Rabu, 30 Juli 2014

Konsep Budaya, Antropologi, dan Paradigma Keperawatan Transkultural



KONSEP BUDAYA, ANTROPOLOGI, DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL


Oleh :
KELOMPOK VIII Tk. 1.1
1.      Ni Made Cintia Pratiwi                             (P07120013036)
2.      Ni Wayan Karina Sukarma Putri              (P07120013037)
3.      Rossalina Dewi                                         (P07120013038)
4.      Komang Tri Cahyani                                 (P07120013039)
5.      Ni Wayan Pebriyanti                                 (P07120013040)





POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN DENPASAR
2013


KONSEP BUDAYA, ANTROPOLOGI, DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Pengertian Transkultural
Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Pelayanan keperawatan transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.

Tujuan Keperawatan Transkultural
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan hampir oleh semua kultur seperti budaya berolahraga membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat (Leininger, 1978).
Dalam melaksanakan prakti kkeperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu memahami landasan teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya.Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural, melalui 3 strategi utama intervensi, yaitu mempertahankan, bernegosiasi dan merestrukturisasi budaya.

Konsep Budaya Keperawatan Transkultural
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing approach)
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu, penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). Misalnya kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan sosial, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan, peranan masing-masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub-kultur. Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai-nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru; ia berfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya. Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transkultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda ras, yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien). Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya (kultur), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan-persamaan. Lininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana, pengetahuan tradisional. Dalam masyarakat tradisional, sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli (tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. 

Antropologi Keperawatan Transkultural
Istilah antropologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu anthropos berarti manusia dan logos berarti kta atau kajian. Jadi antropologi adalah kajian tentang manusia dan masyarakat, baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati yang sedang berkembang atau pun yang sudah punah.antropologi memiliki minat yang luas, lebih luas dan terpecah-pecah di bandigkan dengan disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya (Kelly 1988).
Menurut asal kata anthropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logosyang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Anthropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
A.    Koentjaraningrat : Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
B.     William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
C.     David Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
D.    Solita Sarwono: Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan.
E.     Menurut Weaver : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan   yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.
F.      Menurut Hasan dan Prasad : Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalahmasalah kesehatan manusia.
G.    Menurut Hochstrasser : Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karyakaryanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan.
H.    Menurut Lieban : Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis
I.       Menurut Fabrega : Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:
·          
Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit. Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi adalah: Ilmu yang mempelajari tentang manusia baik deri segi kebudayaan, peran, tingkahlaku, aspek biologi dan kesehatan.
Kita mengenal tiga cabang besar antropologi, yang setiap cabang berkembang sendiri seolah menjadi di siplin tersendiri, yakni:antropologi biologi, antropologi arkeologi, dan antropologi sosial budaya.
Antropologi biologi “mempelajari manusia sebagai makhluk biologi, anatomi, dan susunan genetik,yang seluruhnya berfungsi untuk menjelaskan proses evolusi manusia, yakni rangkaian tahap demi tahap perkembangan manusia hingga bentuknya yang sekarang” (Kelly 1988). Selain antropologi biologi, antropologi arkeologi juga memusatkan perhatian proses evolusi, pembentukan manusia, khususnya evolusi masyarakat dan kebudayaan. Antropolog arkeolog membangun hipotesa-hipotesa tentang asal-usul suatu masyarakat kuno berdasarkan artefak dan fosil yang di temukan di situs-situs penggalian (Kelly 1988). Sebagian antropolog-biologi dan antropolog-arkeologi melakukan penelitian dan teori tentang penyakit-penyakit yang berkembang pada masa lampau, ribuan tahun yang lalu, yang mungkin memusnahkan populasi manusia tertentu. Atau mereka berteori tentang pembentukan dan persebaran ras di permukaan bumi.
            Cabang ketiga adalah antropologi social budaya yang menjadi sasaran pehatian kita dalam buku ini. Antropologi sosial budaya “mempelajari pengetahuan, gagasan, keyakinan, nilai-nilai warga suatu masyarakat dan menjadikannya sebagai pedoman bagi mewujudkannya perilaku sosial dalam menghadapi kehidupan,” (kelly 1988). Lapangan perhatian ini jelas menunjukan bagaimana antropologi sosial-budaya memandang kesehatan. Kesehatan dilihat sebagai kebudayaan yang di definisnya sudah kita bicarakan pada bagian terdahulu. Antropologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari aspek biologi dan kebudayan manusia untuk mengetahui  sejarah pengobatan, sistem pengobatan, masalah-masalah sosial, dalam pengobatan, dan masalah kesehatan masyarakat. Ruang lingkup antropologi kesehatan adalah ekologi dan epidimiologi penyakit, etnomedis, sistem sosial dan sistem medis, dan sistem medis dan perubahan kebudayaan.
            Antropologi merupakan suatu disiplin yang hidup dan terus berkembang, yang merangsang intelektual yang sekaligus memberikan informasi pada pengembangan organisasi-organisasi, pembangunan dan para pembuat kebijakan seluruh dunia. Praktek antropologi dimulai sejak manusia mulai  berpikir tentang masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka dan secara sadar memutuskan untuk membandingkan diri mereka dengan masyarakat-masyarakat lain yang melakukan kontak dengan mereka. Berikut beberapa manfaat dari antropologi :
1.      Antropologi sangat dibutuhkan dalam merancang sistem pelayanan kesehatan modern yang bisa diterima masyarakat tradisional
2.      Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat
3.      Penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan sakit
4.      Memberikan masukan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menunjang pembangunan kesehatan, mendukung perumusan kebijakan masalah kesehatan, dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan melalui pendekatan kebudayaan
5.      Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individualnya. Dimana cara pandang yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun.
6.      Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses social budaya bidang kesehatan.
7.      Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interprestasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat

            Dari beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat ilmu antropologi bagi dunia kesehatan adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi baik petugas kesehatan dengan pasien, atau dengan keluarga pasien dan dengan sesama profesi kesehatan dengan memperhatikan aspek tingkah laku, kebudayaan dan sifat masing-masing individu, keluarga dan masyarakat

Paradigma Keperawatan Transkultural
Paradigma keperawatan transkultural adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-konsep dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap konsep sentral, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan.
A.    Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nolai dan norma-norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan. Menurut leininger (1984), manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan budayanya setiap saat dan dimana saja dia berada.
Klien yang dirawat di rumah sakit harus belajar budaya baru ,yaitu budaya rumah sakit, selain membawa budayanya sendiri.Klien secara aktif memilih budaya dari lingkungan, termasuk dari perawat dan semua pengunjung di rumah sakit.klien yang sedang dirawat belajar agar cepat pulih dan segera pulang ke rumah untuk memulai aktivitas hidup yang lebih sehat.

B.     Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalm mengisi kehidupanya, yang terletak pada rentang sehat sakit (Leininger , 1978).Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilaI, pola kegiatan yang dalam konteks budaya digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang atau sehat, yang dapat diamati dalam aktivitas sehari-hari (Andrew & Boyle, 1995). Kesehatan menjadi fokus dalam interaksi antara perawat dan klien.
Menurut Depkes (1999), sehat adalah keadaan yang memungkinkan seorang produktif. Klien yang sehat adalah yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan produktif. Produktif bermakna dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidup secara optimal. Klien memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan diri sebaik mungkin di tempat ia berada.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama ,yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Leininger, 1978). Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien memilih secara aktif budaya yang sesuai dengan status kesehatannya. Untuk memilih secara aktif budaya yang sesuai dengan status kesehatannya, klien harus mempelajari lingkunganya. Sehat yang akan dicapai adalah kesehatan yang holistik dan humanistik karena melibatkan peran serta klien yang lebih dominan.

C.     Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan ,keyakina,dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehiduapan klien dan budayanya.Ada tiga bentuk lingkungan yaitu lingkungan fisik ,sosial, dan simbolik (Andrew & Boyle, 1995). Ketiga bentuk lingkungan tersebut berinteraksi dengan diri manusia membentuk budaya tertentu.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan oleh manusia, seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim tropis (Andrew & Boyle, 1995). Lingkungan fisik dapat membentuk budaya tertentu, misalnya bentuk rumah di daerah panas yang mempunyai banyak lubang, berbeda dengan bentuk rumah orang Eskimo yang hampir tertutup rapat (Andrew & Boyle, 1995). Daerah pedesaan atau perkotaan dapat menimbulkan pola penyakit tertentu, seperti infeksi saluran pernafasan akut pada balita di Indonesia lebih tinggi di daerah perkotaan (Depkes, 1999). Bring (1984 dalam Kozier & Erb, 1995) menyatakan bahwa respon klien terhadap lingkungan baru, misalnya rumah sakit dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini klien.

D.    Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995).  Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan sesuai dengan budaya klien. Asuhan keperawatan diberikan sesuai dengan karakteristik ruang lingkup keperawatan, dikelola secara profesional dalam konteks budaya klien dan kebutuhan asuhan keperawatan  Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau mempertahankan budaya, mengakomodasi atau menegosiasi budaya dan mengubah atau mengganti budaya klien  (Leininger, 1984).
a.       Cara 1 : Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah  dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolah raga setiap pagi.
b.      Cara 2 : Negosiasi budaya yaitu intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien yang sedang hamil mempunyai pantangan makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c.       Cara 3 : Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatannya. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.









Sumber: http://erickerenabiz.blogspot.com/2012/10/nursing-terori-transcultural-nursing.html

1 komentar: