KONSEP BUDAYA,
ANTROPOLOGI, DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
Oleh :
KELOMPOK VIII Tk. 1.1
1.
Ni Made Cintia Pratiwi (P07120013036)
2.
Ni Wayan Karina Sukarma
Putri (P07120013037)
3.
Rossalina Dewi (P07120013038)
4.
Komang Tri Cahyani (P07120013039)
5.
Ni Wayan Pebriyanti (P07120013040)
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2013
KONSEP
BUDAYA, ANTROPOLOGI, DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
Pengertian
Transkultural
Transkultural
adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi
perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan
transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku
individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya. Pelayanan keperawatan transkultural diberikan kepada klien
sesuai dengan latar belakang budayanya.
Tujuan
Keperawatan Transkultural
Tujuan
penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai
norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa.
Sedangkan kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan
dilakukan hampir oleh semua kultur seperti budaya berolahraga membuat badan
sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat (Leininger, 1978).
Dalam
melaksanakan prakti kkeperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu memahami
landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya.Budaya yang
telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural,
melalui 3 strategi utama intervensi, yaitu mempertahankan, bernegosiasi dan
merestrukturisasi budaya.
Konsep
Budaya Keperawatan Transkultural
Budaya
merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai
manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan
proses internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan
karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan
mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing
approach)
Budaya
mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu, penting
bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). Misalnya
kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan,
pergaulan sosial, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan,
hubungan kekeluargaaan, peranan masing-masing orang menurut umur. Kultur juga
terbagi dalam sub-kultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang
tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau
member makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan
kebiasaan cultural.
Nilai-nilai
budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari
dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan kesehatan
pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur
masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam
tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur terhadap
pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative
baru; ia berfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya
tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya. Leininger ( 1991 )
mengatakan bahwa transkultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya
yang berbeda ras, yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien). Perawatan transkultural adalah berkaitan
dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat
(tradisional). Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang
berkaitan dengan kesehatan.
Menurut
Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan
dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai
budaya (kultur), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul
persamaan-persamaan. Lininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola
praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin
sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
Sistem
pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana,
pengetahuan tradisional. Dalam masyarakat tradisional, sistem pengobatan
tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang
sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan
asli (tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku
mengenai sebab akibat.
Antropologi Keperawatan Transkultural
Istilah
antropologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu anthropos berarti
manusia dan logos berarti kta atau kajian. Jadi antropologi
adalah kajian tentang manusia dan masyarakat, baik yang masih hidup ataupun
yang sudah mati yang sedang berkembang atau pun yang sudah punah.antropologi
memiliki minat yang luas, lebih luas dan terpecah-pecah di bandigkan dengan
disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya (Kelly 1988).
Menurut
asal kata anthropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos)
yang berarti "manusia"
atau "orang", dan logosyang berarti "wacana" (dalam pengertian
"bernalar", "berakal"). Anthropologi mempelajari manusia
sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
A. Koentjaraningrat :
Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna,
bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang
dihasilkan.
B. William A. Havilland: Antropologi adalah studi
tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
C. David Hunter: anthropologi adalah ilmu
yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
D. Solita Sarwono: Antropologi kesehatan adalah studi tentang
pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit
dan kesehatan.
E. Menurut Weaver : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari
antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan
dan penyakit.
F. Menurut Hasan dan Prasad : Antropologi Kesehatan adalah
cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan
kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk
memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum
kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan
masalahmasalah kesehatan manusia.
G. Menurut Hochstrasser : Antropologi Kesehatan adalah pemahaman
biobudaya manusia dan karyakaryanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan
pengobatan.
H. Menurut Lieban : Antropologi Kesehatan adalah studi tentang
fenomena medis
I. Menurut Fabrega : Antropologi Kesehatan adalah studi yang
menjelaskan:
·
Berbagai
faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara dimana
individu-individu dan kelompok-kelompok
terkena oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit. Mempelajari
masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167)
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi adalah: Ilmu yang mempelajari
tentang manusia baik deri segi kebudayaan, peran, tingkahlaku, aspek biologi
dan kesehatan.
Kita mengenal tiga cabang besar antropologi, yang
setiap cabang berkembang sendiri seolah menjadi di siplin tersendiri,
yakni:antropologi biologi, antropologi arkeologi, dan antropologi sosial
budaya.
Antropologi biologi “mempelajari
manusia sebagai makhluk biologi, anatomi, dan susunan genetik,yang seluruhnya
berfungsi untuk menjelaskan proses evolusi manusia, yakni rangkaian tahap demi
tahap perkembangan manusia hingga bentuknya yang sekarang” (Kelly 1988). Selain
antropologi biologi, antropologi arkeologi juga memusatkan perhatian proses
evolusi, pembentukan manusia, khususnya evolusi masyarakat dan kebudayaan.
Antropolog arkeolog membangun hipotesa-hipotesa tentang asal-usul suatu
masyarakat kuno berdasarkan artefak dan fosil yang di temukan di situs-situs
penggalian (Kelly 1988). Sebagian antropolog-biologi dan antropolog-arkeologi
melakukan penelitian dan teori tentang penyakit-penyakit yang berkembang pada
masa lampau, ribuan tahun yang lalu, yang mungkin memusnahkan populasi manusia
tertentu. Atau mereka berteori tentang pembentukan dan persebaran ras di
permukaan bumi.
Cabang
ketiga adalah antropologi social budaya yang menjadi sasaran pehatian kita
dalam buku ini. Antropologi sosial budaya “mempelajari pengetahuan, gagasan,
keyakinan, nilai-nilai warga suatu masyarakat dan menjadikannya sebagai pedoman
bagi mewujudkannya perilaku sosial dalam menghadapi kehidupan,” (kelly 1988).
Lapangan perhatian ini jelas menunjukan bagaimana antropologi sosial-budaya
memandang kesehatan. Kesehatan dilihat sebagai kebudayaan yang di definisnya
sudah kita bicarakan pada bagian terdahulu. Antropologi kesehatan adalah ilmu
yang mempelajari aspek biologi dan kebudayan manusia untuk mengetahui sejarah
pengobatan, sistem pengobatan, masalah-masalah sosial, dalam pengobatan, dan
masalah kesehatan masyarakat. Ruang lingkup antropologi kesehatan adalah
ekologi dan epidimiologi penyakit, etnomedis, sistem sosial dan sistem medis,
dan sistem medis dan perubahan kebudayaan.
Antropologi
merupakan suatu disiplin yang hidup dan terus berkembang, yang merangsang
intelektual yang sekaligus memberikan informasi pada pengembangan
organisasi-organisasi, pembangunan dan para pembuat kebijakan seluruh dunia.
Praktek antropologi dimulai sejak manusia mulai berpikir tentang
masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka dan secara sadar memutuskan untuk
membandingkan diri mereka dengan masyarakat-masyarakat lain yang melakukan
kontak dengan mereka. Berikut beberapa manfaat dari antropologi :
1.
Antropologi sangat dibutuhkan dalam merancang
sistem pelayanan kesehatan modern yang bisa diterima masyarakat tradisional
2.
Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan
Masyarakat
3.
Penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan
sakit
4.
Memberikan masukan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk menunjang pembangunan kesehatan, mendukung perumusan kebijakan
masalah kesehatan, dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan
melalui pendekatan kebudayaan
5.
Memberikan suatu cara untuk memandang
masyarakat secara keseluruhan termasuk individualnya. Dimana cara pandang yang
tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu
pada akar kepribadian masyarakat yang membangun.
6.
Memberikan suatu model yang secara
operasional berguna untuk menguraikan proses social budaya bidang kesehatan.
7.
Sumbangan terhadap metode penelitian dan
hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun
membantu analisis dan interprestasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di
masyarakat
Dari beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat ilmu antropologi
bagi dunia kesehatan adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi
baik petugas kesehatan dengan pasien, atau dengan keluarga pasien dan dengan
sesama profesi kesehatan dengan memperhatikan aspek tingkah laku, kebudayaan
dan sifat masing-masing individu, keluarga dan masyarakat
Paradigma
Keperawatan Transkultural
Paradigma keperawatan transkultural
adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-konsep dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap konsep sentral, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan.
A. Manusia
Manusia
adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nolai dan norma-norma yang
diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan. Menurut
leininger (1984), manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya setiap saat dan dimana saja dia berada.
Klien
yang dirawat di rumah sakit harus belajar budaya baru ,yaitu budaya rumah sakit,
selain membawa budayanya sendiri.Klien secara aktif memilih budaya dari
lingkungan, termasuk dari perawat dan semua pengunjung di rumah sakit.klien
yang sedang dirawat belajar agar cepat pulih dan segera pulang ke rumah untuk
memulai aktivitas hidup yang lebih sehat.
B. Kesehatan
Kesehatan
adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalm mengisi kehidupanya, yang
terletak pada rentang sehat sakit (Leininger , 1978).Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilaI, pola kegiatan yang dalam konteks budaya digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang atau sehat, yang dapat diamati dalam
aktivitas sehari-hari (Andrew & Boyle, 1995). Kesehatan menjadi fokus dalam
interaksi antara perawat dan klien.
Menurut
Depkes (1999), sehat adalah keadaan yang memungkinkan seorang produktif. Klien
yang sehat adalah yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan produktif. Produktif
bermakna dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidup secara optimal. Klien
memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan diri sebaik mungkin di
tempat ia berada.
Klien
dan perawat mempunyai tujuan yang sama ,yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Leininger, 1978). Asuhan
keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien memilih
secara aktif budaya yang sesuai dengan status kesehatannya. Untuk memilih
secara aktif budaya yang sesuai dengan status kesehatannya, klien harus
mempelajari lingkunganya. Sehat yang akan dicapai adalah kesehatan yang
holistik dan humanistik karena melibatkan peran serta klien yang lebih dominan.
C. Lingkungan
Lingkungan
adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan ,keyakina,dan
perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehiduapan klien
dan budayanya.Ada tiga bentuk lingkungan yaitu lingkungan fisik ,sosial, dan
simbolik (Andrew & Boyle, 1995). Ketiga bentuk lingkungan tersebut
berinteraksi dengan diri manusia membentuk budaya tertentu.
Lingkungan
fisik adalah lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan oleh manusia, seperti
daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim tropis (Andrew &
Boyle, 1995). Lingkungan fisik dapat membentuk budaya tertentu, misalnya bentuk
rumah di daerah panas yang mempunyai banyak lubang, berbeda dengan bentuk rumah
orang Eskimo yang hampir tertutup rapat (Andrew & Boyle, 1995). Daerah
pedesaan atau perkotaan dapat menimbulkan pola penyakit tertentu, seperti
infeksi saluran pernafasan akut pada balita di Indonesia lebih tinggi di daerah
perkotaan (Depkes, 1999). Bring (1984 dalam Kozier & Erb, 1995) menyatakan
bahwa respon klien terhadap lingkungan baru, misalnya rumah sakit dipengaruhi
oleh nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini klien.
D. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu
dan kiat yang diberikan kepada klien dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan
proses untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari
sakit (Andrew & Boyle, 1995). Asuhan
keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan ditujukan memandirikan sesuai dengan budaya klien. Asuhan
keperawatan diberikan sesuai dengan karakteristik ruang lingkup keperawatan,
dikelola secara profesional dalam konteks budaya klien dan kebutuhan asuhan
keperawatan Strategi yang digunakan
dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau mempertahankan budaya, mengakomodasi
atau menegosiasi budaya dan mengubah atau mengganti budaya klien (Leininger, 1984).
a. Cara
1 : Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya berolah raga setiap pagi.
b. Cara
2 : Negosiasi budaya yaitu intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien yang sedang
hamil mempunyai pantangan makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti
dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Cara
3 : Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatannya. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Seluruh perencanaan dan implementasi
keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang
sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut.
Sangat membantu, terima kasih banyak.
BalasHapus