Sabtu, 27 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU

A.    LAPORAN PENDAHULUAN
1.      Definisi
Tumor paru adalah tumor gans pada paru, 95% tumor ganas ini bronkogenik karsinoma (Price and Wilsons, 1994)
Proses kanker paru berasal dari saluran napas sendiri yang mengalami degenerasi maligna:
a.       Sel-sel bronkus
b.      Sel-sel alveolus
c.       Sel-sel mucus
d.      Jaringan ikat diluar pernapasan
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru. Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru ( price, patofisiologi, 1995)

2.      Jenis kanker paru dan sifat-sifatnya
a.       Kanker paru epidermoid ( squamous cell lung cancer)
Adalah sel kanker mirip dengan sel epitel epitel saluran napas atas / permukaan epitel bronkus. Terletak sentral disekitar hilus menonjol ke dalam bronkus besar.
1)      Pertumbuhan paling lambat
2)      Penderita dapat bertahan hidup lebih dari satu tahun, kadang-kadang bisa sampai 2-3 tahun meninggal karena metastasis ataupun komplikasi
b.      Adenokarsinoma paru (adeno carcinoma of the lung)
Sel kanker mirip dengan kelenjar mkcus dalam paru. Memperlihatkan susunan seluler seperti bronkus dan dapat mengaandung mukus. Kebanyakan timbul di bagain perifer segmen bronkus kadang-kadang dikaitkan dengan jaringan parut lokal dan interstisial
1)      Pertumbuhannya termasuk sedang


c.       Kanker paru dengan sel berdiferensiasi rendah
Pertumbuhan cepat sekali. Pada karsinoma sel kecil sudah ada metastasis saat didiagnosis.
1)      Karsinoma sel kecil ( small cell lung cancer)
a)      Terletak di sekitar percabangan utama bronkus
b)      Timbul dari sel-sel kulchitsky, komponen dari epitetel bronkus
c)      Berbentuk sel kecil menyerupai biji oat (karsinoma sel oat)
d)     Waktu pembelahan tercepat dan prognosis terburuk
2)      Karsinoma sel besar ( large cell lung cancer)
a)      Adalah sel-sel ganas besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar
b)      Cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat, dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat jauh

3.      Etiologi
Timbul secara langsung paru (kanker paru primer). Dapat menimbulkan metastasis dibeberapa organ lain : otak, tulang, hati. Metastasis dari proses keganasan pada organ lain ( kanker paru sekunder), seperti:
a.       Kanker payudara
b.      Kanker serviks
c.       Kanker korpus uteri
d.      Kanker testis
e.       Kanker hati dan usus
f.       Kanker tulang
g.      Kanker kanker tiroid
Etiologi pasti belum diketahui. Ada faktor yang dianggap berpengaruh:
a.       Inhalasi jangka panjang bahan karsinogenik
1)      Asap rokok / merokok
Tak diragukan lagi merupakan factor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif. Telah ditenggakkan antara perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) dari aknker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai cenderung sepuluh kali lebih besar daari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaanya akan kembali ke pola resikobukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2)      Paparan industri : asbes, uranium, kromat, arsen (insektisida), besi dan oksida besi (iradiasi).
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal lebih dari 50% meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3)      Kanker paru akibat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematitie (paru-paru hemaatitie) dan orang-orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4)      Predisposisi hubungan keluarga / ras
5)      Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
6)      Diet / konsumsi bahan pengawet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. ( Ilmu Penyakit Dalam, 2001)
7)      Jaringan parut paru : TB paru, infark paru.
Thomson, Catatan Kuliah Patologi, 1997)




4.      Manifestasi klinis
Kanker paru primer dengan gejala tidak berbeda dengan TB paru, hanya saja:
a.       Kemunduran kondisi pasien berjalan cepat, misalnya batuk-batuk selama 1 bulan, berat badan turun > 5kg, nyeri dada/sesak napas
b.      Keadaan umum mundur secara cepat
c.       Tidak selalu dimulai dengan batuk, bisa dimulai dengan nyeri dada ataupun kemunduran keadaan umum, penurunan BB, dan sebagainya
d.      Salah satu cirri yng agak khas yaitu timbulnya nyeri dada maupun pada tempat-tempat metastase
e.       Nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura atau pneumonia
f.       Batuk darah merupakan gejala umum lainnya
g.      Stridor local atau dispnea ringan atau mungkin diakibatkan obstruksi bronkus
h.      Pembengkakan jari-jari
KARSINOMA IN SITU :
a.       Sama sekali belum ada metastasis atau pertumbuhan invasif
b.      Proses keganasan masih terbatas pada mukosa bronkus dan belum menembus membrane basalis
PANCOAT’S TUMOR
a.       Semua kanker paru berlokasi diawal aspeks yang disertai nyeri bahu ataupun lengan
b.      Diakibatkan oleh invasi proses maligna kejaringan sekitarnya, yaitu ; tulang iga, pleksus basalis, KGB
c.       Kadang-kadang disertai destruksi tulang-tulang setempat, atropi otot lengan, edema lengan, gangguan sensoris atau motoris.

5.      Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas
b.      Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru
c.       Kemoterapi kombinasi radiasi  dapat menyebabkan pneumonitis
d.      Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia
6.      Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat  berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

PATHWAY CA PARU


7.      Gambaran klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
a.       Lokal (tumor setempat)
1)      Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
2)      Hemoptisis
3)      Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
4)      Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
5)      Aelektasis
b.      Invasi local :
1)      Nyeri dada
2)      Dispnea karena efusi pleura
3)      Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
4)      Sindrom vena cava superior
5)      Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
6)      Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
7)      Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
c.       Gejala penyakit metastasis :
1)      Pada otak, tulang, hati, adrenal
2)      Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
3)      Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
4)      Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
5)      Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
6)      Hipertrofi : osteoartropati
7)      Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
8)      Neuromiopati
9)      Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
10)  Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
11)  Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
d.      Asimtomatik dengan kelainan radiologist :
1)      Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis
2)      Kelainan berupa nodul soliter

8.      Stadium
Tabel  Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint Committee on Cancer.
Gambarn TNM
Definisi
Tumor primer (T)

T0
Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx
Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi
TIS
Karsinoma in situ
T1
Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura viseralis yang normal.
T2
Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina.
T3
Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.
T4
Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura yang maligna.
Kelenjar limfe regional (N)

N0
Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional.
N1
Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.
N2
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina.
N3
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.
Metastasis jauh (M)

M0
Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1
Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti otak).
Kelompok stadium

Karsinoma tersembunyi         TxN0M0
Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis.
Stadium 0                               TISN0M0
Karsinoma in situ
Stadium I                               T1N0M0
                                  T2N0M0
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh
Stadium II                              T1N1M0
                                               T2N1M0
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti adanya metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral.
Stadium IIIa                           T3N0M0
                                                T3N0M0
Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.
Stadium IIIb                 Setiap T N3M0
                                      T4 setiap NM0
Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh.
Stadium IV          Setiap T, setiap N,M1
Setiap tumor dengan metastsis jauh.
Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

9.      Pemeriksaan diagnostik
a.       Radiologi.
1)      Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2)      Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
b.      Laboratorium.
1)      Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2)      Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3)      Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
c.    Histopatologi.
1)      Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2)      Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3)      Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4)      Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang  terlibat.
5)      Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d.      Pencitraan.
1)      CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2)      MR untuk menunjukkan keadaan mediastinum.



10.  Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a.       Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b.      Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.       Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d.      Suportif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
Penatalaksanaan pada kanker paru dapat dilakukan dengan :
a.       Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1)      Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2)      Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3)      Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4)      Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
5)      Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6)      Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
b.      Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut.
1)      klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan.
2)      klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami      pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
3)      klien kanker bronkus dengan oat cell.
4)      klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu. Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
a)      Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
b)      Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.
c.       Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru, terutama pada SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga diberikan bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat-obat berikut.
1)      Cyclophosphamide, Dexorubicin, Methrotexate, dan Procarbazine.
2)      Etoposide dan Cisplatin
3)      Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.
d.      Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin) biasa diberikan.
e.       Terapi Laser
f.       Torakosentesis dan Pleurodesis
1)   Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.
2)   Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis serta obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
3)   Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.

B.     KONSEP DASAR KEPERAWATAN
             1.      PENGKAJIAN
a.       Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan alamat klien.
b.      Riwayat kesehatan
1)      Riwayat kesehatan sekarang
a)      Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah
b)      Malaise
c)      Anorexia
d)     Badan makin kurus
e)      Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang makin luas
f)       Nyeri dada dapat bersifat okal atau pleuritik
2)      Riwayat kesehatan dahulu
a)      Terpapar asap rokok
b)      Industri asbes, uranium, kromat, arsen (insektisda), besi dan oksida besi
c)      Konsumsi bahan pengawet
3)      Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penderita kanker

c.   Data dasar pengkajian pasien
Pemeriksaan bermacam-macam, tergantung pada jumlah akumulasi cairan, kecepatan akumulasi dan fungsi paru sebelumnya.
1)      Aktifitas / istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea akibat aktivitas.
Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)
2)      Sirkulasi
Gejala : JVD ( obstruksi vena kava)
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi / disritmia
3)      Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat / potensi keganasan.
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
4)      Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi / jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
5)      Makanan / cairan
Gejala : penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut) edema wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena cava), edema wajah / periorbital (keidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
6)      Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat / tidak  dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7)      Pernafasan.
Gejala  : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industry. Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda  : Dispnea, meningkat dengan kerja, Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi), Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8)      Keamanan.
Tanda  : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma), Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9)      Seksualitas.
Tanda  : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar), Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10)  Penyuluhan.
Gejala  : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberculosis, Kegagalan untuk membaik.
d.   Pengkajian fisik
1)      Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung jari/dasar kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.
2)      Kepala dan leher
Peningkatan tekanan vena jugularis, deviasi trakea.
3)      Telinga
Biasanya tak ada kelainan
4)      Mata
Pucat pada konjungtiva sebagai akibat anemia atau gangguan nutrisi
5)      Muka, hidung, dan rongga mulut
a)      Pucat atau sianosis bibir / mukosa menandakan penurunan perfusi
b)      Ketidakmampuan menelan
c)      Suara serak
6)      Thoraks dan paru-paru
a)      Pernafasan takipnea (50/menit atau lebih pada saat istirahat)
b)      Nafas dangkal
c)      Penurunan otot aksesoris pernafasan
d)     Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa sputum
e)      Peningkatan fremitus, kreleks inspirasi atau ekspirasi
7)      System CV
a)      Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih pda sat istirahat)
b)      Bunyi gerakan pericardial (pericardial effusion)
8)      Abdomen
Bising usus meningkat / menurun
9)      System urogenital
Peningkatan frekuensi atau jumlah urine
10)  System reproduksi
Ginekomastia, amenorrhea, impotensi
11)  System limfatik
Pembesaran kelenjar limfe regional : leher, ketiak (metastase)
12)  System muskuluskeletal
a)      Penurunan kekuatan otot
b)      Jari-jari tubuh (clubbing fingers)
13)  System persrafan
Perubahan status mental / kesadaran : apatis, letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi, kesulitan berkonsentrasi
e.   Data psikologis
kegelisahan, pertanyaan yang diulang-ulang, perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi yang labil, marah, sedih.
f.   Pemeriksaan diagnostic
1)      Pemeriksaan non invasif
a.       Sinar X (PA dan lateral), tomografi dada : menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, efusi pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk atau vertebrata.
b.      Pemeriksaan sitologi (sputum, pleura, atau nodus limfe) ; dilakukan untuk mengkaji adanya tahap karsinoma
c.       Mediastinoskopi : digunakan untuk per tahapan karsinoma
d.      Scan radioisotope : dapat dilakukan pada paru, hati, otak, tulang dan organ lain untuk bukt metastasis
e.       Pemeriksaan fungsi paru dan GDA : dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi pasca operasi
2)      Pemeriksaan invasif
a.       Bronkoskopi dan biopsi dan penyikatan mukosa bronkus serta pengambilan bilasan bronkus yang kemudian diperiksa secara patologianatomik. Bronkoskopi serat optik: memungkinkan visualisasi, pencucian bagian dan pembersihan sitologi lesi (besarnya kasrinoma bronkogenik dapat dilihat)
b.      Biopsi transtorakal dengan bimbingan USG atau CT Scan
c.       Biopsi dapat dilakukan pada nodus skalen, odus limfe hilus, atau pleura untuk membuat diagnose
d.      Tes kulit, jumlah absolute limfosit: dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru)

                2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi
b.      Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas sekret, sekresi darah
c.       Nyeri akut berhubungan dengan invasi sel kanker
d.      Ketakutan / ansietas  berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman kematian



                3.      INTERVENSI KEPERAWATAN
a.       Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien menunjukkan perbaikan pertukaran gas. Kriteria hasil :
1)      Klien akan menunjukkan hasil GDA dalam rentang batas normal
2)      Kulit akan bebas dari gejala distress pernapasan
3)      Klien akan memperhatikan perbaikan status mental
Intervensi dan rasioanal :
1)      Catat frekuensi kedalaman pernapasan, kesukaran bernapas. Observasi penggunaan otot bantu pernapasan, napas bibir, perubahan kulit / membrane mukosa, misalnya pucat, sianosis.
Rasional : pernapasn meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensi awal terhadap kerusakan jaringan paru.
2)      Auskultasi paru
Rasional : konsolidasi dan berkurangnyaaliran udara pada sisi menunjukkan area paru yang terlibat
3)      Selidiki perubahan status mental / tingkat kesadaran
Rasional : dapat menunjukkan peningkatan hipoksia atau komplikasi seperti pergeseran mediastinal bila disertai dengan takipnea, takikardia, deviasi trakea
4)      Pertahankan kepatenan jalan napas dengan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat bantu pernapasan
Rasional : obstruksi jalan napas mempengaruhi ventilasi dan mengganggu pertukaran gas
5)      Ubah posisi dengan sering, tempatkan pasien dalam posisi duduk, dan atau berbaring
Rasional : memaksimalkan ekspansi paru dan drainase secret
6)      Dorong / bantu latihan napas dalam
Rasional : meningkatkan ventilasi dan oksigenasi maksimal dan mencegah atelektasis
7)      Kaji rspon klien terhadap aktivitas, dorong periode istirahat atau batsi aktivitas sesuai toleransi klien
Rasional : peningkatan konsumsi kebutuhan oksigen dan stress mengakibatkan peningkatan dispnea dan perubahan tanda vital
8)      Berikan oksigen tambahan dengan humidifikasi sesuai indikasi
Rasional : memaksimalkan sediaan oksigen
9)      Pantau AGD, oksimetri nadi. Catat kadar Hb
Rasional : penurunanPO2 tau peningkatan PCO2 daat menunjukkan kebutuhan untuk dukungan ventilasi. Kehilangan darah bermakna dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa oksigen

b.      Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas sekret, sekresi darah
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien menunjukkan kepatenan jalan napas. Kriteria hasil :
1)      Klien akan menunjukkan bunyi napas bersih, bebas kering / bunyi tambahan
2)      Klien akan melaporkan secret mudah dikeluarkan
Intervensi dan rasional :
1)      Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi napas dan adanya secret
Rasional : pernapasan bising, ronki dan mengi menunjukkan tertahannya sekret atau obstruksi jalan napas
2)      Bantu klien dan intruksikan untuk napas dalam dan batuk efektif dedngan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi
Rasional : posisi duduk memkungkinkan eksansi paru maksimal dan penekanan upaya batuk membantu untuk memobilisasi / membuang sekret
3)      Observasi jumlah dan karakter sputum
Rasional : adanya sputum yang kental, berdarah, purulen memerlukan pengobatan lebih lanjut
4)      Lakukan penghisapan bila batuk lemah atau ronki tidak hilang dengan upaya batuk. Hindari penghisapan ETT dan OTT yang dalam pada klien pneunomektomi bila mungkin
Rasional : penghisapan meningkatkan resiko hipoksia dan kerusakan mukosa. Penghisapan trakeal secara umum kontraindikasi pada klien pneunomektomiuntuk memnurunkan resiko rupture jahitan bronchial
5)      Dorong masukan cairan peroral (sedikitnya 2500ml/hari) dalam toleransi jantung
Rasional : hidrasi adekuat untuk meningkatkan pengeluaran secret
6)      Kaji nyeri / ketidaknyamanan dan lakukan latihan pernapasan
Rasional : mendorrong klien untuk bergerak, batuk lebih efektif, dan napas dalam untuk mencegah kegagalan pernafasan
7)      Gunakan oksigen humidifikasi / nebulixer ultrasonic. Berikan cairan tambahan secara IV sesuai indikasi
Rasional : mmberikan hidrasi maksimal membantu pengenceran sekret.
8)      Berian bronkodilator, ekspektoran, atau analgesic sesuai indikasi
Rasional : menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, meningkatkan upaya pengeluarn secret melalui pengenceran dan penurunan viskositas serta penghilangan ketidaknyamanan.

c.       Nyeri akut berhubungan dengan invasi sel kanker
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan skala nyeri klien berkurang. Kriteria hasil :
1)      Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
2)      Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
3)      Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi dan rasional :
1)      Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10.
Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic, meningkatkan control nyeri.
2)      Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional : Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi.
3)      Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
4)      Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
5)      Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.

d.      Ketakutan / ansietas  berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman kematian
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan cemas dapat berkurang atau hilang. Kriteria hasil :
1)      Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah
2)      Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat
3)      Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
Intervensi dan rasional :
1)      Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang diagnosa.
Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
2)      Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan.
Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan kanker dan pengobatannya.
3)      Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan.
Rasional : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.
4)      Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi.
5)      Libatkan pasien / orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa / pengobatan
Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tak berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa.
6)      Berikan kenyamanan fisik pasien.
Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik menetap.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Ca Paru. (dalam http://www.slideshare.net/septianraha/ca-paru?related=1) diakses pada tanggal 15 September 2014 pukul 18.10 WITA
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,             Edisi 6. Jakarta: EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan   Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC
Nugroho, Taufan. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta:Nuha Medika
Saferi Wijaya, Andra. 2013. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH keperawatan dewasa teori dan contoh konsep askep. Yogyakarta:Nuha Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth   Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
Nugraha, junior. 2012. Kanker Paru Lung Cancer Laporan. (dalam http://udarajunior.blogspot.com/2012/03/kanker-paru-lung-cancer-laporan.html). Diakses pada tanggal 15 September 2014 pukul 18.00 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar