BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status
kesehatan, di mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga
kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit.Upaya ini lebih menguntungkan bagi
individu karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan
kesejahteraan dan kesehatan.Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang
kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan
dalam berpakaian. Dalam upaya pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan keluarga
akan pentingnya kebersihan diri tersebut sangat diperlukan. Karena pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo,1997).
Hardywinoto (2005) mengatakan yang dimaksud dengan kelompok
lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas perawatan diri adalah: faktor yang
ditentukan oleh keadaan masa lalu, situasi lingkungan, lingkungan dimana kita
tinggal serta faktor-faktor pribadi (Steven et al,2002). Lansia perlu
mendapatkan perhatian dengan mengupayakan agar mereka tidak terlalu tergantung
kepada orang lain dan mampu mengurus diri sendiri (mandiri), menjaga kesehatan
diri, yang tentunya merupakan kewajiban dari keluarga dan lingkungannya
(Siburia,2002). Sejalan dengan kemunduran fisiknya lansia membutuhkan
pertolongan dari keluarga untuk memenuhi kebersihan diri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari askep?
2. Apa tujuan dari askep ?
3. Apa fungsi dari askep ?
4. Bagaimana tahap-tahap dari pembuatan
askep ?
5. Apa pengertian personal hygiene?
6. Apa tujuan dariPersonal Hygiene?
7. Apa saja jenis-jenis Personal Hygiene?
8. Apa saja factor yang mempengaruhi Personal Hygiene ?
9. Apa saja dampak dari Personal Hygiene ?
10. Bagaimana langkah-langkah askep Personal Hygiene ?
11. Apa saja SOP dalam pemenuhan Personal Hygiene ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari askep.
2. Untuk mengetahui tujuan dari askep.
3. Untuk mengetahui fungsi dari askep.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap pembuatan askep.
5. Untuk mengetahui pengertianpersonal hygiene.
6. Untuk mengetahui tujuanPersonal Hygiene.
7. Untuk mengetahu jenis-jenisPersonal
Hygiene.
8. Untuk mengetahui factor yang
mempengaruhi Personal Hygiene.
9. Untuk mengetahui dampak dari Personal Hygiene.
10. Untuk mengetahui cara pembuatan
askep Personal Hygiene.
11. Untuk mengetahui SOP dalam pemenuhan
kebutuhan Personal Hygiene.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Asuhan keperawatan
2.1 Definisi Askep
Asuhan
Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah Keperawatan sebagai
suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien.
Menurut Ali (1997) Proses
Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis
dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan pasien/klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis
Data dan Penentuan Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian
Tindakan Keperawatan (evaluasi).
Asuhan keperawatan diberikan dalam
upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut Abraham Maslow ada lima kebutuhan dasar
manusia yaitu:
- Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi
- Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
- Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
- Kebutuhan akan harga diri
- Kebutuhan aktualisasi diri
Berdasarkan
pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Asuhan Keperawatan merupakan
seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang
berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat
kesehatan yang optimal.
2.2
Tujuan Asuhan Keperawatan
Adapun tujuan dalam pemberian asuhan
keperawatan antara lain:
- Membantu individu untuk mandiri
- Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan
- Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatannya
- Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal
2.3
Fungsi Proses Keperawatan
Proses Keperawatan berfungsi sebagai
berikut:
- Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan .
- Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
- Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan.
2.4
Tahap-Tahap Proses Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian
adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien
baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup
tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan
Masalah kesehatan serta keperawatan.
a.
Pengumpulan data
Tujuan :
Diperoleh
data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga
dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut
yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya.Data tersebut harus akurat dan mudah
dianalisis.
Jenis
data antara lain:
- Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
- Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun
focus dalam pengumpulan data meliputi :
- Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
- Pola koping sebelumnya dan sekarang
- Fungsi status sebelumnya dan sekarang
- Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
- Resiko untuk masalah potensial
- Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa data
Analisa
data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah
analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan.Masalah
kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada
juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.Selanjutnya disusun Diagnosis Keperawatan sesuai dengan
prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.
Penting
mencakup kegawatan dan apabila
tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan Segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera
dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.
Prioritas
masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow,
yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan :
- Actual :Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
- Resiko:Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.
- Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
- Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
- Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3.
Rencana keperawatan
Semua
tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status
kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di
harapkan (Gordon,1994).
Merupakan
pedoman tertulis untuk perawatan klien.Rencana perawatan terorganisasi sehingga
setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang
diberikan.Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya.Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.
Rencana
asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam
laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan
klien jangka panjang(potter,1997)
4.
Implementasi keperawatan
Merupakan
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan
keperawatan adalah sebagai berikut :
- Tahap 1 : persiapan
Tahap awal
tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan.
- Tahap 2 : intervensi
Focus
tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan
dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
- Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan
tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5.
Evaluasi
Perencanaan
evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien
dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai
berikut:
- Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.
- Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil Evaluasi :
Terdapat 3 kemungkinan hasil
evaluasi yaitu :
1.
Tujuan tercapai,apabila pasien telah
menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2.
Tujuan tercapai sebagian,apabila
tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan
cara mengatasinya.
3.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien
tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak
sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
B. Personal Hygiene
3.1 Pengertian Personal Hygiene
Personal
hygiene berasal dari bahasaYunani
yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat.Kebersihanseseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihandan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Menurut
beberapa ahli :
a. Sjarifuddin
Personal
hygiene adalah kesehatan pada seseorang atau perseorangan.Sjarifudin.1979
(dalam Basyar.2005).
b. Efendy
Dalam
kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan halyang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihanakan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan
kebiasaan.Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan,sosial,
keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan. (dalam Astutiningsih, 2006)
c. Depkes
Perawatan
diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalammemenuhi kebutuhannya guna memepertahankan
kehidupannya,kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya,
kliendinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000).
d. Nurjannah
Defisit
perawatan diri adalah gangguankemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias,makan, toileting).
e. Poter & Perry
Menurut
Poter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatutindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisidimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (dalam Tarwoto dan Wartonah 2006 )
Jika
seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.Hal ini
terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele,
padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum.Karena itu hendaknya setiap orang selalu berusaha supayapersonal hygiennya
dipelihara dan ditingkatkan.Kebersihan dankerapian sangat penting dan
diperlukan agar seseorang disenangidan diterima dalam pergaulan, tetapi juga
karena kebersihan diperlukan agar seseorang dapat hidup secara sehat.
3.2 Tujuan
Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Tujuan
dari personal hygiene adalah (Tarwoto, 2004):
1. Meningkatkan
derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Mencegah
penyakit
5. Menciptakan
keindahan
6. Meningkatkan
rasa percaya diri
3.3 JenisPersonal Hygiene
3.3.1 Berdasarkan Waktu
pelaksanaan
Menurut Alimul (2006) personal hygiene
berdasarkan waktu pelaksanaannyadibagi menjadi empat yaitu:
a. Perawatan dini
hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada
waktubangun tidur, untuk melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal seperti
dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan pertolongan
seperti menawarkan bedpan atau urinal jika pasien tidak mampu ambulasi,
mempersiap kanpasien dalam melakukan sarapan atau makan pagi dengan melakukan
tindakan personal hygiene, seperti mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan
mulut,
b. Perawatan pagi
hari
merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan
sarapan atau makan pagi seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan
eliminasi (BAB / BAK), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit,
melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku, rambut, serta
merapikan tempat tidur pasien. Hal ini sering disebut sebagai perawatan pagi
yang lengkap.
c. Perawatan siang
hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan
setelahmelakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah
makan siangdimana pasien yang dirawat di rumah sakit seringkali menjalani
banyak tes diagnostik yang melelahkan atau prosedur di pagi hari. Berbagai
tindakan personal hygiene yang dapat
dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkanmulut, merapikan
tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungankesehatan pasien.
d. Perawatan
menjelang tidur
Merupakan personal hygiene yang dilakukanpada saat
menjelang tidur agar pasien relaks sehingga dapat tidur atau istirahat
dengantenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan
kebutuhaneliminasi (BAB / BAK), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut,
danmemijat daerah punggung.
3.3.2
Berdasarkan Tempat
a. Perawatan kulit
Kulit
merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau
trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi, sehingga
diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya.Kulit memiliki
3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan.Ketika pasien tidak mampu
atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan atau
mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan personal higiene. Seorang pasien yang tidak mampu bergerak bebas
karena penyakit akan beresiko terjadinya kerusakan kulit. Bagian badan yang
tergantung dan terpapar tekanan dari dasar permukaan tubuh (misalnya matrasi
gips tubuh atau lapisan linen yang berkerut), akan mengurangi sirkulasi pada
bagian tubuh yang terkena sehingga dapat menyebabkan dekubitus. Pelembab pada
permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri dan menyebabkan iritasi
lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat menyebabkan maserasi kulit.
Keringat, urine, material fekal berair, dan drainase luka dapat
mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan menyebabkan kerusakan kulit dan
infeksi. Pasien
yang menggunakan beberapa jenis alat eksternal pada kulit seperti gips, baju
pengikat, pembalut, balutan, dan jaket ortopedik dapat menimbulkan tekanan atau
friksi terhadap permukaan kulit sehinggga menyebabkan kerusakan kulit. Tujuan
perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan,
pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta
dapat berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit.
b. Mandi
Memandikan
pasien merupakan perawatan higienis total.
Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi ditempat
tidur yang lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total dan
memerlukan personal higiene total.
Keluasan mandi pasien dan metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada
kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat hygiene yang dibutuhkan.Pasien yang bergantung dalam
pemenuhan kebutuhanpersonal higiene,
terbaring ditempat tidur dan tidak mampu mencapai semua anggota badan dapat
memperoleh mandi sebagian di tempat tidur.Tujuan memandikan pasien di tempat
tidur adalah untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit
kotor, memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien.
Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh,
menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat
pasien merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat dimandikan setiap hari di
rumah sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi mungkin dibatasi sekali atau
dua kali seminggu sehingga tidak akan menambah kulit menjadi kering.
c. Hygiene mulut
Pasien immobilisasi terlalu lemah
untuk melakukan perawatan mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering
atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak.Masalah ini dapat meningkat
akibat penyakit atau medikasi yang digunakan pasien.Perawatan mulut harus
dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan
mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab
melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan
mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari partikel –
partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan
yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang
mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies,
gingivitis (radang gusi), dan sariawan.Hygiene mulut
yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan.
Tujuan perawatan hygiene mulut
pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta
untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya
tifus, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan
tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatanhygiene mulut dengan benar.
d. Perawatan mata, hidung, dan telinga
Perhatian
khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien
mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata
karena secara terus – menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu
mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak
terlalu memerlukan pembersihan.Namun, pasien dengan serumen yang terlalu banyak
telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri pasien atau dilakukan oeh perawat
dan keluarga. Hygiene telinga
mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul
pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi
sebagai indera penciuman, memantau temperature dan kelembapan udara yang
dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem
pernapasan.Pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan
perawat atau anggota keluarga untuk melakukan perawatan mata, hidung, dan
telinga. Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien akan memiliki
organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan
bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan
telinga sehari – hari.
e. Perawatan rambut
Penampilan
dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan
perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang
untuk memelihara perawatan rambut seharisehari.Menyikat, menyisir dan bersampo
adalah cara-cara dasar higienis perawatan
rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum,
perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan
penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik
rambut.Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi
serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat
diidentifikasi.Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat
memelihara perawatan rambut sehari – hari.Pasien immobilisasi rambutnya
cenderung terlihat kusut.
f. Perawatan kaki dan kuku
kaki dan
kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan
cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan
kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting
dalam mempertahankan personal
hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui
kuku.Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.
g. Perawatan genitalia
perawatan
genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang paling butuh
perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh
infeksi.Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk
melakukannya sendiri.Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan
genitalia, terutama pada pasien yang berlainan jenis kelamin.Tujuan perawatan
genitalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan
genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankanpersonal higiene.
3.4FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI
a. Citra tubuh
Penampilan
umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang tersebut.Citra tubuh
merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.Citra tubuh
ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene.
Jika seorang klien rapi sekali maka perawat mempertimbaagkan rincian kerapian
ketika merencanakan keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat
keputusan tentang bagaimana memberikan peraatan hygienis.Karena citra tubuh
klien dapat berubah akibat pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus
membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.
b. Praktik sosial.
Kelompok-kelompok
social wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene
pribadi.Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari
orang tua mereka.Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air
panas dan atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktok yang mempengaruhi
perawatan kebersihan.
c. Status sosio-ekonomi
sumber
daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang
digunakan. Perawat hrus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan
yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan kometik.Perawat juga
harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari
kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social klien.
d. Pengetahuan
Pengetahuan
tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik
hygiene.Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup.Klien juga
harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri.Seringkali, pembelajaran
tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan
hygiene.Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam
mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan
yang perlu.
e. KebudayaanKepercayaan
kebudayaan
klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar
kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula.
Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di Negara-negara eropa,
bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam
seminggu.
f. Pilihan pribadi
Setiap
klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi,
bercukur, dan melakukan perawatan rambut .klien memilih produk yang berbeda
(mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g. Kondisi fisik.
Orang yang
menderita penyakit tertentu (mis.Kanker tahap lanjut) atau menjalani operasi
sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene
pribadi.
h. Peran Keluarga
Keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku sehat
setiap anggotanya begitu juga status kesehatan dari setiap individu
mempengaruhi bagaimana fungsi unit keluarga dan kemampuan untuk mencapai
tujuan.Pada saat kepuasan keluarga terpenuhi tujuannya melalui fungsi yang
adekuat, anggota keluarga tersebut cenderung untuk merasa positif mengenai diri
mereka sendiri dan keluarga mereka (Potter dan Ferry, 2005).
3.5. Dampak yang Sering Ditimbulkan
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang
diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik.Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan
fisik pada kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan
dengan Personal Hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
C. Asuhan Keperawatan
4.1 ASKEP
PERSONAL HYGIENE
a) PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama
Jenis kelamin
Umur
Tempat tinggal
Status
2. Riwayat kesehatan
·
RKS
: lelah,badan bau,rambut kotor dan pemalas
·
RKD
: apakah pernah sebelumnya mengalami deficit perawatan diri, dan apa-apa saja
cara yang digunakan untuk mengatasi masalah ini.
·
RKK
: adakah keluarga mengalami deficit perawatan diri sebelumnya.
3. Keluhan utama : Penurunan kemampuan
dan motivasi merawat diri.
4. Pemeriksaan Fisik
Pada
pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu, mulai dari ekstermitas atas
sampai bawah:
·
Rambut
: Amati kondisi rambut (warna, tekstur, kualitas).
·
Kepala : Amati dengan seksama
kebersihan kulit kepala. Perhatikan adanya ketombe, kebotakan, atau tanda-tanda
kemerahan.
·
Mata : Amati adanya tanda-tanda
ikterus., konjungtiva pucat, secret pada kelopak mata, kemerahan dan
gatal-gatal pada kelopak mata.
·
Hidung : Amati kondisi kebersihan
hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-tanda pilek yang tak
kunjung sembuh, tanda-tanda alergi, atau perubahan pada daya penciuman.
·
Mulut : Amati kondisi mulut dan amati
kelembapanya. Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang gusi atau sariawan,
kekeringan atau pecah-pecah.
·
Gigi : Amati kondisi dan kebersihan
gigi. Perhatikan adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah,
tidak lengkap atau gigi palsu.
·
Telinga : Amati kondisi dan kebersihan
telinga. Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi,
atau perubahan pada daya pendengaran.
·
Kulit : Amati kondisi kulit (tekstur,
turgor, kelembapan) dan kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna kulit,
stria, kulit keriput, lesi, atau pruritus.Kuku tangan&kaki :Amati bentuk dan kebersihan kuku.
Perhatikan adanya kelainan atau luka.
·
Genetalia :Amati kondisi dan kebersihan
genetalia berikut area perineum. Perhatikan pola rambut pubis. Pada
laki-laki perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
b)DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatandiri yaitu:
·
Ketidakmampuan
mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
·
Ketidakmampuan
berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak
rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan
(wanita).
·
Ketidakmampuan
makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri
·
Ketidakmampuan
BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
·
Rambut
kotor, acak – acakan
·
Badan
dan pakaian kotor dan bau
·
Mulut
dan gigi bau.
·
Kulit
kusam dan kotor
·
Kuku
panjang dan tidak terawat.
c)
PERENCANAAN
Diagnosa keperawatan : penurunan
kemampuan dan motivasi merawat diri.
Tujuan
Umum : Klien dapat meningkatkan minat
dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan
Khusus
·
TUK
I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi : Dalam berinteraksi klien menunjukan
tanda-tanda percaya pada perawat:
a. Wajah cerah, tersenyum
b. Mau berkenalan
c. Ada kontak mata
d. Menerima kehadiran perawat
e. Bersedia menceritakan perasaannya
·
TUK
II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Kriteria evaluasi : Klien dapat menyebutkan kebersihan diri
pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk
kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat
diri.
·
TUK
III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Kriteria evaluasi : Klien berusaha
untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai
air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan
penampilan.
·
TUK
IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi : Setelah satu minggu klien dapat
melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran,
seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan
rapi.
·
TUK
V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi : Klien selalu tampak bersih dan rapi.
·
TUK
VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria evaluasi : Keluarga selalu mengingatkan hal–hal
yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk
membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan
membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
d)
PELAKSANAAN
·
TUK
I :
a. Berikan salam setiap
berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan
perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan
kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati
janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah
yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien
dengan empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar klien.
·
TUK
II :
a. Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien
pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti
bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3
dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri
dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti
kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif
setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara
kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali
sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting
kuku jika panjang.
·
TUK
III :
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri
kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti
baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk
memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan
untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan
kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk
mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian
ganti, handuk dan sandal.
·
TUK
IV : Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan
untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
·
TUK
V : Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
·
TUK
VI :
a. Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga
tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalammenjaga kebersihan
dan kemajuan yang telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk
memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telahdialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang
manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diriklien.
e. Anjurkan keluarga untuk
menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama keluarga cara
membantu klien dalam menjaga kebersihan diri
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
e)
EVALUASI
a. rambut : setelah dilakukan tindakan kulit rambut menjadi
bersih, bau rambut harum.
b. kulit : setelah dilakukan tindakan kulit menjadi lebih
halus dan tampak bersih.
c. kuku : setelah dilakukan tindakan kuku menjadi bersih dan
tidak berisi kotoran.
d. mulut dan gigi : setelah dilakukan tindakan bau mulut
berkurang.
e. genetalia : setelah dilakukan tindakan genetalia tampak
bersih dan tidak berbau.
D.
Standar Operasional Prosedure
5.1 PROSEDUR MENCUCI RAMBUT PASIEN (SHAMPOOING)
1) Pengertian
Mencuci Rambut adalah :
Suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien denagn
mencuci rambut dan kulit kepala pasien dengan mempergunakn shampoo.
2) Tujuan
Mencuci Rambut :
a.
Membersihkan
kulit kepala dan rambut
b.
Menghilangkan
bau dan memberikan rasa nyaman
3) Mencuci
Rambut Pasien dilakukan pada :
a. Pasien yang rambutnya kotor
b.
Pada
pasien yang akan menjalani operasi besar
c.
Setelah
dipasang kap kutu
4) Alat
dan bahanMencuci Rambut Pasien :
a. Handuk 2 buah
b. Talang
c. Peniti
d. Kain pel
e. Baskom berisi air hangat
f. Gayung
g. Shampoo dalam tempatnya
h. Sisir 2 buah
i.
Kain
kassa dan kapas
j.
Ember
kosong
k. Sarung tangan bersih
l.
Bengkok
berisi larutan desinfektan 2 – 3 %
m. Celemek untuk petugas
n. Alat pengering rambut
5) Procedur Pelaksanaan
1. Tahap
Pra Interaksi
a. Melakukan pengecekan program
terapi
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien
dengan benar
2. Tahap
Orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama
pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan dan
kesiapan klien
3. Tahap
Kerja
a.
Menjaga
privacy
b.
Mengenakan
sarung tangan dan celemek
c.
Mengganti
selimut klien dengan selimut mandi
d.
Mengatur
posisi tidur pasien dengan kepala dipinggir tempat tidur
e.
Memasang
handuk dibawah kepala
f.
Memasang
ember dialasi kain pel
g.
Memasang
talang dengan ujung berada didalam ember
h.
Menutup
dada dengan handuk sampai ke leher
i.
Menyisir
rambut
j. Menutup
lubang telinga dengan kapas dan mata dengan kain kassa/sapu tangan pasien
k. Menyiram
dengan air hangat, menggosok (memijit-mijit) kulit kepala dan rambut dengan
shampoo
l.
Membilas
rambut dengan air hangat sampai bersih
m. Melepas kapas penutup lubang telinga
dan kain kassa penutup mata
n. Mengangkat
talang, mengeringkan rambut dengan handuk, kemudian dengan pengering
o.
Menyisir
rambut
p.
Meletakkan
kepala pada bantal yang telah dialasi handuk kering
q.
Merapikan
pasien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur
2.
Tahap Terminasi
a.
Mengevaluasi
hasil tindakan
b.
Berpamitan
dengan pasien
c.
Membereskan
dan kembalikan alat ke tempat semula
d.
Mencuci
tangan
e.
Mencatat
kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
5.2 PROSEDUR MEMANDIKAN PASIEN
1) Pengertian
Memandikan Pasien di Tempat Tidur adalah :
Suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara
memandikannya di tempat tidur.
2) Tujuan
Memandikan Pasien di Tempat Tidur :
a.
Menjaga kebersihan tubuh, menghilangkan bau badan.
b.
Mengurangi infeksi akibat
kulit kotor.
c.
Memperlancar sistem peredaran darah, syaraf dan merelaksasikan
otot.
d.
Menambah kenyamanan pasien.
3) Memandikan
Pasien di Tempat Tidur dilakukan :
a. Pada pasien baru, terutama bila
kotor sekali dan keadaan umumnya memungkinkan.
b.
Pada pasien yang dirawat, sekurang-kurangnya dua kali sehari
dengan kondisinya.
4) Alat
dan bahan Memandikan Pasien Di Tempat Tidur :
ü Pakaian pengganti
ü Kain penutup
ü Handuk besar
ü Handuk kecil untuk mengeringkan
badan
ü Tempat untuk pakaian kotor
ü Sampiran
ü Sabun.
5) Persiapan pasien :
b.
Jika kondisi memungkinkan, libatkan pasien untuk melakukan
tindakan
c.
Dalam melakukan tindakan perawat harus memperhatikan keamanan
dirinya sendiri dengan memakai schort, handschoen ataupun masker.
6) Prosedur
kerja Memandikan Pasien Di Tempat Tidur
a.
Pintu, jendela atau gorden ditutup, gunakan sampiran bila perlu.
c.
Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat tidur. Bila masih
dibutuhkan, bantal digunakan seperlunya.
d. Perawat berdiri disisi kiri atau
kanan pasien.
e. Atur posisi pasien.
f. Lakukan tindakan memandikan pasien
yang diawali dengan membentangkan handuk di bawah kepala, kemudian bersihkan
muka, telinga, dan leher dengan waslap. Keringkan dengan handuk.
g.
Kain penutup diturukan, kedua tangan pasien diangkat dan
pindahkan handuk di atas dada pasien, lalu bentangkan. Kemudian kembalikan
kedua tangan ke posisi awal diatas handuk, lalu basahi kedua tangan dengan air
bersih. Keringkan dengan handuk.
h.
Kedua tangan diangkat, handuk dipindahkan di sisi pasien,
bersihkan daerah dada dan perut, lalu keringkan dengan handuk
i.
Miringkan pasien ke kiri, handuk dibentangkan kebawah punggung
sampai glutea dan basahi punggung hingga glutea, lalu keringkan dengan handuk.
Selanjutnya miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal yang sama. Kemudian
kembalikan pasien pada posisi terlentang dan pasangkan pakaian dengan rapi.
j.
Letakkan handuk di bawah lutut lalu bersihkan kaki. Kaki yang
paling jauh didahulukan dan keringkan dengan handuk..
k.
Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut
dibuka, lalu bersihkan daerah lipatan paha dan genitalia.
l.
Setelah selesai, pasang kembali pakaian dengan rapi.
m.
Alat dibereskan, lingkungan
diatur kembali.
n.
Cuci tangan.
5.3 PROSEDUR MEMOTONG KUKU PASIEN
Merawat
Kuku merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu
merawat kuku secara mandiri.
1) Tujuan
Menjaga kebersihan kuku dan
mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat kuku yang panjang
2) Alat dan Bahan
ü Alat pemotong kuku
ü Handuk
ü Baskom berisi air hangat
ü Bengkok
ü Sabun
ü Kapas
ü Sikat kuku
3) Prosedur Kerja
a)
Jelaskan
prosedur pada klien
b)
Cuci
tangan
c)
Atur
posisi pasien (Manusia coba) duduk atau tidur
d)
Tentukan
kuku yang akan di potong
e)
Rendam
kuku dalam air hangat +-2 menit dan sikat dengan air sabun bila kotor
f)
Keringkan
tangan dan kaki dengan handuk
g)
Letakkan
tangan di atas bengkok dan lakukan pemotongan kuku
h)
Cuci
tangan setelah prosedur dilakukan
5.4 PROSEDUR VULVA HYGIENE
Pengertian :Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga kebersihannya.
Tujuan
:
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva,
perineum maupun uterus
2. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
3. Untuk kebersihan perineum dan vulva
4. Memberikan rasa nyaman pasien
Kebijakan
:Dilakukan pada ibu setelah
melahirkan
Peralatan
:
1. Kapas savlon
2. Handuk besar: 2 buah
3.Botol cebok
4. Pispot
5. Bengkok
6. Salep / Betadine
Prosedur
Pelaksanaan :
Tahap
Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program
pengobatan klien
2. Mencuci
tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap
Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan
sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan
klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap
Kerja
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal
recumbent
4. Memasang alas dan perlak dibawah
pantat
5. Pakaian dalam dilepas bersamaan
dengan pemasangan pispot
6. Pasien disuruh BAK/BAB
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Memakai sarung tangan kanan,
kemudian mengambil kapas basah. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk
kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia
mayora kiri, labia mayora kanan, labia minora kiri, labia minora kanan,
vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan kapas basah (1 kapas, 1
kali usap)
13. Perhatikan keadaan perineum. Bila
ada jahitan, perhatikan apakah lepas/longgar, bengkak/iritasi. Membersihkan
luka jahitan dengan kapas basah
14. Menutup luka dengan kassa yang telah
diolesi salep/betadine
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Mengambil alas, perlak dan bengkok
17. Merapikan pasien, mengambil selimut
mandi dan memakaikan selimut pasien
Tahap
Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang
baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke
tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
5.5 PROSEDUR SIKAT GIGI
1) Tujuan
a.
Membersihan
gigi dari kotoran sisa makanan dan menciptakan kesegaran bau mulut klien
b.
Mencegah
terjadinya infeksi mikroorganisme pada gigi dan mulut klien, seperti
stomatitis, dan karies gigi
c.
Supaya
mulut dan gigi tetap sehat, bersih, dan tidak berbau.
d.
Memberikan
perasaan yang nyaman dan segar pada klien setelah menggosok gigi
2) Sasaran
Pasien yang kemampuannya terbatas untuk menyikat gigi
3) Peralatan
dan Bahan
ü Pengalas (perlak kecil) 1 buah
ukuran 50cm x 30cm
ü Handuk untuk alas 1 buah ukuran 50cm
x 30cm
ü Sikat gigi untuk dewasa 1 buah
ü Pasta gigi 1 buah
ü Gelas kumur 2 buah@ berisi air masak
200 cc
ü Tissue gulung 1 buah
ü Alat penghisap (sedotan) 1 buah
ü Baki 1 buah
ü Ember kecil 1 buah
ü Alat peraga (model gigi) 1 buah
ü Bengkok 1 buah
ü Sarung tangan bersih 1 pasang
ü Tempat sampah medis 1 buah
4) Prosedur
Pelaksanaan
1.
Memeriksa
kelengkapan alat yang akan digunakan.
2.
Menyapa
klien
3.
Menjelaskan
prosedur pada klien
4.
Mengatur
posisi klien
5.
Mencuci
tangan
6.
Memasang
sarung tangan
7.
Meletakkan
handuk di bawah dagu klien
8.
Meletakan
ember kecil dibawah dagu klien agar air bekas kumur dapat
tertampung.
9.
Menjelaskan
cara kumur kepada klien.
10. Memperagakan cara berkumur klien
11. Menanyakan kepada klien apakah
penjelasan tersebut sudah dapat dipahami atau belum
12. Memberikan air untuk kumur - kumur
kepada klien
13. Mengambil sikat gigi dari tempatnya.
14. Menjelaskan cara menyikat gigi
15. Memperagakan cara menyikat gigi
16. Menanyakan dengan sopan kepada klien
apakah penjelasan tersebut sudah dapat dipahami atau belum
17. Meminta klien untuk melakukan simulasi/peragaan
menyikat gigi
18. Memberikan contoh ulang tentang
menyikat gigi apabila peragaan yg dilakukan klien belum benar
19. Membasahi sikat gigi dengan
menggunakan air
20. Mengoleskan pasta pada sikat gigi
21. Memberikan sikat gigi kepada klien
22. Meminta klien untuk memulai menyikat
gigi
23. Mengamati dan melakukan koreksi
apabila ada kekeliruan dalm proses mnyikat gigi
24. Memberikan kesempatan kepada klien
untuk menyikat giginya sampai bersih,
25. Memberikan air kumur pada klien
26. Meminta klien untuk melakukan kumur
27. Meminta klien mengeluarkan air kumur
ke dalam ember kecil
28. Menampung air kumur pada ember kecil
dan membuang air kumur ke sampah medis
29. Mengeringkan mulut dan bibir klien
30. Mengangkat handuk
31. Mengembalikan posisi klien pada
posisi sebelum sikat gigi
32. Mengucapkan terima kasih
33. Membersihkan sikat gigi
34. Memasukan sikat gigi ketempat semula
35. Mengangkat gelas dan ember kecil dan
diletakan diatas baki
36. Membereskan peralatan sikat
gigi,bersihkan,dan kembalikan ketempatnya
37. Melepas sarung tangan lalu masukan
kedalam bengkok kosong
38. Mencuci tangan
39. Mendokumentasikan tindakan
BAB III
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dalam
kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan
kebiasaan.Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial,
keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan.
Memenuhi kebutuhan kebersihan diri
pada lansia adalah suatu tindakan perawatan sehari – hari yang harus diberikan
kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungna dengan kebershan perorangan
(Personal Hygiene), yaitu antara lain kebersihan mulut dan gigi, kebersihan
kulit dan badan, kebersihan kepala, rambut dan kuku, serta kebersihan tempat
tidur dan posisi tidur.
6.2 Saran
Bagi
Perawat
Saran untuk Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada
pasien harus memperhatikan personal hygiene klien.
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa yang sedang praktek, gunakan kesempatan ini sebaik
mungkin untuk serius ingin mengetahui sisi baik, buruk dari segi sosial dan
juga dari segi pendidikan keperawatan hingga lebih berpengalaman dalam bidang
keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar