Kamis, 23 Oktober 2014

LAPORAN PENDAHULUAN ARTHEROSKLEROSIS



A.      PENGERTIAN
Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau ASVD berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan sklerosis (indurasi dan pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media (www.medicastore.com).
Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang intima arteri besar dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium. komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai ateroma atau plak. Karena aterosklerosis merupakan penyakit arteri umum, maka bila kita menjumpainya di ekstremitas, maka penyakit tersebut juga terdapat di bagian tubuh yang lain (Brunner & Suddarth, 2002).
Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah suatu proses berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase tidak stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak terduga berkaitan dengan rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala klinik. Seringkali rupture plak segera pulih, dengan cara inilah proses plak berlangsung (Hanafi, Muin R, & Harun, 1997).
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam arteri yang menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum.
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai tua. Namun sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada kanak-kanak. Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi fenomena alamiah yang tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih dahulu.


B.       ETIOLOGI
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian darah bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).
Faktor risiko aterosklerosis dibedakan menjadi 2 yaitu, faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah:
a)      Dapat diubah
1.      Usia, pada orang tua resiko terjadi atherosklerosis lebih tinggi
Sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya hidup faktor genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun di arteri pada pertengahan usia atau lebih, plak cukup telah membangun menyebabkan tanda-tanda atau gejala, pada pria, risiko meningkat setelah usia 45, sedangkan pada wanita, risiko meningkat setelah usia 55.
2.      Jenis kelamin; pria memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita
3.      Ras
4.      Riwayat keluarga dengan Atherosklerosis
Risiko aterosklerosis meningkat jika ayah atau saudara laki-laki didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 55 tahun, atau jika ibu atau saudara perempuan didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 65 tahun tetapi meskipun usia dan riwayat keluarga penyakit jantung dini faktor risiko, itu tidak berarti bahwa Anda akan mengembangkan atherosclerosis jika Anda memiliki satu atau keduanya. Membuat perubahan gaya hidup dan atau mengambil obat-obatan untuk mengobati faktor risiko lainnya seringkali dapat mengurangi pengaruh genetik dan mencegah aterosklerosis dari berkembang, bahkan pada orang dewasa yang lebih tua.
b)      Tidak dapat diubah
1.      Mayor
a)      Peningkatan lipid serum
b)      Hipertensi
c)      Merokok; pada orang-orang yang sebelumnya telah memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit jantung, merokok sangatlah berbahaya karena:
1)      Merokok bisa mengurangi kadar kolesterol HDL dan meningkatkan kadar kolesterol LDL.
2)      Merokok menyebabkan bertambahnya kadar karbon monoksida di dalam darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada lapisan dinding arteri.
3)      Merokok akan mempersempit arteri yang sebelumnya telah menyempit karena atherosklerosis, sehingga mengurangi jumlah darah yang sampai ke jaringan.
4)      Merokok meningkatkan kecenderungan darah untuk membentuk bekuan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya arteri perifer, penyakit arteri coroner, stroke dan penyumbatan suatu arteri cangkokan setelah pembedahan.
d)     Gangguan toleransi glukosa
e)      Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
2.      Minor
a.       Gaya hidup yang kurang gerak
b.      Stress psikologik
c.       Tipe kepribadian

C.      PATOFISIOLOGI
Akibat langsung aterosklerosis pada arteri meliputi penyempitan (stenosis) lumen, obstruksi oleh trombosis, aneurisma (dilatasi abnormal pernbuluh darah), ulkus dan ruptur. Akibat tidak langsungnya adalah malnutrisi dan fibrosis organ yang disuplai oleh arteri yang sklerotik tersebut. Semua sel yang berfungsi aktif memerlukan suplai darah yang kaya akan nutrisi dan oksigen dan peka terhadap setiap penurunan suplai nutrisi tersebut. Bila penurunan tersebut berat dan permanen, sel-sel tersebut akan mengalami nekrosis (kematian sel akibat kekurangan aliran darah) dan diganti oleh jaringan fibrosa yang tidak memerlukan banyak nutrisi.
Aterosklerosis terutama mengenai arteri utama sepanjang. percabangan arteri dalam berbagai derajat keparahannya, biasanya berbentuk bercak-bercak. Cabang arteri biasanya hanya terkena pada bagian bifurcation.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli

D.      MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan.
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan. Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
Tanda dan Gejala
a.       Klaudikasio intermiten
b.      Impotensi atau gangguan ereksi
c.       Nyeri istirahat (sewaktu malam)
d.      Denyut arteri kurang kuat, dinding arteri keras
e.       Bising jantung (murmur)
f.       Hipotrofia otot tungkai
g.      Ujung ekstremitas pucat, sianosis, dingin, kelainan trofik, hilang bulunya, atrofi kulit
h.      Nekrosis atau gangren

E.       STADIUM ATEROSKLEROSIS
Penyakit sumbatan arteri adalah gangguan aliran arteri yang kronik yang sering ditemukan dan biasanya memerulukan tindakan bedah. Penggolongannya didasarkan pada letak, luasnya sumbatan serta ukuran arteri. Beratnya insuffisiensi aliran darah diarteri ekstrimitas bawah dibedakan dalam stadium menurut fontaine.
Pada stadium I perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri. Pada stadium II perfusi ke otot intermiten yaitu nyeri pada otot ekstrimitas bawah yang timbul ketika berjalan yang memeaksakan berhenti berjalan. Nyeri hilang bila penderita istirahat. Gejala ini mengurangi penggunaan otot sehingga jarak tempuh dalam berjaln tidak dapat melebihi jarak tertentu. Pada stadium III perfusi sudah tidak memadai saat istirahat. Pada stadium IV telah terjadi iskemia yang mengakibatkan nekrosis, kelainan tropik kulit, atau gangguan penyembuhan lesi kulit.
Stadium
Tanda dan Gejala
I
II
III
IV
Asimptomatik atau gejala tidak khas (semutan, geringgingan)
Klaudikasio intermiten (sehingga jarak tempuh memendek)
Nyeri saat beristirahat
Manisfestasi kerusakan jaringan karena anoksia (sekresi, ulkus)
Stadium atherosclerosis menurut Fontaine

F.       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis. Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis. Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis:
a.      ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lenga
b.      Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena
c.      Skening ultrasonik Duplex
d.     CT scan di daerah yang terkena
e.      Arteriografi resonansi magnetik
f.       Arteriografi di daerah yang terkena
g.      IVUS (intravascular ultrasound)

G.      PENATALAKSANAAN MEDIS
a)      Penatalaksanaan Medik
Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah seperti kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, dan lovastatin. Untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah, dapat diberikan obat-obatan seperti aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan.
Sementara angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
b)      Penatalaksanaan Keperawatan
Mengajarkan tekhnik relaksasi (pernafasan dalam) dan distraksi untuk mengurangi rasa nyeri pada dada akibat terjadi sumbatan pada arteri koronaria. Menganjurkan untuk mengonsumsi makanan yang rendah kolesterol, tinggi protein dan makanan yang kaya akan serat.

ASUHAN KEPERAWATAN
A.      PENGKAJIAN
1.      Identitas  klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan daerah.
2.      Riwayat kesehatan
a)      Keluhan utama: penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b)      Riwayat penyakit sekarang: tanda dan gejala klinis aterosklerosis, gejala yang mudah diamati adalah nyeri dada yang hilang saat istirahat.
c)      Riwayat penyakit dahulu: untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya.  Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi pertimbangan dalam penanganan aterosklerosis. Adanya penyakit hipertensi, ataupun penyakit kardiovaskuler lain dapat dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya aterosklerosis. 
d)     Riwayat penyakit keluarga: adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
3.      Pola fungsi kesehatan
a)      Pola nutrisi-metabolik.
Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah (adanya peningkatan intra kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu, tenggorokan dan gangguan menelan.
b)      Pola eliminasi
Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi abdomen, tidak ada bising usus ( illeus paralitik ).
c)      Pola aktifitas-latihan
Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis atau hemiplegi, mudah lelah.
d)     Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan gangguan penglihatan.
e)      Pola sensorik
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya penglihatan atau kekaburan pandangan, gangguan penciuman atau perabaan atau sentuhan menurun terutama pada daerah luka dan ekstremitas, status mental, koma, ekstremitas lemah atau paralisis, tidak dapat menggenggam, paralisis wajah, tidak dapat bicara, berkomunikasi secara verbal, kehilangan pendengaran, penglihatan, sentuhan, refleks pupil, dan dilatasi.
f)       Pola kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang pernah dialami.Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan postur tubuh, menangis, penurunan kontak mata ,perubahan irama jantung, ECG (Elektokardiograf), tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
g)      Pola respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesukuler. Sputum jernih atau juga merah muda/pink tinged.
h)      Pola interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
i)        Pola pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
4.      Pemeriksaan fisik, fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
Pemeriksaan tanda-tanda vital TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan untuk mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh, gambaran dari tanda vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari peningkatan atau penurunan kondisi perfusi jaringan dan kegagalan jantung dalam berkontraksi.
a)      Keluhan atau adanya nyeri: Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa besar nyeri muncul, lokasi dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang muncul sehingga dapat diklasifikasikan daerah/area yang mengalami aterosklerosis. Adanya nyeri yang terkaji dapat menjadi patokan, didaerah mana kira-kira lokasi yang mengami penyumbatan dan setelah itu perlu di identifikasi kembali dengan beberapa pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan mempertegas kondisi pasien.
b)      Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting dilakukan karena adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan kelainan sirkulasi dalam sistem sistemik tubuh. Dengan asumsi penurunan kontraktilitas otot-otot jantung, maka denyut nadi akan menurun dan juga tekanan darah naik lama kelamaan akan menurun karena penurunan cardiac output. Oleh karena itu pengkajian terhadap tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan sebagai indikasi awal adanya kelainan sistemik tubuh.
c)      Pemantauan Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji sistem hemodinamik tubuh, karena adanya perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga akan  berkurang, demikian juga cairan dan keseimbangan cairan akan berpengaruh terhadap tekanan hemodinamik tubuh
d)     Pemantaun perubahan penampakan dan temperature kulit
1)      Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
2)      Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas tergantung dan merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri dimana pembuluh darah tidak mampu berkonstruksi.
3)      Sianosis
4)      Rambut hilang
5)      Kuku rapuh
6)      Kulit kering
7)      Atropi dan ulserasi
8)      Edema bilateral atau unilateral
5.      Pemeriksaan penunjang
a)      Pemeriksaan ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium, apalagi dalam kondisi istirahat. Adanya gambaran depresi S-T atau horizontal 1mm atau lebih diluar titik J, bersifat khas, walaupun tidak patognomonik iskemia kardium. Gambaran lain dari adanya kelainan ECG mencakup perubahan gelombang ST-T nonspesifik, kelambatan hantaran atrioventrikularis dan intraventrikel serta aritmia bersifat non spesifik untuk penyakit jantung koroner aterosklerotik.
b)      Laboratorium darah
Lipid darah (lemak) bahwa telah diketahui bahwa hiperlipidemia adalah suatu faktor penting dalam perkembangan aterosklerosis koronaria. Demikian juga peningkatan kadar gula darah yang diatas rata-rata, hal ini menunjukkan adanaya risk factor lain yang dapat menyebabkan aterosklerosis.
1)      Elektrolit: ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas, contoh: hipokalemia atau hiperkalemia.
2)      Sel darah Putih (SDP): leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak sehubungan dengan proses inflamasi.
3)      Kecepatan sedimentasi: apabila meningkat maka menunjukkan adanya inflamasi.
4)      Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis.
5)      Kolesterol atau trigeliserida serum: meningkat, menunjukkan arteriosclerosis.
c)      Pemeriksaan dengan Echokardiografi
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan echo-kardiografi, dari pemeriksaan ini dapta dilihat lokasi penyumbatan dan berapa besar tingkat aliran darah yang mengaliri koroner dan jantung, dan dilihat juga seberapa besar adanya penyumbatan aliran tersebut. Dari hasil echo yang dapat memotret dari 3 dimensi memungkinkan diagnosa dan tindakan yang akan dilakukan akan tepat sasaran.
d)     Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner dan biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
e)      Pemeriksaan Photo thorak
Hasil, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung didug gagal jantung koroner atau aneurisme ventrikuler. Pemeriksaan ini disamping untuk mengetahui seberapa besar adanya pembesaran jantung, juga untuk mengetahui dan mengidentifikasi gangguan sistem respirasi terutama paru. Dengan adanya photo thorak dapat diketahui secara dini adanya pneumonia atau infeksi lain sehingga faktor penyulit tersebut dapat dicegah dan ditangani dengan cepat.

B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bila mengenai jaringan perifer
a)      Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran.
b)      Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan.
c)      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
2.      Bila dilakukan pembedahan
a)      Pra pembedahan
1)      Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.
b)      Post pembedahan
1)      Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan atau saraf-saraf akibat luka operasi.
2)      Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka operasi (pembedahan)
3)      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi
3.      Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup
a)      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai sumber- sumber informasi

C.      INTERVENSI
1.      Bila mengenai jaringan perifer
a)      Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran.
Tujuan NOC:
1)     Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris
2)     Suhu ekstremitas hangat
3)     Tingkat sensasi normal
Intervensi NIC:
1)      Rendahkan ekstremitas
Rasional : untuk meningkatkan sirkulasi arteri dengan tepat.
2)      Tinggikan anggota badan lebih tinggi dari jantung
Rasional : untuk meningkatkan aliran darah balik vena
3)      Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif selama tirah baring
Rasional : untuk mencegah terjadinya perubahan integritas kulit.
4)      Pantau penggunaan alat yang panas atau dingin, seperti bantalan pansa, botol berisi air panas, dan kantung es.
Rasional : suhu yang terlalu ekstrim dapat
5)      Anjurkan pasien untuk tidak menyilangkan kaki
Rasional : pencegahan terhadap adanya statis vena
b)      Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan
Tujuan NOC:
1)      Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
2)      Pasien akan melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
3)      Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
4)      Pasien dapat mempertahankan tingkat nyeri
Intervensi NIC:
1)      Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien
2)      Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga
3)      Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan selama aktivitas yang menyakitkan
4)      Kolaborasi dalam pemberian analgesia
5)      Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
c)      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan NOC:
1)      Kulit utuh, warna normal
2)      Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi
Intervensi NIC:
1)      Lakukan penilaian sirkulasi perifer yang komprehensif (misalnya cek nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna kulit, dan suhu ekstremitas)
Rasional : untuk mengetahui adanya peningkatan sirkulasi arteri dan vena.
2)      Pantau kulit dari adanya perubahan integritas kulit.
Rasional : pencegahan, meminimalkan cedera, atau rasa tidak nyaman pada pasien.
3)      Hindari trauma kimia, mekanik atau panas yang melibatkan ekstremitas
2.      Bila dilakukan pembedahan
a)      Pra pembedahan
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.
Tujuan NOC:
1)      Tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
2)      Tidak ada gangguan persepsi sensori
3)      Pasien dapat mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat
Intervensi NIC:
1)      Kaji tingkat ansietas yang terjadi
2)      Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien dan keluarga
3)      Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
4)      Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang tenang.
5)      Diskusikan ketegangan dan harapan pasien
b)      Post pembedahan
1)      Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan atau saraf-saraf akibat luka operasi.
Tujuan NOC:
a.       Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
b.      Pasien mampu melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
c.       Pasien mampu menunjukkan tekhnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi NIC:
a.       Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien
b.      Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga
c.       Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan selama aktivitas yang menyakitkan
d.      Kolaborasi dalam pemberian analgesia
2)      Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka operasi (pembedahan)
Tujuan NOC:
a.       Terbebas dari tanda atau gejalainfeksi
b.      Pasien akan melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur dan pemantauan
Intervensi NIC:
a.       Pantau tanda dan gejala infeksi
b.      Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak terinfeksi
c.       Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang rawat luka dengan tekhnik sepsis dan asepsis
d.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotika
3)      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi
Tujuan NOC:
a.       Menunjukkan rutinitas perawatan kulit yang efektif
b.      Mengingesti makanan secara adekuat untuk meningkatkan integritas kulit
Intervensi NIC:
a.       Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit
b.      Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih
c.       Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen vitamin
d.      Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan kulit
3.      Bila dianjurkan memodifikasi gaya hidup
a)      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai sumber-sumber informasi.
Tujuan NOC:
1)      Berpartisipasi dalam proses belajar
2)      Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau prognosis dan aturan terapeutik
3)      Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
Intervensi NIC:
1)      Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu.
Rasional: membantu dalam membangun harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan saat ini
2)      Sarankan pasien menurunkan atau membatasi stimulasi lingkungan terutama selama kegiatan berfikir
Rasional: stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses berfikir
3)      Identifikasi faktor-faktor resiko secara individual (seperti hipertensi, kegemukan, merokok, aterosklerosis, menggunakan kontrasepsi oral)
Rasional: meningkatkan kesehatan secara umum dan mungkin menurunkan resiko kambuh.

D.      IMPLEMENTASI
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun / ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1.      Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2.      Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3.       Menyiapkan lingkungan terapeutik
4.      Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5.      Memberikan asuhan keperawatan langsung
6.      Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan. Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.

E.       EVALUASI
1.      Bila mengenai jaringan perifer
a)      Ketidakefektifan perfusi jaringan: suplai darah arteri ke ekstremitas meningkat (teraba hangat, warna kemerahan atau tidak pucat).
b)      Nyeri: pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan analgetik dengan baik.
c)      Risiko kerusakan integritas kulit: integritas kulit terjaga, tidak terjadi trauma dan iritasi kulit.
2.      Bila dilakukan pembedahan
a)      Pra pembedahan:
Ansietas: tanda dan gejala ansietas menurun.
b)      Post pembedahan:
1)      Nyeri akut: nyeri pasca bedah terkontrol.
2)      Risiko infeksi: infeksi luka operasi tidak terjadi.
3)      Risiko kerusakan integritas kulit: kulit tampak terawat baik, integritas kulit terjaga.
3.      Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup
a)      Kurang pengetahuan: pemahaman pasien meningkat, pasien menunjukkan mengikuti anjuran modifikasi gaya hidup dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Diana. 2013. Coronary Atherosclerosis. http://dhintea.blogspot.com/2013/09/coronary-atherosclerosis.html. Diakses tanggal

Fazha, Ira. 2011. Makalah Aterosklerosis Plus Askepnya. http://sitihadirah.blogspot.com/2011/04/makalah-aterosklerosis-plus-askepnya.html. Diakses tanggal
Rahayu, Rizky Destyowati Candra. 2012. Askep Aterosklerosis. http://kumpulan-askep3209.blogspot.com/2012/06/askep-aterosklerosis.html. Diakses tanggal

Ruhyanudin, Faqih. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Karidovaskuler. Malang: UMM Press

Sari, Ninda Nurmala. 2012. Aterosklerosis. http://kardiovaskularninda.blogspot.com/2012/02/aterosklerosis.html. Diakses tanggal

Wibowo, Angga. 2012. Asuhan Keperawatan Arteriosklerosis. http://anggahargustra.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-arteriosklerosis.html. Diakses tanggal

Wiwik. 2014. Laporan Pendahuluan Askep Arteriosklerosis. http://laporanpendahuluanaskep.blogspot.com/2014/09/laporan-pendahuluan-askep.html. Diakses tanggal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar