Rabu, 22 Oktober 2014

LAPORAN PENDAHULUAN ENDOKARDITIS



           A.    PENGERTIAN
Endokarditis merupakan infeksi pada endokardium (selaput jantung) dan katup jantung. Endokarditis dapat terjadi secara tiba-tiba dan dalam beberapa hari bisa berakibat fatal (endokarditis akut) atau bisa terjadi secara bertahap dan tersamar beberapa minggu sampai beberapa bulan (endokarditis sub akut). Bakteri penyebab endokarditis kadang-kadang cukup kuat untuk menginfeksi katup jantung yang normal (Ruhyanudin,2006)
Endokarditis merupakan peradangan pada katup dan permukaan endotel jantung. Endokarditis infeksi (endokarditis bakterial) adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas bilah katup (Arif Muttaqin,2009).
Endokarditis Infektif adalah infeksi pada endokardium (selaput jantung) dan katup jantung. Endokarditis infektif dapat terjadi secara tiba-tiba dan dalam beberapa hari bisa berakibat fatal (endokarditis infektif akut); atau bisa terjadi secara bertahap dan tersamar dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan (endokarditis infektif subakut).
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditis biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain.
Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katub yang telah mengalami kerusakan, tetapi juga pada endokar dan katub yang sehat, misalnya penyalahgunaan narkotik perintravena atau penyakit kronik. Perjalanan penyakit ini bisa; akut, sub akut, dan kronik, tergantung pada virulensi mikroorganisme dan daya tahan penderita. Infeksi subakut hampir selalu berakibat fatal, sedangkan hiperakut/akut secara klinis tidak pernah ada, karena penderita meninggal terlebih dahulu yang disebabkan karena sepsis. Endokarditis kronik hampir tidak dapat dibuat diagnosanya, karena gejalanya tidak khas.


           B.     KLASIFIKASI
Pengertian mengenai endokarditis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu endokarditis infektif dan endokarditis non infektif.
1.    Endokarditis infektif
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada endokardium jantung atau pada pembuluh darah besar. Penyakit ini ditandai oleh adanya vegetasi. Berdasarkan gambaran klinisnya, endokarditis infektif dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Endokarditis bakterial subakut, timbul dalam beberapa minggu atau bulan dan disebabkan oleh bakteri yang kurang ganas, seperti streptokokus viridans.
2) Endokarditis bakterial akut, timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, dengan tanda-tanda klinik yang lebih berat. Sering disebabkan oleh bakteri yang ganas seperti stafilokokus aureus.
2.    Endokarditis non infektif
Penyakit yang disebabkan oleh laktor trombosis yang disertai dengan vegetasi, Penyakit ini sering didapatkan pada penderita stadium akhir dari proses  keganasan. Berdasarkan jenis katup jantung yang terkena infeksi, endokarditis dibedakan juga menjadi dua yaitu: 1) Native valve endocarditis, yaitu infeksi pada  katup jantung alami. 2) Prosthetic Valve endocarditis, yaitu infeksi pada katup jantung buatan.
Gejala klinis endokarditis, sangat bervariasai dari yang ringan hingga yang terberat, yaitu Endokarditis Akut, dan Endokarditis Subakut,
a.       Endokarditis Akut biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan demam tinggi 38,9-40,9 Celsius, denyut jantung yang cepat, kelelahan dan kerusakan katup jantung yang cepat dan luas. Vegetasi endokardial (emboli) yang terlepas bisa berpindah dan menyebabkan infeksi tambahan di tempat lain Penimbunan nanah (abses) dapat terjadi di dasar katup jantung yang terinfeksi atau di tempat tersangkutnya emboli yang terinfeksi. Katup jantung bisa mengalami perforasi (perlubangan) dan dalam waktu beberapa hari bisa terjadi kebocoran besar. Beberapa penderita mengalami syok; ginjal dan organ lainnya berhenti berfungsi (sindroma sepsis). Infeksi arteri dapat memperlemah dinding pembuluh darah dan meyebabkan robeknya pembuluh darah. Robekan ini dapat berakibat fatal, terutama bila terjadi di otak atau dekat dengan jantung
b.      Endokarditis Sub Akut bisa menimbulkan gejala beberapa bulan sebelum katup jantung rusak atau sebelum terbentuknya emboli. Gejalanya berupa kelelahan, demam ringan 37,2-39,2 Celsius, penurunan berat badan, berkeringat dan anemia. Diduga suatu endokarditis jika seseorang mengalami demam tanpa sumber infeksi yang jelas, jika ditemukan murmur jantung yang baru atau jika murmur yang lama telah mengalami perubahan. Limpa bisa membesar, Pada kulit timbul binti-bintik yang sangat kecil, juga di bagian putih mata atau dibawah kuku jari tangan. Bintik-bintik ini merupakan perdarahan yang sangat kecil yang disebabkan oleh emboli kecil yang lepas dari katup jantung. Emboli yang lebih besar dapat menyebabkan nyeri perut, penyumbatan mendadak pada arteri lengan atau tungkai, serangan jantung atau (stroke).

   C.    ETIOLOGI
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas. Sebelum ditemuklan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh streptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi. Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida.
Faktor predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik, penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung, miokardiopati hipertrof obstruksi.
Endokarditi infeksi sering timbul pada penyakit jantung rematik dengan fibrilasi dan gagal jantung. Infeksi sering pada katub mitral dan katub aorta. Penyakit jantung bawaan yang terkena endokarditis adalah penyakit jantung bawaan tanpa ciyanosis, dengan deformitas katub dan tetralogi fallop. Bila ada kelainan organik pada jantung, maka sebagai faktor predisposisi endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat imunosupresif atau sitostatik, hemodialisis atau peritonial dialisis, serosis hepatis, diabetis militus, penyakit paru obstruktif menahun, penyakit ginjal, lupus eritematosus, penyakit gout, dan penyalahan narkotik intravena.
Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi dan mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan radang saluran pernapasan.

c  D.    MANIFESTASI KLINIS
Sering pasien tidak mengetahui dengan jelas sejak kaluhan penyakitnya timbul. Pada beberapa pasien, manifestasi penyakit menjadi jelas sesudah cabut gigi, infeksi saluran nafas atau tindakan lain. Keluhan umum yang sering diderita adalah demam, lemah, letih, lesu, keringat malam banyak, anoreksia, berat badan menurun dan sakit sendi. Bila terjadi emboli akan timbul keluhan seperti paralisis, sakit dada, sakit perut, hematuria, buta mendadak, sakit pada jari tangan, dan kaki dan sakit pada kulit.
            Berikut tanda dan gejala endokarditis:
a.       Peningkatan suhu berulang
b.      Menggigil dan diaforesis bergantian; dapat terjadi pada malam hari
c.       Malaise (sensasi ketidaknyamanan umum atau rasa gelisah, lesu atau tidak enak badan).
d.      Artralgia, yaitu nyeri pada satu atau lebih sendi.
e.       Tanda embolisasi
f.       Petechie, yaitu bintik-bintik merah akibat perdarahan didalam kulit.
g.      Konjungtiva anemis
h.      Palatum, mukosa mulut
i.        Anoreksia
j.        Penurunan berat badan
k.      Sakit kepala
l.        Splenomegalin (pembesaran limpa).
m.    Bunyi jantung : awal normal, lanjut murmur.

   E.     PATOFISIOLOGI
Kuman paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu juga melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit (melalui jarum suntik yang tidak steril). Pada saluran pencernaan bakteri dapat masuk melaui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri. Ketika terjadi luka pada mulut (misalnya sariawan, gigi yang berlubang) akan memudahkan bakteri masuk ke pembuluh darah, bakteri terbawa ke jantung sehingga menyebabkan kerusakan pada lapisan endokardium.
Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulakan vegetasi yang terdiri atas trombosis dan fibrin. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard, kuman yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi ruptur yang mengakibatkan terjadinya kebocoran katub.
Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur biasanya lebih besar, umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula. Tromboemboli yang terinfeksi dapat teranggkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung, anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli menyangkut di ginjal. akan meyebabkan infark ginjal, glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan menimbulkan rasa sakit dan nyeri tekan.

   F.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.  Laboratorium
Leukosit dengan jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit meningkat.
Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara mikroskopik. Yang penting adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah diambil tiap hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan dalam waktu agak lama (1 - 3 minggu) untuk mencari mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan bakteri harus dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum diberi antibiotik . Biakan yang positif uji resistansi terhadap antibiotik.
2.  Echocardiografi
Diperlukan untuk:
a)      Melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar ( > 5 mm).
b)      Melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif.
c)      Mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis ( prolap mitral, fibrosis, dan calcifikasi katub mitral ).
d)     d.Penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destrruktif   katub aorta dan merupakan indikasi untuk melakukan penggantian katub.
3.    Pemeriksaan rontgen, untuk  melihat adanya klasifikasi pada katub.
4.    Sinar X dada, dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi pulmonal.
5.    Kultur darah, dilakukan untuk mengisolasi bakteri, virus dan jamur penyebab.

   G.    PENATALAKSANAAN
Prinsip dasar dalam pengobatan endokarditis membasmi kuman penyebab secepat mungkin, tindakan operasi pada saat yang tepat bila diperlukan. Mengobati kompliikasi yang terjadi.
Sasaran pengobatan adalah eradikasi total organisme penyerang melalui dosis adekuat agen antimicrobial yang sesuai.
1.    Isolisasikan organisme penyebab melalui seri kultur darah. Kultur darah dilakukan untuk membantu perjalanan terapi.
2.    Setelah pemulihan dari proses infeksi, kerusakan katub serius mungkin membutuhkan pengganti katub.
3.    Suhu tubuh pasien dipantau untuk keefektifan pengobatan.
Penatalaksanaan medis umum:
a.       Tirah baring
b.      Farmakoterapi: antibiotic (vancomycyn, khususnya untuk streptokokus viridians).
c.       Penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotic intravena dosis tinggi selama minimal 2 minggu. Pemberian antibiotik saja tidak cukup pada infeksi katub buatan.

  H.    ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Pengkajian Primer:
a.    Airway
Yang perlu diperhatikan yaitu:
1)      Ada tidaknya sumbatan jalan napas
2)      Distress pernapasan
3)      Kemungkinan fraktur servikal
4)      Sumbatan jalan napas total:
a)      Pada pasien sadar : memegang leher, gelisah, sianosis.
b)      Pasien tidak sadar : tidak terdengar suara nafas dan sianosis.
b.   Breathing
      Yang perlu diperhatikan yaitu:
1)      Frekuensi napas
2)      Suara pernapasan
3)      Adanya udara keluar dari jalan napas
Cara pengkajian:
1)      Look : lihat pergerakan dada, irama, kedalaman, simetris atau tidak, dyspnea. Lihat juga apakah kesadaran menurun, gelisah, adanya jejeas diatas clavikula, serta adanya penggunaan otot tambahan.
2)      Listen : dengan atau tanpa stetoskop apakah ada suara tambahan.
3)      Feel
c.   Circulation
Yang perlu diperhatikan yaitu:
1)      Ada tidaknya denyut nadi karotis
2)      Ada tidaknya tanda-tanda syok
3)      Ada tidaknya perdarahan eksternal

Pengkajian sekunder, meliputi:
a.    Identitas klien
b.   Penanggung jawab
c.    Riwayat penyakit
d.   SAMPLE (Sign and Symptoms, Allergy, Medication, Past Medical History, Last meal, Event leading).
e.    Metode untuk pengkajian nyeri : PQRST
f.    Psikososial
g.   Pemeriksaan penunjang

2.  Diagnosa Keperawatan
a.       Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung akibat infeksi endokarditis.
b.      Ansietas b/d ancaman terhadap kematian mendadak, kurang pengetahuan tentang kondisinya.
c.       Gangguan pola tidur b/d menggigil (demem), berkeringat sebagai akibat dari infeksi.
d.      Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah b/d koping yang tidak efektif dalam mengatasi perubahan – perubahan gaya hidup.

3.  Rencana Keperawatan
a.      Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung akibat infeksi endokarditis.
Rencana tujuan : pasien mampu mendemonstrasikan daya tahan terhadap aktivitas
Rencana tindakan :
1.      Pantau toleransi terhadap aktivitas.
2.      Periksa denyut nadi sebelum dan sesudah aktivitas.
3.      Rencaakan aktivitas yang memungkinkan untuk periode istirahat.
4.      Kurangi aktivitas pasien.
5.      Bantu aktivitas sehari – hari sesuai keperluan .
6.      Anjurkan pasien untuk tirah baring.
Rasionalisasi :
1.      Ketahanan fisik dapat ditingkatkan ketika aktivitas yg dilakukan bertambah.
2.      Intervensi ini sebagai indikasi bahwa pasien mempunyai batas aktivitas max.
3.      Tirah baring mengurangi beban kerja jantung dengan mengurangi energi .yang dibutuhkan tubuh.

b.      Ansietas b/d ancaman terhadap kematian mendadak, kurang pengetahuan tentang kondisinya.
Rencana tujuan : Rasa cemas pasien berkurang dengan kriteria ekspresi wajah rileks, ps mengerti tentang kondisinya.
Rencana tindakan :
1.      Jelaskan kepada pasien tentang keadaanya.
2.      Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
3.      Alihkan perhatian pasien.
4.      Libatkan keluarga dalam keperawatan.
5.      Ciptakan lingkungan yang tenang.
6.      Konsulkan pada dokter jika pasien tetap cemas.
Rasionalisasi :
1.      Kecemasan menimbulkan suatu stres tambahan terhadap keadaan jantung.
2.      Keluarga adalah orang terdekat dari pasien yang mengerti benar tentang keadaan pasien sehingga keluarga mampu memberi dukungan mental kepada pasien.
c.       Gangguan pola tidur b/d menggigil (demem), berkeringat sebagai akibat dari infeksi.
Rencana Tujuan : Kebutuhan istirahat tidur pasien terpenuhi dengan kriteria pasien tidak menggigil dan keringat berkurang, suhu 36 - 37º C.
Rencana Tindakan :
1.      Observasi suhu tubuh.
2.      Ciptakan lingkungan yang nyaman (tempat tidur, pakaian).
3.      Anjurkan pasien untuk menggunakan selimut tipis.
4.      Lakanakan terapi dari dokter.
d.      Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah b/d koping yang tidak efektif dalam mengatasi perubahan – perubahan gaya hidup.
Rencana tujuan : Pasien mau melaksanakan perawatannya dirumah dengan kriteria pasien dapat menerima tanggung jawab untuk melakukan perawatan diri sendiri, pasien mau shering dengan petugas kesehatan, tentang perasaan dan masalah-masalah perubahan gaya hidupnya.

Rencana tindakan :
1.      Yakinkan pada pasien untuk segera menghubungi dokter jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2.      Jelaskan pada pasien bahwa perawatan sangat diperlukan .
3.      Anjurkan pasien untuk check up.
Rasionalisasi :
1.      Kesanggupan melakukan pengobatan bertambah setelah pasien memahami keterkaitan antara kondisi kesehatan dan penanganannya.
2.      Dengan check up untuk menghindari kemungkinan terinfeksi kembali.


DAFTAR PUSTAKA


Leatham, Aubrey.(2002).Kardiologi.Jakarta: Erlangga.
Muttaqin, Arif.(2009).Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi.Jakarta: Salemba Medika.
Ruhyanudin,Faqih.2006.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.Malang:UMM PRESS
Wilkinson,Judith.M.(2006).Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar