).
b.       Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada, sesak nafas, dan cepat lelah dalam beraktivitas.
1.       Aktivitas / istirahat
DO :
a.        Kelelahan
b.      Kelemahan
DS :
a.       Takikardia
b.      penurunan tekanan darah
c.       dispnea dengan aktivitas
2.      Sirkulasi
DO :
a.        riwayat demam rematik
b.      penyakit jantung congenital
c.       bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
DS :
a.       takikardia,
b.      disritmia,
c.       perpindaha titik impuls maksimal,
d.      kardiomegali,
e.       frivtion rub,
f.       murmur,
g.      irama gallop (S3 dan S4),
h.      edema,
i.        DVJ,
j.        petekie,
k.      hemoragi splinter,
l.        nodus osler,
m.    lesi Janeway.
3.      Eleminasi
DO :
a.       riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ;
b.      penurunan frekuensi/jumlsh urine.
DS :
urin pekat gelap.
4.      Nyeri/ketidaknyamanan
DO :
 nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbarin
DS :
perilaku distraksi, misalnya gelisah.
5.      Pernapasan
DO :
napas pendek ; napas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis)
DS ;
a.       dispnea,
b.      DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ;
c.       batuk,
d.      inspirasi mengi ;
e.       takipnea,
f.        krekels,
g.      ronkhi ; pernapasan dangkal.
6.      Keamanan
DO :
a.       riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ;
b.      trauma dada ; penyakit keganasan/iradiasi thorakal ;
c.       dalam penanganan gigi ;
d.      pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU),
e.       penurunan system immun
f.        SLE atau penyakit kolagen lainnya
DS :
demam.

c.       Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan nyeri dada disertai demam, kelelahan dalam aktivitas, sesak nafas.
d.       Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit jantung sebelumnya, penggunaan obat-obatan tertentu, riwayat infeksi sebelumnya.
e.       Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah diderita keluarga. Riwayat penyakit menular, penyakit keturunan dan keluarga meninggal karena penyakit jantung.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1.   Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung
3.    Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
4.   Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.

3.      INTERVENSI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
No .
Diagnosa Kep.
Tujuan & Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.

DO :
•     nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring
DS :
•     perilaku distraksi, misalnya gelisah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,pasien tampak :
1.      Nyeri hilang atau terkontrol
2.      Nyeri berkurang atau hilang
3.       Klien tampak tenang.
a.                 Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun.



b.                 Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.

c.                 Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.

d.                Berikan aktivitas hiburan yang tepat.



e.                  Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik
a.                   pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.

b.                  tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.









2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.

DO :
•         Kelelahan
•         Kelemahan
DS :
•         Takikardia
•         penurunan tekanan darah
•         dispnea dengan aktivitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam :
•         pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
•         perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
•         pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
•         Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
a.       Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
b.       Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.








c.       Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.

d.      Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.



e.       Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
f.       Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi
a.       miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial





.
b.      Membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.

c.       meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.

d.       Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.


e.        Saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
•         memaksimalka


f.       ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.
3.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.

DO :
•         riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis
•         trauma dada ; penyakit keganasan/iradiasi thorakal ;
•         dalam penanganan gigi ;
•         pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU),
•         penurunan system immune,
•         SLE atau penyakit kolagen lainnya
DS :
•         demam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam :
•         mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
•        melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
•         memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
a.       Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.








b.      Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.



c.       Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.


d.      Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung
a.       membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.

b.      Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.

c.       Memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.

d.      Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.
4.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
DO :
•         terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat parenteral
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit :
•         menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
•         mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
•         memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi
a.       Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.







b.      Kaji efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.




c.       Ajarkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
a.       Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.


b.      Untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.
•          informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.








4.      EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.  
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah
1.      Nyeri hilang atau terkontrol
2.      Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
3.      Tidak ada infeksi sistemik
4.      Perfusi jaringan perifer kembali normal
5.      Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
6.      Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
                                                                                                                     

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Nuzulul.2012.Online.Askep Kardiovaskuler.http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35457-Kep%20Kardiovaskuler-Askep%20Myocarditis.html. (diakses tanggal 20 September 2014)
Patriani.2008.Online.Asuhan Keperawatan.http: //asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-myocarditis.html. (diakses tanggal 20 September 2014)
Setiawan, Juni.2011.Online.Askep Miokard.http://setiawanjuni.blogspot.com/ 2011/12/askep-miokarditis.html.(diakses tanggal 20 September 2014)

1 komentar: